Download App
2.4% SWEET TRAP AND REVENGE / Chapter 6: BAB 6 SALING MENGUNTUNGKAN.

Chapter 6: BAB 6 SALING MENGUNTUNGKAN.

"Kita lihat saja nanti, apakah aku akan menginjakkan kakiku di kediaman Atmajaya lagi dan apakah papanya itu akan menceramahi atau mengguruiku lagi."

***

Setelah Naila benar-benar meninggalkan ruangannya Bian pun mulai memeriksa satu per satu dokumen yang sudah menumpuk di atas mejanya.

Dan pada saat Bian memulai menyibukkan diri dengan memeriksa dokumen-dokumennya, suara ketukan pintu mengintrupsinya.

"Masuk!" ucap Bian.

"Ada apa?" ucap Bian pada seorang pria yang tidak lain adalah sekretarisnya.

"Saya hanya ingin memberikan design dress dan jeansnya Pak," jawab sekretarisnya.

"Designnya sudah jadi?" tanya Bian yang dianggukkan oleh sekretarisnya.

"Iya pak! Ini designnya," ucap sekretarisnya seraya meletakkan sebuah map berwarna merah di atas meja Bian.

"Bagaimana dengan bahan bakunya? Apakah mereka sudah mendapatkannya seperti yang saya minta?" ucap Bian yang kembali bertanya pada sekretarisnya.

"Sudah Pak! Semuanya sudah siap. Satu bulan sebelum pemotretan, jeans dan dressnya sudah siap untuk dikenakan oleh model kita Pak," terangnya.

"Kerja bagus! Dan terimakasih Reza," ucap Bian pada sekretarisnya seraya mengambil map yang tadi di letakkan oleh Reza.

"Sama-sama Pak! Kalau begitu, saya permisi," ucap Reza seraya berjalan keluar dari ruangan Bian.

Setelah Reza keluar dari ruangannya, Bian pun segera memeriksa isi map yang merupakan design dress dan jeans yang akan dia launching dua bulan lagi.

Bian terlihat tersenyum saat membuka mapnya, karena apa designnya seperti apa yang dia inginkan.

"Ini seperti yang aku inginkan dan aku yakin ini akan sold out hari pertama setelah dilaunching," ucap Bian dengan tersenyum.

Bian benar-benar terlihat puas dengan hasil kerja dari semua devisi yang terlibat.

"Aku akan menunjukkannya pada Naila nanti! Tapi sebelum itu, aku harus menyelesaikan pekerjaanku terlebih dahulu," ucapnya lagi seraya melanjutkan pekerjaannya yang sempat tertunda tadi.

***

Sementara itu, Tina terlihat baru saja memasuki Asia production yang tidak lain adalah perusahaan produksi film milik Doni Atmajaya.

"Pagi,Mbak! Apa Pak Doninya sudah datang?" tanya Tina pada sekretarisnya Doni.

"Pak Doninya belum datang Mbak Tina. Apa ada yang bisa saya bantu?" ucap sekretaris Doni pada Tina.

"Saya ada sedikit keperluan dengan Pak Doni, mbak," ujar Tina dengan tersenyum.

"Kalau begitu, Mbak Tina bisa menunggu Pak Doni, karena mungkin ia masih dalam perjalanan," ucap sekretaris itu pada Tina.

"Okay, Mbak! Terimakasih," ucap Tina seraya berjalan menuju sofa yang berada di depan meja sekretaris Doni.

Dan beberapa menit kemudian, Doni terlihat tengah berjalan menghampiri Tina.

"Pagi!" ucap Doni yang baru saja datang.

"Pagi, Pak Doni," ucap sekretarisnya.

Sedangkan Tina, saat dia mendengar suara Doni, dia pun segera beranjak dari sofa.

"Pagi Pak Doni," ucap Tina dengan tersenyum pada Doni.

Doni yang tahu maksud Tina menemuinya pagi ini, dia pun meminta Tina untuk mengikutinya ke ruangannya.

"Ayo silahkan masuk," ucap Doni seraya membuka pintu ruangannya dan mempersilahkan Tina untuk masuk.

"Terimakasih Pak Doni," ujar Tina dengan tersenyum dan dia pun segera masuk ke dalam ruangan Doni.

"Saya tahu maksud dari kedatanganmu!" ucap Doni seraya duduk di kursi kebesarannya.

"Saya memang datang kesini, karena itu," ucap Tina seraya duduk di depan Doni.

"Jadi, bagaimana dengan kontraknya Pak Doni." Tina mulai membicarakan mengenai kontrak kerja yang sudah dijanjikan oleh Doni kepadanya.

"Kamu tenang saja Tina, karena aku sudah menyiapkan kontraknya setelah Akthar dinyatakan tewas dalam kecelakaan itu," ucap Doni seraya mengeluarkan beberapa berkas dari tas kantornya.

"Ini kamu bisa menandatanganinya sekarang," lanjut Doni seraya memberikan sebuah map yang berisakan kontrak kerja yang harus Tina tandatangani.

Tanpa membuang-buang waktu lagi, Tina pun segera menandatangani kontrak kerjasamanya tanpa membacanya terlebih dahulu.

"Saya sudah menandatangani semua kontrak kerjasamanya Pak Doni," ujar Tina seraya menyodorkan map itu kepada Doni.

"Kapan saya bisa mulai shootingnya pak?" tanya Tina yang terlihat tidak sabar untuk memulai shooting film ketiganya.

"Kemarin, sutradaranya menghubungiku dan mengatakan kalau shooting akan di mulai besok pagi," ujar Doni pada Tina.

Tina terlihat tersenyum semringah, saat mendengar kalau dia sudah bisa memulai shootingnya besok pagi.

"Terimakasih banyak Pak Doni! Kalau begitu, saya permisi dulu," ucap Tina seraya beranjak dari tempat duduknya.

"Kenapa harus mengatakan terimakasih Tina, karena di sini kita saling menguntungkan," timpal Doni saat Tina kembali mengatakan terimakasih.

"Baiklah! Kalau begitu, Pak Doni. Kalau pak Doni membutuhkan bantuan saya lagi, anda bisa menghubungi saya," ujar Tina.

"Tentu!" ujar Doni.

Setelah mendengar jawaban yang diberikan oleh Doni, Tina pun segera berjalan keluar dari ruangan Doni.

***

"Ayo Naila kita mulai pemotretannya," ucap photografernya pada Naila.

"Tapi Adityanya mana, Dim?" tanya Naila pada photohrafernya yang bernama Dimas itu.

"Aku di sini Naila, maaf aku sedikit terlambat," ucap Aditya yang berperawakan sebagaimana model yang memiliki badan tegap dan wajah tampan yang kerap membuat Bian cemburu setiap Naila melakukan pemotretan dengannya.

"Tidak apa-apa Dit! Lagi pula, pemotretannya juga baru akan di mulai," ucap Naila pada Aditya dengan tersenyum.

"Kamu masih punya waktu lima belas menit lagi untuk bersiap-siap, Dit. Sebelum kita memulai pemotretannya," ucap Dimas yang dianggukkan oleh Aditya.

"Nai, aku siap-siap dulu ya," ucap Aditya seraya berjalan menuju ruang ganti.

Sedangkan Naila, sembari menunggu Aditya. Dia pun mengotak-ngotak handphoneya untuk mengirimkan pesan whatsapp pada Bian.

Dan lima belas menit kemudian, Aditya pun sudah selesai mengganti pakaiannya dan memakai sedikit make up di wajahnya.

"Ayo Nai, kita mulai pemotretannya karena Aditya sudah selesai mengganti pakaiannya," ucap Dimas yang berdiri di depan pintu ruangan khusus untuk Naila.

"Okay, Dimas!" seru Naila seraya beranjak dari sofa.

Setelah beranjak dari sofa, ia pun segera mengikuti Dimas menuju ruang pemotretan yang sudah disiapkan oleh para crew.

"Pemotretannya mau dimulai sekarang, Dim?" tanya Aditya yang berjalan menghampiri Dimas dan Naila.

"Iya! Ayo cepat," ucap Dimas seraya menatap Aditya.

Setelah Aditya berdiri di sampingnya, Dimas pun mulai memberi arahan kepada Aditya dan Dimas.

"Pokoknya sekarang yang aku mau kalian harus terlihat sangat mesra karena kalian tahu sendiri kan kalau hasil pemotretan ini akan dijadikan cover majalah vogue," ucap Dimas yang mengingatkan Aditya dan Naila.

"Iya, kami ingat kok Dim. Jadi, pemotretannya bisa dimulai sekarang kan?" ucap Naila yang mulai kesal karena pemotretannya tak kunjung dimulai.

"Hehehe, maaf Nai!" ujar Dimas myengir menunjukkan deretan gigi putihnya pada Naila.

Setelah protes yang diberikan oleh Naila, pemotretannya pun dimulai. Dengan gaya pertama yang diminta oleh Dimas adalah Aditya harus memeluk Naila dari belakang.

"Ganti pose!" ucap Dimas yang mengintruksi Aditya dan Naila untuk mengganti gaya berikutnya.

Mendengar intruksi yang diberikan oleh Dimas, Aditya dan Naila pun segera mengganti gaya mereka dengan Aditya mengecup kening Naila yang terlihat sangat romantis.

"Next yang terakhir!" seru Dimas yang kembali memberikan intruksi kepada Aditya dan Naila.

Dan pose yang terakhir adalah Naila bersandar pada dada bidang Aditya dengan Aditya yang memeluknya dengan mesra.

"Done, guys!" ucap Dimas yang terlihat tersenyum semringah saat melihat hasil pemotretan Aditya dan Naila.

"Kalian ganti kostum dulu ya! Setelah itu, baru kita mulai pemotretannya lagi," ucap Dimas seraya berlalu meninggalkan Aditya dan Naila.

"Kamu cantik banget Nai menggunakan gaun ini," puji Aditya seraya menatap Naila dengan penuh kekaguman.

"Ah! kamu ini, bisa saja Dit," ucap Naila seraya duduk di kursi yang sudah disediakan oleh crew untuk mereka berdua.

"Beneran Nai, aku sama sekali tidak bohong! Pantas saja, Bian terlihat sangat possessive padamu," ucap Aditya seraya duduk di samping Naila.

"Memangnya kamu tidak risih Nai? Dengan sikap Bian yang kelewat possessive, terutama kalau kamu pemotretan denganku. Dia pasti akan marah-marah tidak jelas kepadaku, dan bahkan dia hampir menonjok wajahku. Tapi untung saja aku sigap. Jadi, aku bisa menghindari pukulannya," ucap Aditya yang terlihat kesal mengingat kejadian itu.

"Maafkan Bian ya Dit, karena dia memang seperti itu dari dulu. Kalau masalah risih atau tidak dengan sikap Bian, kadang-kadang, aku juga merasa risih sih! Tapi seiring berjalannya waktu, lama-lama aku menjadi terbiasa juga," ujar Naila tanpa menatap Aditya.

"Seandainya kamu itu milikku Nai, aku pasti akan memperlakukanmu dengan lebih baik daripada Bian," ucap Aditya di dalam hati.

***

Dan sementara itu, di tempat lain. Terlihat Aretha tengah mencuci pakaian dari konsumen pertamanya. Aretha terlihat sangat menikmati apa yang dia lakukan sekarang karena semata-mata dia melakukan semua ini untuk sang Ayah tercinta.

Saat Aretha asik mengucek cuciannya, tiba-tiba terdengar suara gelas terjatuh ke atas lantai yang membuatnya terkesiap. Karena takut hal yang tidak diinginkan terjadi, Aretha pun segera bergegas berlari menuju ke dalam rumah.

Dan pada saat Aretha sudah masuk ke dalam rumah, ia menutup mulutnya ketika melihat apa yang terjadi.

"Ayah?"

TO BE CONTINUE.

Happy reading readers. jangan lupa collection, vote dan reviewnya. jangan lupa juga follow ig author ya @idaflicka untuk melihat spoiler-spoilernya. Semoga kalian suka yah.


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C6
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login