Download App
62.96% 全心全意爱你 / Chapter 17: PEMBALASAN DENDAM

Chapter 17: PEMBALASAN DENDAM

"Mbak Sakura, cantik sekali 'kan, Tuan Ethan?" tanya Mbak Siska sambil melirik ke arah Ethan.

     "Bi-biasa saja!"

     "Biasa saja?!" sahut Mbak Siska tampak terkejut mendengar jawaban Ethan.

      "Iya, biasa saja! Kalau begitu, sebaiknya aku akan menunggu di ruang kantorku saja. Karena ternyata, kinerja kalian lama sekali!" ujar Ethan berusaha menghindar. Sebuah jawaban yang tidak selaras dengan isi hatinya saat ini. Kemudian Ethan kembali berjalan keluar menuju ke kamarnya.

     "Aneh sekali jawaban calon suamimu itu, Mbak Sakura. Sepertinya dia tipe seorang lelaki, yang sangat suka menyembunyikan perasaan sebenarnya," komentar Mbak Siska sambil meneruskan pekerjaannya. Sakura hanya tersenyum tipis, mendengar ucapan Mbak Siska. Karena dia tidak tahu, harus berkomentar apa atas sikap Ethan tadi.

 

     ***

 

     Sementara itu Ethan sudah tiba di depan pintu kantornya. Leon langsung menghampiri Ethan dengan raut wajah yang tampak panik.

     "Maaf sebelumnya, Tuan Ethan ...."

     "Ada apa, Leon? Wajahmu itu terlihat aneh sekali?!"

     "Di-di dalam kantor, Tuan. Ada ... Nona Renata!"

     "A-apa kau bilang? Bagaimana perempuan itu bisa masuk ke dalam? Memangnya kau tidak melakukan pencegahan, Leon? Bimo?!" ujar Ethan dengan suara mulai meninggi.

     "Aku dan Bimo sudah mencoba mencegahnya, Tuan. Tetapi Nona Renata berkata, dia sudah ada janji dengan Tuan Ethan. Kemudian dia membuka sendiri pintu kantor dengan kunci miliknya ..." tutur Leon bercerita dengan wajah yang tampak takut.

     "Shit! Astaga, Leon! Kali ini kau melakukan kebodohan yang luar biasa, kau sadar itu?! Karena mengizinkan perempuan itu masuk ke dalam. Padahal aku sama sekali, tidak ada janji dengannya. Lagi pula, aku tidak pernah berpesan mengenai hal tersebut kepadamu, bukan?!" maki Ethan, sambil menatap kedua mata Leon dan Bima secara bergantian dengan tajam. Lalu dia membuka pintu kantor dan masuk ke dalam.

     Ethan berdiri tegak menatap Renata, yang sedang duduk santai di sofa berwarna hitam. Dengan pandangan mata penuh amarah dan kebencian. Dia menarik nafas lalu menghembuskannya perlahan. Agar dapat mengontrol emosi diri dengan baik. Ethan tidak ingin kalah menghadapi perempuan cantik ini lagi. Sebab dia tahu, bagaimana keahlian seorang Renata untuk melemahkan hatinya.

     "Untuk apa kau datang?!"

     "Astaga, Ethan! Tidakkah kau bisa menyambut aku sedikit lebih ramah? Bukankan kau sangat mencintai aku, Ethan Sanders?!' sahut Renata sambil bangkit dari tempat duduknya.

     Kemudian berjalan perlahan dengan gerakan gemulai menghampiri Ethan. Bola matanya yang bulat dan indah, menatap manja kepada Ethan. Ada kerinduan yang terpancar di dalamnya.

     Tubuh sexy Renata yang saat ini berbalut gaun pesta, dengan belahan dada yang rendah berwarna merah. Ternyata masih membuat dada Ethan Sanders bergetar melihatnya. Tidak dapat dipungkiri, sejak pertama kali melihat Renata, Ethan langsung tergila-gila terhadap dirinya.

     "Jangan mengatakan sesuatu yang gila, Renata!" ucap Ethan dengan tegas, sambil terus saling bertatapan.

     "Aku, atau, kau, yang gila, Ethan?! Sadarkah kau, sebentar lagi kau akan menikahi kembar aku, Sakura! Aku sangat terkejut sekali, saat mendengar berita tersebut. Tadi pagi aku datang ke Panti Asuhan, lalu bertemu dengan Maura yang menceritakan ini semuanya. Apa yang sedang kau lakukan, Tuan Ethan Sanders?!"

     "Pertanyaan bodoh, Renata! Tentu saja aku akan segera menikah sekarang. Masalah dengan siapa pun, itu bukan urusanmu!"

     "Astaga, Ethan! Jangan melakukan sebuah kesalahan besar! Aku tahu, kau masih mencintai aku 'kan? Oleh karena itu, maafkanlah aku. Demi apa pun aku berjanji, tidak akan mengulangi semua kesalahanku. Aku sangat mencintaimu, Ethan! Sampai kapan pun, cuma kamu lelaki yang aku cinta!" tutur Renata mencoba melepaskan rayuan mautnya, sambil berusaha memeluk Ethan. Agar dia mau kembali kepada dirinya.

     "Keluar, perempuan jalang! Jangan pernah, menampakkan batang hidungmu di hadapanku!! Sebelum aku melakukan sesuatu, yang akan kau sesali nanti!" maki Ethan dengan kasar.

     Renata sungguh tidak menduga akan reaksi Ethan saat ini. Lelaki yang begitu lembut dan sangat mencintainya dulu. Sekarang menjadi sosok yang sebaliknya.

     "Fine! Aku akan pergi. Tapi aku tahu, pasti ada sesuatu rencana busuk. Yang akan kau lakukan, dengan menikahi kembaran aku, Sakura. Benarkan, Ethan?!"

     "Untuk hal itu, kau cukup menjadi seorang penonton saja, Renata. Tidak usah banyak bertanya! Heh!" jawab Ethan sambil tertawa lepas.

     "Tolong, Ethan. Jika kau ingin membalaskan sakit hatimu, limpahkan lah kepadaku. Jangan kepada Sakura, kasihan dia. Sakura tidak tahu apa pun mengenai kebencian di antara kita ..." pinta Renata dengan suara memelas.

    Senakal apa pun kelakuan seorang Renata di luar sana. Satu hal yang dia ketahui di dalam hatinya. Bahwa Renata sangat menyayangi kembarannya Sakura. Juga semua Ibu dan saudara-saudaranya di Panti Asuhan. Mereka semua bagaikan nafas kehidupan bagi Renata, demikian pula seorang Ethan Sanders di dalam hatinya.

     "Aku tahu, kembaranmu ini sangat kau sayangi, Renata. Oleh karena itu, aku membalaskan semua sakit hati dan rasa kecewa ini terhadap dirinya. Karena dengan demikian, pasti akan lebih menyakitkan dirimu, bukankah begitu, Renata?!" tutur Ethan Sanders sambil tersenyum penuh kemenangan.

     "Me-memangnya ... apa yang akan kau lakukan terhadap Sakura, Ethan?!" tanya Renata dengan wajah yang cemas dan khawatir.

     "Tentunya banyak hal, Renata. Misalnya seperti, menjadikannya seorang pembantu di rumah, atau bahkan aku jual ke teman aku yang membutuhkan seorang wanita penghibur?!" jawab Ethan sambil tertawa terbahak-bahak.

     "Gila kau, Ethan!!" teriak Renata sambil memukul dada Ethan penuh amarah berulang kali.

     Dengan cepat Ethan segera menangkap kedua tangan Renata. Pukulannya tidak berarti apa pun bagi seorang Ethan, yang bertubuh jauh lebih besar dari dirinya.

     "Leon! Bimo! Singkirkan perempuan ini dari hadapanku!" teriak Ethan memberikan perintah.

     Tidak berapa lama kemudian. Leon dan Bimo masuk ke dalam ruangan, lalu memegang tubuh Renata dengan erat.

     "Lepaskan, aku! Lepaskan, aku! Jangan kurang ajar kalian!" teriak Renata berulang kali.

     "Apa perintah Tuan selanjutnya?!" tanya Bimo.

     "Buat perempuan ini pingsan. Kemudian antarkan dia pulang ke apartemennya!" perintah Ethan. Kemudian dia berjalan memasuki kamar pribadinya, yang terhubung dengan ruangan kantor ini.

     Sedangkan Leon dan Bimo langsung melaksanakan perintah, yang diberikan Ethan kepada mereka. Bimo segera menotok bagian leher Renata, yang mengakibatkan dia pingsan seketika.

     "Leon, bantu aku mengangkat tubuh Nona Renata ke mobilku, melalui lift pribadi Tuan Ethan. Nanti biar aku sendiri, yang akan mengantarkan ke apartemennya. Kau tetap berjaga saja di sini, untuk memastikan acara Tuan Ethan berjalan lancar!" ucap Bimo memutuskan.

     "Kau sanggup, mengantarkan Nona Renata sendiri ke apartemennya, Bimo. Kau yakin?!" tanya Leon ingin memastikan.

     "Tenang saja, Leon. Apa sulitnya, cuma mengantarkan seorang perempuan ke sebuah apartemen? Hee!" sahut Bimo sambil tertawa kecil.

     "Baiklah kalau begitu, terserah kau saja!" jawab Leon sambil tersenyum. Kemudian mereka berdua segera menggotong tubuh Renata. Menuju ke lift kecil yang terdapat di samping kantor Ethan.

 


Load failed, please RETRY

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C17
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login