Download App
56.52% GENI LANGIT [21+] / Chapter 11: TIPU MUSLIHAT 10

Chapter 11: TIPU MUSLIHAT 10

Hanin tahu, Khilmy selalu tersenyum lebar setiap usai mengusilinya. Namun, mau diulang berapa kali pun keisengan ini... dia tak mampu mengabaikannya begitu saja. Karena itu, dia pun mengangguk. "Mn," katanya dengan senyuman tipis. "A-Aku... tidak benar-benar marah kok."

Dan senyuman itu sangat menarik. Hingga andai siapapun ada disana, mereka pasti terpaku melihatnya.

Beda dengan Khilmy, yang malah menutup mulut karena takut tawanya meledak sekali lagi. "Pffft.... kalau Cuma itu aku juga tahu, Nin," katanya percaya diri. "Mana bisa sih kamu marah padaku. Hahahahahaha..."

Ditertawakan lebih parah.

Seseorang harusnya semakin kesal karena itu. Namun, Hanin justru melihat ekspresi senang Khilmy dengan wajah murung kali ini. Tatapannya sendu, dan beberapa detik kemudian... dia mengucek mata tanpa sadar.

"Hkkks..."

Khilmy pun kaget melihatnya. "Heeeh? Kamu ini kenapa?" katanya panik. "Nin? Kamu ini nangis kan?"

Padahal nyata-nyata iya, namun Hanin tetap menggeleng menyangkalnya. "T-Tidak kok..." katanya pelan. Memungkiri tetesan-tetesan yang berjatuhan di pipinya. Dia tersenyum lagi. Lalu berusaha membuat tawa. Sebisanya. "Haha... a-aku hanya senang kok, Kak..."

"Apa?" kaget Khilmy. "Senang apanya sampai begini—"

"S-Soalnya aku bisa melihat Kakak lagi sekarang..." sela Hanin. Membuat Khilmy bungkam seketika. "M-Maksudku, samean kan dipindah ke gedung dua tahun ini. Terus... samean juga sibuk disana setiap hari. D-Dan aku—"

"Hei... Hei... sudah," sela Khilmy balik. Dia pun segera menepuk pucuk peci di kepala Hanin. Tentu, dengan senyum secerah mentari. Yang menyinari dan menghangatkan, padahal siapapun pasti tahu bahwa itu hanya bagian dari sandiwara. "Memang kamu mau curhat apa lagi, hm? Sambangan yang telat dua hari atau sakit gatal karena alergi kacang—"

"Tidak..." sela Hanin lagi. Dia menggeleng dan membuat Khilmy heran melihat gestur sok kuat itu. "Aku... aku tidak apa-apa kok, Kak. T-Tidak jadi. Hehe..."

Cengiran itu terdengar ceria. Namun Khilmy tahu, Hanin tidak sedang baik-baik saja.

"Oh, ya? Kenapa begitu?" tanya Khilmy penasaran. "Aku tadi Cuma bercanda lho. Kamu bisa curhat apapun ke aku, Nin."

Hanin justru tersenyum lebih lebar. "T-Terima kasih..." katanya. "Tapi, kali ini aku pasti bisa sendiri kok..."

Diyakinkan, Khilmy justru meragukannya.

"Yakin?"

Hanin mengangguk. "Mn. Yakin."

"Tumben sekali..." gumam Khilmy. "Kenapa bisa?"

Hanin mengusap tengkuknya. Dia menatap lantai, dan suaranya nyaris hilang diantara angin. "S-Soalnya Kak Zaki bilang aku ini hampir 16 tahun," katanya ragu. "J-Jadi pasti memalukan kalau terlalu sering curhat lagi."

Khilmy pun terkekeh. "Ho... begitu," katanya sok kagum. Padahal dia hanya sedang berakting seperti biasa. Kusus jika menghadapi Hanin yang lain dari yang lain. "Berarti sekarang Hanin mulai pinter, ya... haha..." pujinya, sembari menelan rasa itu sendirian.

Hanin pun salah tingkah. "T-Tidak kok, Kak. Aku tidak pinter," sangkalnya panik. "A-Aku ini tidak pinter samasekali. Makanya... sering ngerepoti samean, Kak Zaki, dan masih banyak lagi..."

"Oh, tidak-tidak. Menurutku kamu bener-bener ada kemajuan kok. Serius," kata Khilmy senang. "Makanya, sekarang mau kukasih hadiah spesial?"


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C11
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login