Nindy berdiri di sisi jendela, membuka daun jendela lebar-lebar. Pandangan Nindy menengadah ke langit malam. Bintang-bintang bertaburan di langit yang cerah.
Angin malam menerobos masuk menerbangkan rambut Nindy dengan tergesa-gesa.
Nindy menghirup udara puas-puas, lalu menghembuskan kembali dengan lembut. Lega dan puas!
Hari ini, satu persatu musuhnya akan menerima ganjaran. Masing-masing kesalahan dengan satu hukuman.
Setiap orang yang bersalah menerima balasan atas keburukan mereka sendiri.
Seharusnya, Frans dan Evie Melody menghitung berapa jumlah kesalahan yang telah dibuatnya terhadap Nindy.
Satu kesalahan satu hukuman. Kalaupun mereka sadar dan bertobat, setidaknta semestinya mereka membasuh kesalahan itu dengan tebusan, dan tidak menambah kesalahan baru.
Tapi agaknya sulit bagi mereka berubah. Sudah mendarah daging. Selama ini mereka berdua hidup dengan memanfaatkan kepolosan dan kebodohan Nindy, menumpuk harta dengan merampok Nindy.
Dasar tidak tahu malu! Bagaimana mungkin mereka bisa bermuka tebal seperti itu? Muka badak!
Saat bertemu dengan Frans di kantor tuan Yudistira beberapa hari yang lalu.
Nindy melihat Frans memakai jam tangan pemberian Nindy. Frans juga memakai ikat pinggang pemberian Nindy.
Seharusnya Frans malu memakai benda-benda itu. Bukankah dia jijik dengan Nindy yang gendut? Nindy yang berwajah kasar karena jerawat. Tetapi dia tidak jijik hidup sebagai parasit. Memakai barang-barang pemberian dari lumba-lumba! Dulu Nindy tersenyum dengan julukan itu, karena mengira julukan itu bermakna sayang. Bagaimana mungkin Nindy buta tidak tahu julukan itu merupakan sebuah lelucon menertawakan keadaannya. Frans dan si Evie Melody, tertawa dengan kepolosan Nindy!
Nindy heran, bukankah Frans sudah kaya? Frans mampu membeli barang yang lebih mahal. Frans pelit. Dia tidak mau keluar uang membeli barang mahal.
Pphhtt! Nindy mencibir! Dasar mental miskin! Otak benalu!
Nindy menyumpah sampai ingin muntah di toilet kantor tuan Yudistira, melihat tampang Frans yang menjijikkan.
Nindy terbakar api kemarahan.
Sabarlah! Nanti kamu akan menerima balasan yang setimpal.
Nindy menghibur hatinya.
Tadi siang, Nindy menerima laporan dari Soraya.
Frans mengirim utusan ke penjara menemui Nindy palsu. Seorang pengacara wanita. Pengacara wanita itu menemui Nindy palsu Membujuk Nindy palsu supaya mau rujuk dengan Frans. Rupanya pengacara wanita itu tidak tahu wajah Nindy yang asli. Sehingga dia tertipu dengan Nindy palsu.
Nindy palsu di penjara menikmati' semua pemberian Frans yang di kirim lewat jasa pengiriman barang, berupa pakaian dalam, selimut baru, tisu, pembalut, peralatan mandi, jam tangan, handuk pulsa,, makanan ringan, dan uang saku..
Nindy palsu bahagia dan bersyukur bisa hidup nyaman di penjara. Setidaknya dia bisa menikmati keadaan ini sampai Frans sadar kalau dirinya sudah di tipu dan mengetahui kalau Nindy asli sudah lama bebas.
Hari ini, Nindy laporan yang membuat hatinya puas, penangkapan para polisi penjahat itu membuatnya senang.
Tetapi Nindy belum puas, orang-orang yang membuatnya menderita tidak menyadari kesalahan yang mereka lakukan terhadap Nindy. Mereka harus menerima hukuman. Tentu saja hukuman mereka tidak sama dengan keempat polisi penjahat itu.
Tidaklah sulit membuat empat orang oknum polisi itu terperangkap.
Perangkap itu bukan orang lain yang membuat. Mereka sendiri yang membuat perangkap.
Harusnya sebagai perangkat hukum bekerja untuk menegakkan hukum, bukan bermain-main dengan hukum. Mereka petugas polisi Anti narkoba, tetapi memakai narkoba. Senjata makan tuan.
Tok...tok...tok!
"Masuk tidak di kunci!"
"Kamu belum tidur?" Ratna masuk kamar Nindy dengan pakaian tidur yang tipis.
"Baru mau akan...ada apa?" Tumben Ratna belum tidur, biasanya dia tidur cepat. Dulu Ratna sering begadang, tetapi setelah ada Davita, Ratna tidur mengikuti waktu tidur Davita. Sepertinya Ratna mengambil fungsi ibu kandung bagi Davita, berbeda jauh dengan Nindy, yang santai dan cuek. terhadap Davita. Bayi Davita mengingatkan Nindy kepada Frans.
Kadang Nindy mikir, mengapa dia cuek begitu dengan Davita. Untunglah davita punya ibu pengganti seperti Ratna.
Nindy melihat Ratna yang mengenakan pakaian minim,
"Udara dingin begini,
apa kamu tidak takut masuk angin!" kata Nindy.
Ratna tertawa.
Dia dengan Nindy berbeda kebiasaan.
Nindy suka berpakaian olahraga. kalau mau
Ratna heran dengan kebiasaan Nindy yang suka berpakaian lengkap saat tidur.
Sejak dulu Nindy tidur badannya terbungkus rapi, dengan piyama atau pakaian olahraga. Nindy tidak tahan dingin. Selain itu tujuannya berpakaian lengkap begitu karena menutupi gumpalan lemah di tubuhnya. Sekarang walaupun dia sudah kurus langsing begini, Nindy sudah terbiasa begitu, tidur dengan pakaian tertutup.
Ratna tertawa geli.
"Hahaha...aku gak tahu kalau kamu kamu ngefans sama Bruce Lee?"
"Apaan sih?!" Nindy tidak mudeng.
"Lha...kamu...pakai
jumpsuit gitu, kayak Bruce Lee latihan olahraga!"
"Oh...ini... hahaha...aku nemu di toko online...bahannya bagus!" jawab Nindy jujur, dia tidak malu membeli baju murah.
"Jelek ya?"
"Nggak...kamu manis dengan baju begitu!" Ratna tersenyum. Nindy curiga dengan senyumnya itu.
"Apa? Ngomong!""
"Sungguh kamu imut begitu...apalagi kalau rambutmu di potong kayak DORA! Kamu suka kartun itu kan?"
"Menghina? Awas ya main fisik itu!" Nindy cemberut.
"Nggak kok! Kamu manis dengan jumsuit kuning ini...sekarang kamu gak papa pake yang beginian...tapi kalau dulu kamu pakai ini...ya...lucu...kayak nangka di bungkus di pohon dengan kantong plastik kuning!"
"Yeee...kamu telat mem-bully aku! Mungkin kalau kita kenal sudah lama...apa kamu ngomong begitu!"
"Iya...aku akan ngomong begitu...terus terang di depanmu...jujur...sebaai teman...kamu tidak boleh pakai baju itu...!" Ratna berkata tulus dan jujur. Nindy tidak tersinggung.
Masa kritisnya sudah lewat.
Nindy tidak bisa feminim seperti Ratna yang super sexy.
Dalam hal ini, Nindy belum lulus training gaya berbusana. Ratna harus banyak memberikan penularan.
Agar Nindy merubah gaya berpakaian, berjalan, model rambut, berbicara dan sebagainya.
"Kalau di rumah...kamu boleh memakai gayamu yang asli. Tetapi kalau di depan orang di luar, ya...kamu harus berubah. Buat orang tak percaya kalau itu kamu. Sekarang kamu adalah Nagita!" Ratna merubah nama Nindy. Menggunakan nana tengah. Nagita.
"Tumben kamu bangun tengah malam gini, ada apa?!"
"Aku sebenarnya nunggu kamu dari tadi, tapi ketiduran di sebelah Davita!"
"Kenapa tidak telpon?"
"Aku tidak mau menelpon di depan Davita!"
Ratna tidak mengenakkan gagdet dengan Davita. Dia lebih telaten mengurus anak itu dari pada Nindy.
"Nin...kamu ingat jaksa Ronald?"
"Iya!" Jaksa Ronald, orang yang sama memberikan vonis untuk Nindy dan Ratna. Jenis tuduhan yang sama, hukumannya berbeda.
"Ternyata dia tinggal satu komplek dengan kita!"
"Terus!"
"Tadi siang dia di tangkap!"
"Haa...! Kasus apa?"
"Dia terlibat portitusi online!"
"Memalukan!"
"Iya...mengerikan?"
"Bukankah dia naksir kamu?"
"Ngawur aja!"
"Hehehe!"
"Apa maksud tertawamu itu?"
"Bukan soal ujian!"
"Nindy!"
"Iya! Aku nyumpahin dia, kok!"
"Pria bejat kayak dia... memang...harus berakhir begitu!" Nindy tersenyum jahat.
Ratna jadi takut.
"Nindy...apa dia jadi targetmu juga!"