Download App

Chapter 3: Sebuah Janji

Hari - hari Tama begitu indah semenjak ia berpacaran dengan Hany. Hany begitu sangat menyukai Tama. Tama selalu meluangkan waktu nya untuk Hany. Terkadang Hany diajak oleh Tama untuk mengunjungi keluarga nya. sehingga diantara keluarga Tama dan Hany sudah saling mengenal satu sama lain.

Tama begitu dekat dengan nenek Hany. Karena Semenjak Hany tinggal bersama nenek nya Tama sering datang untuk mengunjungi Hany. Dan Tama lebih sering bercengkrama dengan nenek Hany. Nenek nya selalu bertanya kepada Hany apabila Tama jarang datang berkunjung kerumahnya.

Hari itu begitu cerah. Tama hendak bertemu dengan Hany karena mereka kebetulan libur kerja di hari yang sama. Tama hendak mengajak Hany untuk mengantar nya ke suatu tempat. Hany terlihat sedikit bingung namun ia mengikuti saja kemana Tama akan membawa nya.

Tama menjemput Hany dengan motor matic nya. Terlihat Tama mengenakan kemeja dan celana bahan layak nya seperti orang yang hendak berangkat kerja. Hany pun bertanya kepada Tama namun Tama enggan menjawab nya. Tama hendak memberikan surprise kepada Hany. Tama berharap Hany bisa menerima kejutan nya dengan senang hati. Tama memarkirkan motor nya di sebuah gedung bertingkat yang sangat tinggi. Gedung itu bertulis kan SKY LIGHT TOWER. Kemudian Tama membawa Hany masuk kedalam.

Hany terlihat kebingungan. Terlihat sebuah nama Perusahaan agensi ketika baru pertama masuk. Ternyata tempat tersebut adalah agensi untuk pendaftaran karyawan kapal pesiar. Tiba - tiba Hany melihat ke arah Tama karena sedikit shock. Hany kemudian mencoba untuk tersenyum walaupun sedikit terpaksa. karena ia merasa tiba - tiba seperti terhantam benda besar di kepala nya.

Tama mulai memasuki ruangan untuk di interview. Hany menunggunya di ruang tunggu sambil memainkan ponsel nya. Tak butuh waktu lama untuk Tama di interview. Tama muncul di balik pintu dengan senyum yang begitu lebar. Kemudian ia mengajak Hany untuk meninggal kan tempat tersebut karena semua proses yang dijalani telah usai. Namun Hany hanya terdiam mengikuti Tama yang menggandeng tangan nya.

" Apa kamu lapar? " tanya Tama sambil tersenyum melihat Hany.

" Mhm. " jawab Hany singkat.

" Apakah kamu tidak enak badan? seperti nya wajah mu terlihat lesu. " ucap Tama khawatir karena Hany hanya menjawab singkat sambil tidak mau menatap nya.

" Ah, Tidak. Aku tidak apa - apa. " jawab Hany sambil menatap ke bawah.

" Kalau tidak apa - apa mengapa kamu tidak menatap ku saat berbicara? " tanya Tama lagi sambil mengangkat wajah Hany yang menatap kearah bawah sedari tadi.

Tama nampak kaget melihat wajah Hany yang mulai memerah dan hampir menetes kan air mata seolah - olah hendak menangis keras.

" Lho,, Lho,, kamu menangis? ada apa? " tanya Tama khawatir.

" Mmm Mmm mmm,, Hiks hiks hiks. " Hany mulai menangis dan tidak menjawab pertanyaan Tama.

Tama yang melihat Hany menangis langsung memeluk Hany saat mereka keluar dari lift. tiba - tiba mata semua orang di sekitar mereka tertuju pada mereka. Tama mencoba menghentikan Hany menangis.

" Hei mengapa kau menangis? ada apa? " tanya Tama kepada Hany sambil mengusap wajah Hany.

" Aku akan kehilangan mu. apakah kau tidak tahu itu? " jawab Hany sambil sesenggukan.

" Kata siapa kau akan kehilangan ku? aku tetap menyukai mu bahkan mencintai mu setiap saat. dan tak akan berkurang sedikitpun. " jelas Tama.

" Apakah kau sanggup menjalani hubungan jarak jauh dengan ku? " tanya Hany memastikan lagi.

" Kita masih bisa tetap saling berhubungan satu sama lain, aku akan sering menghubungi mu juga video call. jadi tenang yah jangan menangis lagi sekarang. " kata Tama mencoba menenangkan Hany.

" Baiklah. " jawab Hany.

" Kita pergi makan sekarang ya. aku sudah sangat lapar. " ajak Tama.

" Mhm. iya. " sahut Hany.

Tama akhirnya mengajak Hany pergi ke restoran cepat saji yang terletak tidak jauh dari gedung yang mereka singgahi tadi. Tama dan Hany mulai menikmati makanan mereka tak lupa juga mereka berbincang - bincang mengenai Tama yang hendak bekerja di kapal pesiar. Setelah selesai makan, Tama hendak mengajak Hany untuk pulang. Namun Hany menolak nya. Hany masih ingin menghabiskan banyak waktu dengan Tama. Hany tidak ingi menyia - nyiakan waktu kebersamaan nya dengan Tama. Tama pun mengerti itu. Mereka memutuskan untuk pergi menonton film bioskop. Mereka berdua sangat menikmati waktu berkencan sampai - sampai mereka tidak melihat waktu.

" Han, apa kita bisa pulang sekarang? " tanya Tama.

" Hmm,, tapi aku masih ingin bersama mu. kamu sebentar lagi akan pergi jauh dan kita tidak akan bisa menghabiskan waktu seperti sekarang. " jawab Hany sambil mengerutkan dahi nya

" Tapi ini sudah malam. apa yang harus ku katakan dengan nenek mu nanti. pasti dia sangat khawatir sekarang. " jelas Tama kepada Hani.

" Ah,,, baiklah baiklah. kita pulang sekarang. " sahut Hany dengan nada bicara sedikit kesal.

" Hany, masih ada hari esok kan. lagi pula aku berangkat sekitar dua bulan lagi. masih banyak waktu kan. " ucap Tama dengan lembut kepada Hany.

" Ya,,, ya,,,. ayo kita pulang sekarang. " kata Hany lagi.

Tama kemudian mengantar Hany pulang ke rumah nya. Tama tidak bisa menemui nenek nya dikarenakan nenek nya sudah tertidur. Mereka pulang begitu larut. Tama hanya berpamitan dengan paman dan bibi Hany.

Saat tiba dirumah Tama mengganti pakaian nya dan hendak pergi tidur. Tama merasa sedikit kasihan terhadap Hany. Tama berpikir akankah Hany bisa baik - baik saja tanpa diri nya. Tama sempat berpikir untuk membatalkan kepergian nya. namun ia tidak bisa menyakiti perasaan ibu dan kedua adiknya yang sudah berharap banyak kepada nya. Bahkan ibu nya telah mengeluarkan dana yang cukup fantastis demi anak nya bisa bekerja di kapal pesiar. Tama di hantui dengan rasa bimbang. Tama hanya bisa melakukan yang terbaik untuk bisa membuat Hany dan juga keluarga nya bahagia.

" Ku harap Hany akan mengerti. karena aku lakukan ini semua juga demi kebahagiaan diri nya juga. Aku harap aku tidak membuat nya sangat kecewa dengan kepergian ku. " kata Tama dalam hati nya.

Keesokan hari nya Hany datang mengunjungi rumah Tama. Rumah nya terlihat begitu sederhana bila dibandingkan dengan rumah Hany. Namun Hany tidak pernah mempermasalahkan hal tersebut. Hany menyapa ibu dan juga kedua adik Tama. Ibu nya sangat senang ketika Hany datang berkunjung. Kebetulan Hany datang pada pada siang hari sebelum jam makan siang. Hany membantu Ibu Tama menyiapkan makan siang untuk keluarga Tama. Tama melihat nya begitu senang. Tama merasa bahwa Hany sangat cocok untuk menjadi pasangan hidup nya kelak. Tama yang melihat Hany sedang memasak sendiri di dapur, tiba - tiba menghampiri nya dan memeluk nya dari belakang. Hany terkejut dan menyuruh Tama untuk melepaskan nya karena takut ibu Tama tiba - tiba datang. Namun Tama tidak mendengarkan nya.

" Hei! apa yang kau lakukan? lepaskan! nanti ibu mu melihat nya. " kata Hany yang mencoba melepaskan tangan Tama yang melingkar dipinggang nya.

" Biarkan aku 1 menit saja seperti ini ya. " jawab Tama.

" Hmm bagaimana nanti kalau ibu mu melihat nya? " ucap Hany khawatir.

" Biarkan saja. kamu milikku! " sahut Tama.

Mendengar perkataan Tama membuat Hany tersipu malu dan pipi nya mulai merah merona bagaikan buah tomat yang matang. Tiba - tiba Tama membisikkan sesuatu di telinga Hany.

" Mau kah kau menjadi pendamping ku kelak? " bisik Tama dengan lembut di telinga Hany.

Hany terdiam terpaku seketika. Hany merasa bahwa Tama sedang melamar nya secara tidak langsung. Hany merasa sangat senang. Hany pun menjawab nya dengan semangat. Tama merasa bahwa Hany lah yang terbaik bagi dirinya sehingga tak ada niat sedikit pun untuk berpaling. Hany mengiyakannya. Tama melepaskan pelukan nya dan membiarkan Hany untuk melanjutkan memasak. Tama memandangi Hany sambil tersenyum lebar.

Tama dan Hany saling menghabiskan waktu bersama. Mereka berdua sama sekali tidak menyia - nyiakan waktu dan sebisa mungkin menyisihkan waktu untuk satu sama lain.

Waktu keberangkatan Tama semakin dekat. Tama sudah mulai menyiapkan barang - barang yang hendak dibawa nanti. Hany menemani dan membantu Tama menyiapkan segala sesuatu nya yang hendak Tama bawa nanti. Tama mengajak Hany untuk menemani nya membeli keperluan nya yang kurang. Tama mengajaknya ke pusat perbelanjaan. Karna waktu keberangkatan yang semakin dekat, Tama enggan untuk berpisah dengan Hany begitu pula dengan Hany.

Dua hari sebelum keberangkatan, Tama meminta Hany untuk menghabiskan waktu bersama. Tama mengajak Hany untuk menginap di sebuah Hotel. Karena rasa cinta Hany yang begitu besar pada Tama Hany pun menyetujui permintaan Tama. Mereka menghabiskan waktu bersama di sebuah hotel di pusat kota. Tama merasa sangat sulit untuk meninggal kan Hany sendiri. namun Hany kembali memberi tahu Tama untuk tidak khawatir kepada nya. Hany merasa bahwa ia sanggup menjalani hubungan jarak jauh bersama Tama. Mendengar penghiburan dari Hany membuat Tama sedikit lebih tenang dari pada sebelum - sebelum nya. Tama merasa bahwa pemikiran Hany sudah lebih dewasa. Tama pun berjanji ia akan Menikahi Hany setelah ia kembali berlayar. Mendengar hal tersebut membuat Hany semakin menaruh kepercayaan besar kepada Tama. Dan mereka berdua sama - sama yakin bahwa waktu selama 5 tahun akan berlalu begitu cepat.


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C3
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login