Pagi ini Raja Joon menemani Ratu Ran untuk berjalan jalan di area taman istana. Sementara itu dari arah berlawanan Putri Jang sedang melintas di lorong yang menghadap kearah taman hendak berkunjung keruangan Ratu Ran yang kemudian ia batalkan. Hatinya lagi lagi dibuat tak nyaman dengan pemandangan romantis antara Ratu Ran dan Raja Joon dihadapannya. Ia sebisa mungkin membuang jauh jauh perasaan anehnya terhadap Raja Joon. Putri Jang akhirnya memilih memutar tubuhnya melangkah menuju halaman belakang istana yang merupakan salah satu tempat favoritnya.
"Dong Hwa, kemana kau? kau bilang kau akan selalu ada untukku! kau bilang kau akan menjadi sahabatku! ternyata kau malah pergi meninggalkanku. Kau jahat, kau jahat!" ucap Putri Jang lirih sembari mengusap air matanya.
***
Ratu Ran bersandar didada sang suami memainkan jari jemarinya didada bidang sang suami. Ratu Ran merasa sesuatu yang aneh dengan tubuhnya dan ia merasa hidupnya tak akan lama lagi. Jadi di sisa hari harinya ingin ia kumpulkan keberanian untuk menyampaikan permintaannya.
"Joon maukah kau berjanji padaku satu hal."
"Hemmm apa?"
"Jaga dan cintai Putri Jang sama seperti kau menjaga dan mencintaiku."
"Mengapa kau bicara seperti itu."
"Karena aku merasa umurku tidak panjang Joon."
"Jangan melepaskannya apapun yang terjadi, berjanjilah padaku Joon," ucap Ratu Ran lagi.
"Hemmm..."
"Dia wanita yang luar biasa Joon. Begitu sempurna dan begitu menarik."
"Ya kau benar, aku juga menyadari itu."
"Jadi, kau sudah jatuh hati padanya?" tanya Ratu Ran antusias.
"Ya sepertinya begitu, tapi tidak begitu dengan Jang, dia terkesan membatasi," jawab Raja Joon sedikit kecewa.
"Ya aku tahu itu. Dia tak kan pernah mengatakannya meskipun dia merasakan hal yang sama denganmu jika kau tak mengungkapkannya Joon dan lagi dia akan terus membatasi diri selama aku masih ada, aku tahu itu," ucap Ratu Ran berusaha untuk memberitahu Raja Joon tentang Putri Jang.
"Benarkah demikian? sepertinya kau cukup mengerti hati Putri Jang."
"Karena aku sahabatnya, aku juga perempuan Joon tentu saja aku sangat paham dengan hatinya. Dia tak akan mungkin melukai hatiku Joon. Dia pasti melakukan apapun untukku meski hatinya terluka. Jadi berjanjilah padaku kau akan mencintainya dan melepaskan aku untuk pergi."
"Apa yang kau katakan? aku tak akan pernah bisa berjanji tentang hal bodoh macam ini. Berjanji mencintai Jang aku bisa tapi berjanji melepasmu pergi aku tak kan pernah sanggup," ucap Raja Joon dengan nada sesikit emosi.
"Kau hanya perlu mengikhlaskan ku saja Joon."
"Ran tutup mulutmu, jangan berbicara yang melebihi batasanmu." kali ini Raja Joon benar benar marah.
"Aku tidak melebihi batasanku Joon memang ini yang akan terjadi, maka dari itu persiapkan hatimu mulai hari ini."
"Sudahlah, sepertinya kau lelah bicaramu sedari tadi melebihi batas kewajaran. Ayo ku antar kau keruangan sebaiknya kau istirahat saja," ucap Raja Joon sembari menarik lengan Ratu Ran.
Tubuh Ratu Ran melemah dan tak bisa digerakkan syaraf syaraf ototnya seperti mati saat ini membuatnya terjatuh. Raja Joon terkejut melihat Ratu Ran tiba tiba jatuh ketika ia menarik lengannya pelan.
"Ran, kau kenapa? ku mohon buka matamu Ran," ucap Raja Joon khawatir.
Raja Joon membopong tubuh sang istri menuju ruangannya kemudian membaringkannya di atas ranjang dan meminta seluruh tabib istana segera datang untuk memeriksa keadaannya.
"Pelayan, cepat panggilkan seluruh tabib istana kemari!" seru Raja Joon panik.
Raja Joon menggenggam erat tangan Ratu Ran sembari mengecupinya.
"Ran bangunlah! ku mohon."
Berita memburuknya kondisi Ratu Ran segera tersebar ke berbagai penjuru. Membuat Raja Won, Ibu suri, Selir Yui dan juga Putri Jang segera bergegas untuk menuju ruangan Ratu Ran demi memperoleh kepastian akan keadaan Ratu Ran.
Saat ini semua tengah berkumpul di ruangan Ratu Ran menunggu kedatangan para tabib istana. Putri Jang menatap sendu wajah sang suami yang duduk sembari mengecupi punggung tangan begitu khawatir dengan keadaan Ratu Ran.
Tak lama kemudian empat tabib istana datang hendak memeriksa keadaan Ratu Ran. Raja Joon bergerak minggir memberi ruang kepada para tabib untuk memeriksa keadaan Ratu Ran.
"Bagaimana keadaannya?" tanya Raja Joon khawatir.
"Kondisi Ratu semakin menurun yang mulia, syaraf syarafnya tidak bisa lagi berfungsi... kemungkinan terbesar jika Ratu Jung sadar kembali adalah lumpuh..."
"apakah kondisinya seburuk itu ? apakah dia tidak bisa sembuh seperti sediakala? apa tidak ada cara untuk bisa menyembuhkannya?" bentak Raja Joon kepada kepala tabib istana.
"Kondisinya semakin lama akan semakin menurun Yang Mulia hal ini diakibatkan oleh penyakit keturan yang diderita oleh Ratu Ran sudah menyerang saraf, untuk jenis penyakit ini memang belum ditemukan obatnya Yang Mulia," ucap tabib tersebut.
"Penyakit keturunan? apa maksudmu?" tanya ibu suri kepada kepala tabib istana.
"Yang mulia Ratu Ran menderita penyakit keturunan Yang Mulia, ibunda Ratu Ran beserta adik perempuan nyonya Yu juga menderita penyakit yang sama, penyakit ini belum diketahui namanya namun penyakit ini sangat berbahaya karena akan membuat penderitanya lumpuh dan kehilangan nyawa," jelas kepala tabib istana.
"Baiklah kalian semua bisa bisa pergi," ucap Ibu suri yang diangguki oleh seluruh tabib.
"Tinggalkan kami bertiga di sini,"
"Baik yang mulia," ucap Selir Yui dan Putri Jang bersamaan kemudian meninggalkan ruangan tersebut.
"Won Joon, apa yang tidak aku tahu tentang hal ini? mengapa kalian menyembunyikan hal seperti ini dariku? jelaskan padaku mengapa kalian bisa segegabah ini memilih seorang Ratu!" seru Ibu suri murka.
"Ibu ku mohon jangan berseru, kita bisa bicarakan masalah ini baik baik," ucap Raja Joon melembut.
"Baiklah cepat jelaskan padaku tanpa ada lagi yang kalian harus tutupi!"
"Sayang, tenang lah ini semua berawal dariku, aku yang memilihnya untuk menjadi pendamping Joon sebagai ucapan terimakasihku karena ayah Ran telah menyelamatkan nyawaku. Ku mohon jangan memarahi Joon lagi semua sudah terjadi. Aku dan Joon bersepakat menyembunyikan hal ini darimu karena Joon yang sudah terlanjur mencintai Ran," ucap Raja Won sembari menenangkan hati sang istri.
"Untung saja Joon tidak memiliki keturunan dari Ran jika dia memiliki keturunan dari Ran apa yang terjadi dengan kerajaan kita ini."
"Bu, ku mohon pelankan suara ibu, di sini masih ada Ran bu."
"Untuk apa? biarkan dia mendengarnya, ia seharusnya tahu diri sejak dulu dan biar dia memutuskan apa yang akan ia lakukan saat ini, dia tak bisa berada disampingmu," ucap ibu suri murka.
"Bu, aku mohon jangan berbicara begitu pada Ran, aku yang memaksanya bu, semua ini salahku bukan salah Ran."
"Aku kecewa padamu Joon," ucap Ibu suri sembari berlalu pergi.
Suasana menjadi hening setelah kepergian ibu suri yang disusul kemudian oleh Raja Won.
Chapter 24: Kemarahan Ibu Suri
Pagi ini Raja Joon menemani Ratu Ran untuk berjalan jalan di area taman istana. Sementara itu dari arah berlawanan Putri Jang sedang melintas di lorong yang menghadap kearah taman hendak berkunjung keruangan Ratu Ran yang kemudian ia batalkan. Hatinya lagi lagi dibuat tak nyaman dengan pemandangan romantis antara Ratu Ran dan Raja Joon dihadapannya. Ia sebisa mungkin membuang jauh jauh perasaan anehnya terhadap Raja Joon. Putri Jang akhirnya memilih memutar tubuhnya melangkah menuju halaman belakang istana yang merupakan salah satu tempat favoritnya.
"Dong Hwa, kemana kau? kau bilang kau akan selalu ada untukku! kau bilang kau akan menjadi sahabatku! ternyata kau malah pergi meninggalkanku. Kau jahat, kau jahat!" ucap Putri Jang lirih sembari mengusap air matanya.
***
Ratu Ran bersandar didada sang suami memainkan jari jemarinya didada bidang sang suami. Ratu Ran merasa sesuatu yang aneh dengan tubuhnya dan ia merasa hidupnya tak akan lama lagi. Jadi di sisa hari harinya ingin ia kumpulkan keberanian untuk menyampaikan permintaannya.
"Joon maukah kau berjanji padaku satu hal."
"Hemmm apa?"
"Jaga dan cintai Putri Jang sama seperti kau menjaga dan mencintaiku."
"Mengapa kau bicara seperti itu."
"Karena aku merasa umurku tidak panjang Joon."
"Jangan melepaskannya apapun yang terjadi, berjanjilah padaku Joon," ucap Ratu Ran lagi.
"Hemmm..."
"Dia wanita yang luar biasa Joon. Begitu sempurna dan begitu menarik."
"Ya kau benar, aku juga menyadari itu."
"Jadi, kau sudah jatuh hati padanya?" tanya Ratu Ran antusias.
"Ya sepertinya begitu, tapi tidak begitu dengan Jang, dia terkesan membatasi," jawab Raja Joon sedikit kecewa.
"Ya aku tahu itu. Dia tak kan pernah mengatakannya meskipun dia merasakan hal yang sama denganmu jika kau tak mengungkapkannya Joon dan lagi dia akan terus membatasi diri selama aku masih ada, aku tahu itu," ucap Ratu Ran berusaha untuk memberitahu Raja Joon tentang Putri Jang.
"Benarkah demikian? sepertinya kau cukup mengerti hati Putri Jang."
"Karena aku sahabatnya, aku juga perempuan Joon tentu saja aku sangat paham dengan hatinya. Dia tak akan mungkin melukai hatiku Joon. Dia pasti melakukan apapun untukku meski hatinya terluka. Jadi berjanjilah padaku kau akan mencintainya dan melepaskan aku untuk pergi."
"Apa yang kau katakan? aku tak akan pernah bisa berjanji tentang hal bodoh macam ini. Berjanji mencintai Jang aku bisa tapi berjanji melepasmu pergi aku tak kan pernah sanggup," ucap Raja Joon dengan nada sesikit emosi.
"Kau hanya perlu mengikhlaskan ku saja Joon."
"Ran tutup mulutmu, jangan berbicara yang melebihi batasanmu." kali ini Raja Joon benar benar marah.
"Aku tidak melebihi batasanku Joon memang ini yang akan terjadi, maka dari itu persiapkan hatimu mulai hari ini."
"Sudahlah, sepertinya kau lelah bicaramu sedari tadi melebihi batas kewajaran. Ayo ku antar kau keruangan sebaiknya kau istirahat saja," ucap Raja Joon sembari menarik lengan Ratu Ran.
Tubuh Ratu Ran melemah dan tak bisa digerakkan syaraf syaraf ototnya seperti mati saat ini membuatnya terjatuh. Raja Joon terkejut melihat Ratu Ran tiba tiba jatuh ketika ia menarik lengannya pelan.
"Ran, kau kenapa? ku mohon buka matamu Ran," ucap Raja Joon khawatir.
Raja Joon membopong tubuh sang istri menuju ruangannya kemudian membaringkannya di atas ranjang dan meminta seluruh tabib istana segera datang untuk memeriksa keadaannya.
"Pelayan, cepat panggilkan seluruh tabib istana kemari!" seru Raja Joon panik.
Raja Joon menggenggam erat tangan Ratu Ran sembari mengecupinya.
"Ran bangunlah! ku mohon."
Berita memburuknya kondisi Ratu Ran segera tersebar ke berbagai penjuru. Membuat Raja Won, Ibu suri, Selir Yui dan juga Putri Jang segera bergegas untuk menuju ruangan Ratu Ran demi memperoleh kepastian akan keadaan Ratu Ran.
Saat ini semua tengah berkumpul di ruangan Ratu Ran menunggu kedatangan para tabib istana. Putri Jang menatap sendu wajah sang suami yang duduk sembari mengecupi punggung tangan begitu khawatir dengan keadaan Ratu Ran.
Tak lama kemudian empat tabib istana datang hendak memeriksa keadaan Ratu Ran. Raja Joon bergerak minggir memberi ruang kepada para tabib untuk memeriksa keadaan Ratu Ran.
"Bagaimana keadaannya?" tanya Raja Joon khawatir.
"Kondisi Ratu semakin menurun yang mulia, syaraf syarafnya tidak bisa lagi berfungsi... kemungkinan terbesar jika Ratu Jung sadar kembali adalah lumpuh..."
"apakah kondisinya seburuk itu ? apakah dia tidak bisa sembuh seperti sediakala? apa tidak ada cara untuk bisa menyembuhkannya?" bentak Raja Joon kepada kepala tabib istana.
"Kondisinya semakin lama akan semakin menurun Yang Mulia hal ini diakibatkan oleh penyakit keturan yang diderita oleh Ratu Ran sudah menyerang saraf, untuk jenis penyakit ini memang belum ditemukan obatnya Yang Mulia," ucap tabib tersebut.
"Penyakit keturunan? apa maksudmu?" tanya ibu suri kepada kepala tabib istana.
"Yang mulia Ratu Ran menderita penyakit keturunan Yang Mulia, ibunda Ratu Ran beserta adik perempuan nyonya Yu juga menderita penyakit yang sama, penyakit ini belum diketahui namanya namun penyakit ini sangat berbahaya karena akan membuat penderitanya lumpuh dan kehilangan nyawa," jelas kepala tabib istana.
"Baiklah kalian semua bisa bisa pergi," ucap Ibu suri yang diangguki oleh seluruh tabib.
"Tinggalkan kami bertiga di sini,"
"Baik yang mulia," ucap Selir Yui dan Putri Jang bersamaan kemudian meninggalkan ruangan tersebut.
"Won Joon, apa yang tidak aku tahu tentang hal ini? mengapa kalian menyembunyikan hal seperti ini dariku? jelaskan padaku mengapa kalian bisa segegabah ini memilih seorang Ratu!" seru Ibu suri murka.
"Ibu ku mohon jangan berseru, kita bisa bicarakan masalah ini baik baik," ucap Raja Joon melembut.
"Baiklah cepat jelaskan padaku tanpa ada lagi yang kalian harus tutupi!"
"Sayang, tenang lah ini semua berawal dariku, aku yang memilihnya untuk menjadi pendamping Joon sebagai ucapan terimakasihku karena ayah Ran telah menyelamatkan nyawaku. Ku mohon jangan memarahi Joon lagi semua sudah terjadi. Aku dan Joon bersepakat menyembunyikan hal ini darimu karena Joon yang sudah terlanjur mencintai Ran," ucap Raja Won sembari menenangkan hati sang istri.
"Untung saja Joon tidak memiliki keturunan dari Ran jika dia memiliki keturunan dari Ran apa yang terjadi dengan kerajaan kita ini."
"Bu, ku mohon pelankan suara ibu, di sini masih ada Ran bu."
"Untuk apa? biarkan dia mendengarnya, ia seharusnya tahu diri sejak dulu dan biar dia memutuskan apa yang akan ia lakukan saat ini, dia tak bisa berada disampingmu," ucap ibu suri murka.
"Bu, aku mohon jangan berbicara begitu pada Ran, aku yang memaksanya bu, semua ini salahku bukan salah Ran."
"Aku kecewa padamu Joon," ucap Ibu suri sembari berlalu pergi.
Suasana menjadi hening setelah kepergian ibu suri yang disusul kemudian oleh Raja Won.