Kedua insan itu sedang berjalan memasuki Agra's cafe yang cukup ramai, setelah Alika dan Davi turun dari mobil mereka kembali seperti semula, dalam artian seperti tidak ada kejadian apa-apa sebelumnya. Ngomong-ngomong Davi menggunakan jeans hitam dipadukan dengan hoodie berwarna putih serta sneakersnya yang senada. Sangat tampan dengan pakaian favoritnya.
Alika menaiki tangga yang menuju ke tempat private yang memang disana acara dilaksanakannya. Gadis itu sudah sangat tahu tempat-tempat yang ada di Agra's cafe, cafe ini menjadi salah satu tempat favorit Alika. Karena menurutnya cafe ini berbeda dengan cafe-cafe lain, selain ada private room, Agra's cafe juga menyediakan spot foto yang instagramable, live music tentu saja. Yang membedakan adalah karena kafe ini milik kedua orangtua Alfie, itulah yang ada di benak seorang Alika.
Tepat di depan pintu private room Alika memberhentikan langkahnya, matanya tak sengaja melihat ke samping dan didapati Rangga yang duduk dengan memainkan ponselnya.
Sama halnya dengan Davi yang mengikuti arah pandang Alika, lantas saja ia menyernitkan alisnya bingung. Tidak mungkin kan seorang Rangga mengidolakan Alfie?
"Itu Rangga, kan?" bisik Alika
"Iya beneran Rangga, dia ngefans juga sama si Alfie?"
Alika mengedikkan bahunya, "Tapi, yakali cowok es itu suka sama si Alfie,"
Rangga yang merasa ada yang memperhatikannya lantas menoleh, Alika yang sadar bahwa Rangga sudah melihat dirinya dengan cepat masuk diikuti dengan Davi.
Di dalam sana sudah ada beberapa orang yang duduk, kursi bagian depan sudah terisi penuh. Wajar saja, pasti mereka semua datang terburu-buru agar bisa menempati meja paling depan.
Alika duduk di kursi yang berada di tengah-tengah, begitupun Davi yang setia di sampingnya. Gadis itu memilin jarinya, keringat dingin mulai mengalir di pelipis mulusnya, kali ini ia benar-benar gugup, lebih gugup dari pertemuan pertamanya. Davi yang melihat Alika gugup seperti itu lantas menahan tawanya, sangat menggemaskan.
Alika melototkan matanya, "Kenapa lo ketawa? apa yang lucu?!"
Davi hanya menggelengkan kepalanya dengan raut wajahnya yang tidak bisa menyembunyikan tawanya.
Belum sempat Alika mengucapkan omelannya pada Davi, suara berat khas seorang Alfie menyapa para penggemarnya. Perlahan matanya menatap ke depan, di mana sudah ada Alfie yang tersenyum menatap ke seluruh penjuru ruangan ini.
Bibir tipis yang dilapisi sedikit liptint itu perlahan tertarik ke atas menampilkan senyuman indahnya, Alika menatap ke arah Davi yang terlihat seperti canggung.
"Lo kenapa?"
Davi menoleh dengan menggaruk tengkuknya, "Gue baru sadar kalo disini cewek semua,"
Alika menatap sekelilingnya, benar saja ruangan ini dipenuhi oleh gadis-gadis yang umumnya seumuran dengan dirinya. Hanya ada dua orang lelaki, Alfie dan Davi.
"Apa kabarnya kalian?"
Suara Alfie kembali memenuhi pendengaran Alika, saat ini fokus Alika hanya kepada Alfie. Mengabaikan Davi yang masih merasa canggung dan sedikit menahan malu.
"BAIKKK!" jawab mereka dengan lantang, termasuk dengan Alika tentu saja.
Alfie tersenyum menatap sebagian penggemarnya yang beruntung hari ini, ia bahagia ketika melihat salah satu gadis yang selama ini selalu terbayang di pikirannya. Tapi di sisi lain ia juga bingung siapa lelaki yang disampingnya? apa mungkin dia penggemarnya juga?
"Dari daerah mana aja, nih?" tanya Alfie yang saat ini duduk di kursi paling depan yang disediakan untuknya.
"Jakarta semua, kan?" lanjutnya
"Jaksel!"
"Tangerang!"
"Pondok Indah!"
Suara mereka bersautan memenuhi seluruh ruangan, Alfie menanti-nanti ucapan yang akan disebutkan Alika. Saat ini Alfie benar-benar ingin tahu dimana gadis itu tinggal.
"Senayan!" teriak Alika seorang diri
Alfie menoleh pada Alika dan tersenyum tipis lalu berdeham, "Gimana kalo aku nyanyi, ada yang mau dengerin gak?"
Bukan hanya seorang artis, Alfie juga adalah seorang penyanyi. Sedari kecil Alfie sudah sangat menyukai musik, makannya dari itu saat ini Alfie menjadi seorang penyanyi.
"MAU!"
"MAU BANGET, DONG!"
"ADUH AMBYAR NIH PASTI!"
Berbagai sahutan yang memenuhi pendengaran Alfie membuat dirinya terkekeh, tangannya terulur untuk mengambil gitar yang berada di sudut ruangan dan juga mikrofon yang sudah terpasang di stand micnya.
"Tes! tes!" ucap Alfie dengan mengetuk-ngetuk mikrofonnya menggunakan jari telunjuknya.
Jreng!
Alfie mulai memetik gitarnya, ia menyanyikan lagu berjudul Cinta Luar Biasa. Lagu itu sangat pas saat pertama kali ia bertemu dengan Alika
Seketika pikirannya langsung melayang pada pertemuan pertama dirinya dengan salah satu gadis yang berada di hadapannya, Alika. Bagaimana cara gadis itu menyapa dirinya yang menurutnya berbeda dengan penggemarnya yang lain.
Mungkin orang lain menganggap jika rasa ini bernama cinta mungkin mereka akan meledek Alfie karena terlalu cepat bila dikatakan cinta. Tapi, sejujurnya Alfie pun bingung pada sesuatu yang ia rasakan di dalam dirinya. Apa mungkin ini namanya cinta pandangan pertama?
Manik matanya berhenti saat menatap Alika, perlahan kakinya melangkah menghampiri gadis itu dengan tangan yang sudah beralih memegang mikrofon sedangkan gitarnya ia tinggalkan begitu saja.
Tangannya terulur mengambil salah satu tangan Alika dan menuntunnya ke depan membuat teriakan histeris mengisi ruangan yang berukuran cukup luas ini.
Sama halnya dengan teriakan histeris gadis lainnya, jantung Alika berdegup kencang. Pipi tembamnya berubah menjadi merah merona, karena dasarnya Alika memiliki kulit yang putih jadi merah merona di pipinya sangat kentara.
Alika menelan salivanya susah payah, gadis itu merasa jika di dalam perutnya ada ribuan kupu-kupu yang berterbangan.
Tak terasa lagu yang Alfie nyanyikan telah selesai, Alfie menatap Alika dengan senyuman manisnya.
"Alfie kenal sama cewek itu?" bisik salah satu gadis yang tak jauh dari Alika berdiri
"Emang iya? gue kok gak tau," jawab gadis berhijab yang di sampingnya
"Gue kan nanya!"
Alfie berdeham, "Namanya siapa?" tanya Alfie dengan mendekatkan mikrofon pada Alika
Sedangkan Alika yang ditanya seperti itu pun mengerutkan alisnya, apa Alfie tidak ingat dengan dirinya? Mengapa secepat itu Alfie lupa padanya?
Alfie tersenyum di dalam hatinya, tidak mungkin Alfie melupakan gadis di hadapannya ini. Ia berusaha menahan tawanya saat melihat Alika yang menatapnya dalam seolah-olah mengingatkan bahwa ia kenal dengan gadis itu.
Alika mengambil mikrofon dari tangan Alfie dengan kesal, "Nama gue Alika."
"Salam kenal, Alika!" ujar Alfie diikuti para penggemarnya yang sama menyapa Alika
Di sana Davi dapat melihat ekspresi Alika yang terlihat kesal namun berusaha menutupinya.
"Alika, baper gak dinyanyiin Alfie?" seru salah satu gadis yang duduk dekat dengan Davi
"Gak, biasa aja."
Sontak semua orang terkejut dengan jawaban Alika, padahal banyak di antara mereka yang ingin berada di posisi Alika tadi. Tapi, dengan mudahnya Alika menjawab tadi biasa saja.
Alfie menoleh, "Kok gak baper?"
Alika mengedikkan bahunya lalu melangkahkan kakinya menuju tempat duduknya tadi bersama Davi.
***