Ayla terus memendam rasa kesalnya pada Abian bahkan dihari ketiga setelah kepulangan mereka dari Lombok sehabis bulan madu. Abian sendiri masih dengan sikapnya yang dingin dan terkesan menutupi diri. Abian bahkan hanya bicara saat hendak sholat saja, selebihnya ia habiskan dengan tadarus Al-quran atau menikmati suasana kota Lombok.
Padahal kalau di pikir-pikir, acara bulan madu ini sangat di sayangkan. Sudah di biayai oleh papa mertua, perginya jauh pula. Tapi tidak berarti apa-apa. Ayla malah di anggurin aja, padahal Angga dan Rani bermaksud untuk mendekatkan mereka. Tapi malah semakin jauh.
Hari ini Ayla kembali memasang alarm subuh agar dia bisa bangun lebih dulu dari Abian. Hari ini hari libur jadi Ayla ingin mengerjakan pekerjaan rumah lebih dulu dari Abian sebagai tanda bahwa ia bisa melakukannya tanpa bantuan Abian.
Pasalnya, saat mereka bulan madu kemarin, Abian pernah berkata kalau Ayla tidak akan pernah bisa melakukan pekerjaan rumah sendiri, karena dia hanyalah anak manja yang bisanya tinggal di rumah mewah dengan pelayanan bak seorang putri. Hal itu tentunya membuat Ayla kesal. Untuk membungkam mulut Abian, Ayla memutuskan untuk mengerjakan pekerjaan rumah sendiri.
Apesnya, Ayla terlalu banyak berfikir dan memendam rasa kesalnya hingga ia tidak bisa tidur dengan nyenyak semalaman, tapi ketika beranjak subuh ia malah tertidur pulas sampai tidak mendengar suara alarm yang berbunyi dengan begitu nyaring.
Abian mengerjakan semua pekerjaan rumah seperti biasa lalu ia pergi ke pasar untuk membeli kebutuhan sembako mingguan. Usai kembali dari pasar, ia segera membuatkan sarapan. Setelah sarapan tertata rapih di meja makan, dia kembali masuk ke kamar dan melihat Ayla yang masih tertidur pulas.
Abian mengamati wajah Ayla seperti biasanya di setiap pagi tanpa pernah di ketahui si empunya wajah.
"Cantik ... Ayla selalu kelihatan cantik." Itulah yang selalu Abian ucapkan setiap kali menatap wajah Ayla.
Entah sejak kapan bibit cinta di hari Abian tumbuh di di hatinya. Semakin hari Abian semakin mengagumi Ayla, ia semakin cinta pada Ayla. Bibit itu tumbuh dengan subur menjadi pohon kecil yang terus membesar.
Meski Abian masih tidak memiliki keberanian untuk mengungkapkan rasa cinta itu, tapi dia bisa merasakan adanya cinta dalam hatinya. Dan dengan trauma yang masih mendalam, Abian sadar kalau dia mencintai Ayla. Abian jatuh cinta pada Ayla sejak dia menikahi gadis itu.
***
Ayla menggeliat pelan saat terbangun dari tidurnya. Remang-remang ia melihat sinar matahari merayap masuk dari ventilasi jendela. Ia segera mengambil handphone nya untuk melihat jam.
"Apa?!" pekik Ayla lalu bangkit dari tidurnya dengan cepat saat mengetahui sekarang sudah pukul sepuluh siang. "Mampus! Kesiangan lagi," sambungnya kesal.
Buru-buru dia meraih handuk dan lari melewati Abian yang sedang membersihkan rak buku mini di rumahnya menuju kamar mandi. Abian sempat heran juga, karena Ayla terlihat begitu tergesa-gesa. Dan lagi-lagi Abian di buat bingung saat Ayla kembali melewatinya menuju kamar dengan kaki terhentak ke lantai.
Abian cuma menarik napas saja. Ia lalu duduk di meja makan untuk segera sarapan. Ia sengaja tidak sarapan duluan karena ingin menunggu Ayla untuk sarapan bersama.
Ayla datang dan langsung bergabung bersama Abian. Di tengah-tengah sarapan, Ayla terus bergumam sambil merutuki keteledorannya yang masih tidak bisa bangun pagi.
"Kalo makan jangan sambil ngomel," tegur Abian.
Ayla tersentak saat sadar kalau Abian menegurnya. Ia bahkan tidak sadar kalau Abian ada di ambang pintu dapur. Pasalnya, tadi Abian permisi ke kamar mandi. Tau-tau udah di pintu aja.
Ayla cuma mendengus kesal tanpa mau menjawab teguran Abian. Usai makan ia membersihkan meja dan mencuci piring bekas makannya tanpa memperdulikan keberadaan Abian. Tentu saja sikap Ayla yang berubah dingin membuat Abian heran sampai garuk-garuk kepala.
"Ay—"
"Apa?!" Ayla langsung memotong ucapan Abian yang belum selesai dengan nada suara cukup tinggi, hingga membuat Abian ikutan kaget. "Aku pikir kamu gak mau ngomong sama aku," sambungnya lagi dengan ketus dan tanpa mau melihat ke arah Abian.
Abian mengernyit bingung mendengar ucapan Ayla. Abian merasa ada yang berbeda dengan istri manjanya itu. Tidak seperti biasanya yang bersikap malu atau bahkan cerewet. Kali ini Ayla bicaranya pakai urat, ada kemarahan dari nada bicaranya.
"Aku—"
"Kalo mau ngomong cepetan, aku mau ke kamar," ucap Ayla lagi dengan nada suara semakin tinggi tanpa berniat mendengar apa yang hendak Abian katakan.
"Gimana aku mau ngomong kalo kamu motong omonganku terus?" Kali ini Abian bicara lebih cepat dari Ayla, hingga wanita itu tidak bisa memotongnya.
Ayla berbalik setelah menarik piring yang ia cuci di rak. Ia menatap Abian yang berdiri di belakangnya.
"Apa aku ada salah?" Pertanyaan Abian kali ini benar-benar memancing emosi Ayla yang sudah tiga hari lamanya ia tahan.
"Pikir aja sendiri! Kalo kamu peka, kamu pasti tau salahmu di mana," balas Ayla sengit.
Wajah cemberut tentu terpasang sempurna di wajah Ayla. Ia benar-benar jengkel dengan Abian. Tiga hari mereka bulan madu ke Lombok, sama sekali tidak ada artinya. Bahkan, Abian masih tidak mau tidur satu ranjang dengan Ayla. Dia lebih memilih tidur di sofa tanpa selimut dari pada tidur bersama Ayla.
Begitu kah acara bulan madu yang seharusnya? Tidak, itu bukan bulan madu. Bulan madu itu manis, tapi tiga hari kemarin Abian membuat Ayla menelan pahitnya pernikahan.
Abian sendiri masih garuk-garuk kepala sambil berpikir, ia salah apa?
"Masakan ku gak enak, ya?" Tebak Abian yang berpikir kalau Ayla marah karena menu masakan pagi ini.
"Masakan? Dasar suami gak peka! Kamu pikir aku nikah sama kamu cuma jadi tukang icip masakan kamu doang?" balas Ayla jengkel. Tatapan tajam masih melayang ke arah Abian.
"Terus apa?" tanya Abian yang benar-benar di landa kebingungan dengan sikap istrinya yang sulit di tebak.
"Aku bukan cuma mau nyicipin masakan kamu aja, tapi aku kan juga pengen nyicipin badan kamu!" sergah Ayla yang makin bertambah jengkel karena Abian tak kunjung peka.
Abian kembali mengernyit untuk yang kedua kalinya. Emang tubuhnya bisa di cicipi? Abian tidak mengerti. Kenapa Ayla mau mencicipi tubuhnya? Apa Ayla makan daging manusia? Ah, pemikiran bodoh apa itu. Sangat tidak masuk akal.
"Maksudnya?" tanya Abian polos.
"Ah, udahlah! Percuma ngomong sama kamu. Gak ada gunanya," sungut Ayla lalu berlalu pergi melewati Abian.
Dengan cepat Abian mencekal lengan Ayla. Dan untuk pertama kalinya, Abian mau menyentuh tangan Ayla, itu juga karena terpaksa kayaknya.
"Tapi aku salah apa?" tanya Abian tegas.
Ayla yang tangannya di genggam Abian berhenti berjalan. Ia berbalik badan dengan kekesalan yang sudah di ubun-ubun.
"Kamu gak salah, Abian. Yang salah itu aku karena mau nikah sama cowok kaya kamu!" bentak Ayla kesal.
Lalu dengan sekuat tenaga Ayla melepaskan cengkraman Abian dan berlalu masuk ke kamarnya. Abian segera mengejar Ayla tapi ia telat, Ayla keburu menutup pintu saat Abian sampai di depan pintu tersebut.
Abian berusaha membujuk Ayla untuk keluar dan bicara, ia mengetuk-ngetuk pintu kamar yang di dalamnya terdapat Ayla yang sepertinya sedang menangis. Sesekali Abian mendengar suara Ayla menarik ingus sambil sesenggukan.
Abian pikir kalau Ayla membencinya, sebab Ayla tidak pernah bicara seperti itu sebelumnya. Perkataan Ayla membuat Abian rapuh. Ayla, tidak bahagia?
"Ay, Ayla ... Maaf ... Aku minta maaf kalo aku ada salah, tapi kita harus bicara," pinta Abian memohon di balik pintu.
"Kamu gak salah, Abian. Aku yang salah," gumam Ayla tanpa bisa di dengar Abian.