"Selamat pagi, ada yang bisa saya bantu?" sapa Customer service Bank name tag bernama Afriza.
"Aku mau minta tolong cek kan nomor kode resi ini. Kemarin aku ke ATM buat tarik dana. Tapi pas di cek saldo, kok, ada uang masuk senilai sepuluh juta. Saat aku cek ke m-banking aku, hanya nomor resi di sana tanpa ada nama pengirim. Aku takut ada yang salah kirim," ucap Fira memberitahu kepada CS nya.
CS Afriza pun dengan senang hati membantu. "Baik, Bu. Bisa KTP dan kartu ATM nya?" sambutnya sembari beri senyuman.
Fira pun keluarkan sesuai di minta oleh CS Afriza. Afriza pun mulai mengetik di keyboard tersebut. Sambil menunggu, Fira membuka hapenya.
Ervan menelepon beberapa kali tapi tidak Fira angkat. Fira pun menelepon kembali. Fira sengaja pergi diam-diam tanpa beritahu kepada suaminya. Dia hanya ingin memastikan sendiri atas uang yang masuk ke tabungannya.
"Halo, Sayang. Ada apa?" tanya Fira di telepon.
"Kamu di mana?"
"Aku, aku ada di pajak kota. Kenapa, Sayang?" jawabnya bohong.
"Sendiri? Naik apa ke sana? Kenapa gak bangunin aku? Aku kan bisa temani kamu ke sana?"
Mendengar suara Ervan seperti kesal banget padanya. "Maaf, Sayang. Aku gak mau bangunin kamu. Aku tadi naik becak, gak apa-apa. Aku bisa jaga diri kok. Kamu mau sarapan apa? Biar aku beli," ucapnya sambil memantau sekitar bank.
Cs nya entah pergi ke mana. "Cakue saja, seperti biasa. Jangan terlalu boros, Sayang."
Fira senyum tipis, "Iya, Sayang. Yang lain?"
Sambil menunggu jawaban dari Ervan. Mendengar suara di sana, Ervan sedang menanyakan pada orang rumah.
"Mama mau lontong pakai perkedel, Amira mau nasi lemak pakai ayam, Bang Kevin sama Kak Rinda mi pangsit, cabainya di pisah, ya, Sayang."
Cs Afriza kembali ke tempat duduknya. Fira pun sudah tidak sabar menunggu kabar darinya.
"Ya sudah, aku tutup dulu, ya."
Fira pun menutup telepon dan dia pun bertanya pada CS Afriza. "Bagaimana, Pak?"
Fira berharap itu uang senilai sepuluh juta memang salah kirim. "Maaf ya, Bu. Sudah lama menunggu. Dengan data yang saya cek di sini. Uang ini menggunakan kliring cek giro atas nama Marika Aldiana Sanjaya. Untuk pengiriman tidak salah, dan memang dikirim ke nomor Ibu Fira, kalau pun salah kami pasti langsung menghubungi Ibu lewat operator kami," jawab Afriza dan dia menjelaskan kepada Fira.
Fira antara senang atau syok. Nama itu terlihat sangat asing. "Pasti Bapak salah? Coba cek sekali lagi, mana mungkin uang sebanyak itu tertuju ke nomor rekening aku?"
"Sudah benar, Bu. Ibu bisa lihat sendiri." Afriza memutarkan komputer dan tunjukkan kepada Fira untuk memastikan sendiri.
Fira pun melihat, memang benar tertuju nomornya dengan nama lengkapnya juga.
"Ya sudah, kalau begitu, makasih, ya, Pak." Fira beranjak dari duduk dan meninggalkan bank tersebut.
Tiba-tiba dia lemas, dia bersandar sebentar di luar. Dia masih belum percaya semua ini. Sebuah mobil silver agya berhenti tepat di depan bank tersebut.
"Sayang!"
Fira menoleh arah sumber suara memanggilnya. Ervan ada di depannya. Fira dalam keadaan syok, dia belum bisa percaya semua itu tiba-tiba menghambatnya. Seakan memori itu muncul, tapi masih samar di otaknya.
"Sayang, kamu kenapa? Sudah kuduga kamu tidak mungkin ke pajak, makanya aku langsung menyusul takut kamu ...."
"Maaf, maaf, aku ..." Fira tidak bisa berkata untuk saat ini. Dia butuh menenangkan diri.
Ervan segera membantu istrinya masuk ke mobil. Ervan juga bawa minuman hangat untuk istrinya. Ervan tidak tau apa yang terjadi pada istrinya akhir ini. Di mulai masak enak, terus beli oleh-oleh untuk mamanya.
"Sudah lebih baik?"
Fira mengangguk, sudah lebih baik. "Syukurlah." Ervan mengelus rambut istrinya tidak lupa memegang perut yang belum menampakkan diri.
"Kamu sebenarnya kenapa? Akhir-akhir ini, kamu aneh sekali? Ada apa? Ayo cerita? Jangan dipendam saja, kasihan anak kita?" cecar Ervan, Fira menatap wajah Ervan.
Sudah mulai tumbuh bulu kecil di sekitar rahang lebarnya. Ervan memang tidak ganteng banget, tapi punya jiwa yang baik. Bahkan, Ervan juga memiliki hantu yang lembut.
"Maafkan aku, Sayang. Kalau aku sudah berbohong sama kamu," ucap Fira pelan. Dia merasa bersalah sekali pada Ervan.
Ervan menghela kemudian pegang wajah istrinya itu. "Sudah, jangan dipikirkan. Aku juga gak mau buat kamu tertekan, kamu mau ke mana, terserah kamu saja. Tapi tetap harus kabari jangan kayak tadi. Diam-diam pergi tanpa kasih tau. Kamu tau, aku sangat mencemaskan dirimu. Aku gak mau terjadi pada kamu dan juga calon anak kita," kata Ervan memandang wajah istrinya.
Fira benar-benar jahat, kenapa dia begitu tega melihat suami yang tidak tau apa-apa, masih bisa mengatakan setenang itu.
"Kamu gak marah?" Fira bertanya sekali lagi. Kali ini dia benar-benar sangat bersalah sekali.
Sekarang tangan Ervan bukan di wajah Fira, sekarang berpindah ke tangan istrinya. Digenggam sangat erat. "Buat apa aku marah, mana mungkin aku marah sama istri yang lagi hamil, apalagi ada sosok hidup di sini. Aku juga gak bisa melarang kamu suka-suka, kamu mau ke mana, aku izinkan. Satu hal jangan membuat orang semakin cemas dan khawatir," jawabnya, sambil mengelus perut istrinya.
Fira tidak bisa berkata apa-apa lagi. Inilah cinta Ervan untuknya. Dia sampai rela lakukan demi dirinya. Apa yang akan terjadi Ervan tau bahwa dirinya bukan sosok wanita baik untuknya.
Satu tetes air jatuh di punggung tangan Ervan. Ervan mendongak, melihat istrinya menangis. "Ada apa, Sayang?" Ervan semakin khawatir, tiba-tiba istrinya menangis.
Fira segera menghapus air matanya, dia tidak tau kenapa bisa mengeluarkan air mata sendiri. "Apa ada yang sakit?" Ervan terus bertanya.
"Gak, Sayang. Aku hanya terharu mendengar ucapan Sayang," jawabnya berusaha bersikap normal pada Ervan.
Ervan tidak boleh tau sekarang, bahwa dirinya tidak dalam keadaan tidak baik-baik saja.
Siiinnggg
"Akh!"
Tiba-tiba bayangan seseorang terlintas dipikiran Fira. Ervan mendengar keluhan istrinya. Dia semakin panik. "Sayang!"
Bayangan samar tidak jelas dipikiran Fira sekarang. Suara itu terngiang jelas di telinga Fira. Ervan keluar dari mobil dan membuka pintu di mana Fira duduk. Ervan semakin khawatir kesehatan istrinya.
"Sepuluh milliar yang kau minta. Sudah aku berikan, untuk selanjutnya jangan tunjukan wajahmu di depan ku, anggap hubungan ini hanya sebatas pemuasan nafsu masing-masing. Sepakat!"
Fira seperti teringat sosok bayangan seseorang. Seorang pria dengan tubuh yang tinggi, tegap, dan sifat yang misterius. Pergi begitu saja setelah memberikan selembar cek giro uang tunai di meja kecil itu.
Nama tertera, Alexis Viando Sanjaya.