Ma Neneng menutup mulutnya, ia tak tau harus apa dan harus melakukan apa. Air matanya meleleh begitu saja, apa yang tak ingin ia lihat tiba-tiba saja dapat ia lihat. Sungguh, Ma Neneng tak dapat melakukan apa-apa. Ia takut, dan darimana ingatan itu?
Ma Neneng tak peduli, ia lebih memilih mengejar Bromo terlebih dahulu, dirinya sadar jika beberapa saat yang lalu bukan hanya tentang ingatan. Melainkan sesuatu yang akan menjadi sebuah petunjuk, ya ia yakin itu. Dengan langkah ya g tergesa, Ma Neneng berlari ke arah dimana bekas kamar tamu berada, iya yakin Bromo ada disana.
"Pak Bromo! Pak Bromo!!" teriak Ma Neneng sepanjang dirinya berjalan, semoga Bromo baik-baik saja. Itulah harapannya.