"Tunggu!" kata Wang Yibo begitu gugup. Hei, kenapa mendadak dia seperti itu? "Aku ... aku ingin mengatakan sesuatu."
Xiao Zhan pun menaikkan alis. Dia sungguh bingung karena tadi Wang Yibo biasa saja di depannya.
Wang Yibo kini maju selangkah, "Ini penting. Sungguh," katanya dengan menatap Xiao Zhan lurus-lurus.
Mata itu seperti memburunya. Membuat dada Xiao Zhan jadi berdesir sesaat. Dia berpikir... mantan kekasihnya semasa kuliah saja tak pernah seperti itu kepadanya.
"Apa?"
"Aku sangat suka mata," kata Wang Yibo. Dia lalu tersenyum, tapi masih tak berkedip. "Itu saja, Xiao Zhan. Tapi kuharap kau mengingatnya. Selamat malam."
"HAH?!"
Rasa penasaran Xiao Zhan pun tertahan. Wang Yibo mendadak sudah melambaikan tangan kepadanya, sebelum berbalik dan berlari berbelok di tikungan. Tadi tak begitu, kini tingkahnya seperti bukan lelaki yang sudah bekerja sebagai polisi. Apa yang barusan sudah terjadi?
.
.
.
Keesokan harinya, Xiao Zhan kira pertemuannya dengan Wang Yibo hanya akan sampai sana. Padahal dia tak bermaksud mengadukan masalah tadi malam kepada kepolisian. Tapi lelaki itu justru muncul lagi di depannya. Saat dirinya bertugas di rumah sakit setelah mengoperasi seorang pasien kecelakaan.
Wang Yibo berdiri di luar ruang operasi dengan seragam polisinya saat itu. Dan jujur, Xiao Zhan mengakui, Wang Yibo terlihat lebih tampan daripada bayangannya kemarin.
"Zhan Ge," kata Wang Yibo. Menyapa dengan senyuman meski dia terlihat lelah. Keningnya berkeringat dan bahkan terlihat jelas di balik topi itu. Xiao Zhan bahkan tidak sadar dia dipanggil Gege. "Kau tidak apa-apa?"
"Oh... Wang Yibo," kata Xiao Zhan. Sambil melepas sarung tangan operasinya. "Aku? Tentu saja tidak apa-apa."
"Operasinya sukses?"
Xiao Zhan mengangguk. "Iya."
Senyum Wang Yibo mendadak melebar, "Cuma bertanya saja."
Xiao Zhan baru saja ingin bertanya, kenapa sejak kemarin Wang Yibo bertingkah janggal. Tapi mendadak ada perempuan berseragam yang datang memanggil lelaki itu.
"Wang Yibo!"
"Ah, Kepala Cheng...," kata Wang Yibo. Perempuan itu ternyata bernama Cheng Xiao. Tag nama di dadanya memberitahu Xiao Zhan. Dari seragamnya, Cheng Xiao sepertinya ikut Divisi Penelitian Lapangan di tempat Wang Yibo bekerja. Semacam asisten detektif kelas satu. "Kau sudah menemukan sesuatu?"
"Tentu saja," kata Cheng Xiao. Perempuan berwajah gusar itu menyerahkan sebendel berkas dari tasnya ke Wang Yibo. "Kau tahu? Pria itu adalah saudaranya. Aku menemukan akta kelahiran lawas ini di rumah sepupu yang sudah mati itu."
"Oh..."
Merasa topik itu bukan bidangnya, Xiao Zhan pun mundur diam-diam. Hanya saja, dia tak menyangka Wang Yibo akan berbalik kepadanya sebelum menemukan akta kelahiran yang dimaksud saat membuka-buka berkas itu.
"Zhan Ge, tunggu," kata Wang Yibo. Xiao Zhan pun berhenti dan berbalik. "Lain kali kalau bertemu lagi aku ingin bilang sesuatu."
Cheng Xiao sampai menatap wajah Wang Yibo heran.
Xiao Zhan tak tahu harus berkata apa, selain.. "Oh... ya..." lalu membalas senyuman itu dengan cara kikuk. Sebelum berlalu dengan hati yang mengambang.
Mengatakan sesuatu seperti apa? Dia sangat suka mata lagi?
Xiao Zhan tak habis pikir. Dia pun menggeleng dan mencoba melupakan semua itu. Lebih baik makan siang sekarang atau tidak hingga nanti sore.
Yang tidak Xiao Zhan sangka adalah... Wang Yibo tampak berlari-lari kecil saat Cheng Xiao sudah berjalan menuju ke mobil patroli yang diparkir di halaman rumah sakit. Memburu teman-temannya yang ada di sana. Melaporkan hal yang lain kepada pemimpinnya.
Apakah Wang Yibo masih menyelidiki kasus? Yang berkaitan dengan pasien tadi? Apakah bukti-bukti yang dia selidiki ada di rumah sakit ini?
"Zhan Ge!"
Eh, aku?
Wang Yibo mendekat ke mejanya tepat saat pelayan kantin menyuguhkan menu makan siangnya.
"Iya?"
Wang Yibo menatap si pelayan kantin dan Xiao Zhan bergantian. Dia baru bicara saat si pelayan kantin berlalu. "Boleh aku duduk di depanmu?"
"Mn, tentu saja."
Xiao Zhan, lagi-lagi tanpa sadar mengaduk-aduk makanan di depannya. "Ada yang ingin kau tanyakan?"
Jawaban Yibo seketika. "Ya, tentu."
Soal kasus tadi?
"Zhan Ge mau menjawab dengan jujur juga?"
Xiao Zhan diam sejenak. Dia menatap Wang Yibo yang berseragam itu dan mengangguk. "Tentu. Selama aku bisa bantu."
"Kalau begitu, apa nama ayah Zhan Ge adalah ini?" tanya Wang Yibo. Dia mengeluarkan ponsel dan menunjukkan foto ayah Xiao Zhan dalam sebuah berkas kasus yang dia potret entah kapan.
Xiao Zhan jelas terkejut. "Iya, tapi..."
"Kalau iya, boleh aku tahu nomor ponsel Zhan Ge?"
"Apa?"
Wang Yibo langsung menjelaskan. "Pasien yang tadi Zhan Ge operasi adalah korban. Dia ada di kasus yang kutangani," katanya. "Kemarin aku bicara dengan temanku. Awalnya hanya cerita-cerita, tapi sepertinya dia tahu sesuatu soal Zhan Ge. Ah, bukan. Maksudku soal masalah Zhan Ge."
Xiao Zhan mengernyit, "...Masalahku?"
Kali ini Wang Yibo hanya diam dengan senyuman itu.
Xiao Zhan mencoba menjernihkan pikirannya. Bukankah kemarin lelaki ini hanya menyelamatkan dirinya tanpa tahu pelakunya? Tanpa tahu dia punya masalah apa? Tapi kenapa—
"Hanya untuk jaga-jaga," kata Wang Yibo. "Zhan Ge bisa menghubungiku kalau butuh bantuan. Kapan saja."
Xiao Zhan menggeleng. "Mn, terima kasih. Tapi apa aku tidak merepotkan?"
"Kejadian seperti kemarin bisa saja terulang," kata Wang Yibo. "Lebih baik menelpon yang sudah dikenal, kan... daripada 110 tapi lambat respon."
"..."
"Mereka bisa saja mengurus hal lain kalau Zhan Ge sedang butuh bantuan yang mendesak."
"Oh..." desah Xiao Zhan. Dia pun mengeluarkan ponsel, meski ragu. "Hanya saat terdesak," katanya. Tersenyum canggung saat Wang Yibo mendekatkan ponsel mereka. Kontak Xiao Zhan langsung tersalin begitu lampu bluetooth-nya berkedip. "Sekali lagi, terima kasih. Tapi sebenarnya kau tak perlu sekhawatir itu."
"Kenapa tidak?"
"Kenapa?"
Wang Yibo mengangguk, "Zhan Ge diikat seperti itu dan dibiarkan disana sampai pagi. Kenapa tidak melaporkannya?"
Xiao Zhan berpaling, dia tak menyangka akan ditanya seperti ini. "Aku... hanya akan diganggu sebulan tiga kali," katanya dengan suara memelan. "Dan dia tak pernah melukaiku. Hanya sebatas itu."
"Begitu."
Xiao Zhan menatap Wang Yibo perlahan. "Bulan ini sudah tiga kali. Aku tidak apa-apa."
"Zhan Ge nyaman dengan itu?"
Nyaman? Tentu saja tidak!
"Aku hanya... tidak apa-apa. Selama dia tidak menyakitiku, tidak masalah kan.." kata Xiao Zhan. Tidak tahu harus menjawab apa lagi. "Lagipula kalau aku melaporkannya, aku tidak punya bukti. Aku tidak pernah melihat wajah pelakunya."
Wang Yibo mendengus tersenyum, "Begitu," katanya. Lalu berdiri. "Baiklah, aku pergi dulu."
"Apa?"
"Saranku, Zhan Ge tetap harus melaporkannya. Itu tugas Zhan Ge. Kalau mencari bukti, itu adalah bagian kami."