Sofil masih merenung.
'Ya Allah ... fitnah memang kejam, sama halnya sekarang dengan pendapat yang keras dan melarang ini itu. Menjelekkan pemerintah, mengatai sesama muslimnya. Ya Allah bukalah hati mereka yang gelap karena kesombongan. Aamiin. Amankan negara ini ya Allah,' batin pemuda itu lalu melirik ke Ainun yang terlihat bersandar.
Sofil mengatur napas memberanikan diri untuk memindahkan kepala Ainun ke bahu jenjangnya. Tangan kanan itu hendak meraih namun dia mengurungkan niatnya.
Dia kembali membaca untuk beberapa saat. Sesekali pemuda itu melirik lagi ke istrinya. Nuansa berbeda saat berada di transportasi umum. Siapa yang menduga jika putri Kyai itu sangat nyaman.