Download App

Neuro

Kau menyipitkan matamu walau itu tidak membantu. Sudah jelas hutan itu sangat lebat. Di drama cd entah di volume siapa, kau ingat hutan itu masih belum sepenuhnya dieksplorasi. Malah mungkin sudah dihentikan karena terlalu luas.

'Kalau tidak salah Gauche bisa sampai danau disana'.

"Putri, sebaiknya kita kembali. Kita memang tidak memasuki hutan, tapi masih berbahaya jika melewati sungai".

"Aku tahu. Solona sejauh ini seberapa jauh kita tahu tentang hutan ini?".

Solana menempelkan jari didagunya. "Hmm... seingatku tidak terlalu banyak. Tapi entah kenapa lebih banyak yang akan tersesat didalam hutan bahkan ketika mereka mengikuti sungai".

"Itu aneh. Apa mungkin sungainya bercabang?".

"Entahlah. Hutan ini sepertinya memang mempertahankan dirinya sangat keras".

Mempertahankan diri. Itu kata yang tidak biasa. Sepertinya Solona sangat menghargai alam. Walau kau merasa tidak pernah mendengarnya.

"Ya sudahlah, kurasa kita tidak akan mendapat apapun sekarang".

Kau melompati batu-batu disungai untuk menyebrang. Solona mengikutimu. Kau ingat pertamakali melakukan ini dan Solona langsung memohonmu untuk tidak melakukannya lagi. Dia bahkan bilang akan menggendongmu sampai keseberang tapi itu terlalu lama.

Pada akhirnya kau menang dari Solona. Tapi kau masih melihat kekhawatiran diwajahnya. Setidaknya dia tidak lagi berteriak seperti kau melompat kearah truk atau semacamnya lagi.

Kau mengingatnya lagi dan tertawa.

"Putri, apa kau mengingat saat aku berteriak setiap kau menyebrangi sungai?".

"Ahaha, maaf. Habisnya jarang sekali Solona seperti itu".

"Putri... aku sudah memintamu untuk melupakannya".

Sebenarnya kau suka melihat wajah malunya. Tapi kau harus ingat tidak menyakiti harga dirinya.

"Ah ternyata anda disini putri".

Begitu kau memasuki Mansion kau disambut kepala pelayan. Dari ucapannya dia pasti mencarimu.

"Ada apa?".

"Tuan muda Neuro datang berkunjung".

Sekejap kau merasa dunia berhenti berputar.

Kau didepan pintu Neuro menunggu. Kau tidak yakin kau siap karena kau tidak tertarik dengan karakter Neuro. Tentu di drama cd sifatnya sangat menarik untuk cerita, tapi ini bukan hanya cerita. Kau bisa membayangkan seorang anak egois sekaligus manja akan membuatmu kesal.

Kau mempersiapkan mentalmu dan membuka pintu.

"Ah, putri. Aku sudah menunggumu!".

Kau terdiam dan melihat sekeliling.

"Putri?".

Didepanmu ada seorang anak laki-laki berambut biru dan mata merah. Dia membawa buket bunga kecil.

"...Neuro?".

"Ya?".

'Dia membalas! Eh? Eh? Anak manis ini Neuro!?'. Kau tidak ingin percaya. Tidak aneh kalau versi kecil dan versi besarnya berbeda. Tapi...

"Aku membawakanmu bunga, kuharap kau menyukainya". Neuro mendekatimu. Dan keimutannya bertambah.

'Tidak akan. Aku tidak akan pernah bisa bilang...'.

Neuro terlihat seperti menunggu sesuatu. Kau langsung tersenyum sambil menerima buketnya. "Terimakasih Neuro".

"Eh?".

Kau melihat mata Neuro melebar. Dia terlihat shok.

"Kau tidak apa-apa Neuro?".

"Uuum...". Neuro melirik Solona yang hanya dibalas dengan anggukan. "Syukurlah kalau begitu".

Neuro memperhatikanmu yang sedang melihat bunga dibuketnya. Dia sudah menunggumu untuk menumpahkan semua bunganya dan menginjaknya seperti biasa, tapi kau tidak melakukannya.

"Putri... apa kau sudah baikan? Kudengar kau terkena demam. Maaf aku baru bisa berkunjung hari ini".

Neuro ingin mengunjungimu sejak hari pertama dia mendengar kau sakit. Tapi orangtuanya mengatakan kau hanya akan terganggu. Selama itu Neuro terus khawatir kau akan membencinya dan siap melakukan apapun untuk menebusnya.

"Tidak apa-apa, lagipula akan gawat kalau Neuro sampai tertular".

'Tidak, tidak... itu sudah seminggu berlalu. Kenapa Putri malah mengkhawatirkanku? Apa yang dia rencanakan? Juga tingkah lakunya...'.

Neuro terus memperhatikanmu.

'Ah... wajahnya penuh kekhawatiran. Kau tidak perlu takut begitu aku tidak akan menyerangmu'. Seingatmu kau masih 6 tahun. Memikirkan Neuro yang masih kecil menunjukan wajah seperti itu cukup mengkhawatirkan.

Di drama cd Neuro sangat angkuh. Dia seperti seseorang dengan bipolar. Tapi mungkin itu juga karena si Putri gila itu. Lihat saja dia sekarang. Seperti anak anjing dengan kotak 'tolong pungut aku'. Bagaimana mungkin kau memintanya memutuskan pertunangan sekarang.

Kalau begitu tidak ada pilihan lain.

"Neuro, ayo kita bermain!". Kau berdiri dan langsung menarik Neuro keluar. Solona menghela nafas dan mengikuti.

Kau membawa Neuro ke sungai.

"Umm... Putri apa yang...".

"Hup". Tak menunggu Neuro kau melompati batu.

"PUTRI!!!".

Kau merasa dejavu mendengar teriakan Neuro. Kau tidak kehilangan keseimbanganmu dan terus melompat sampai ke seberang.

"Sekarang giliranmu Neuro!".

Neuro hanya terdiam tidak percaya melihatmu. "Umm... Solona, apa Putri baik-baik saja?".

"Ya dia baik-baik saja".

Mendengar jawaban Solona, Neuro bertanya-tanya apa ini sikap lainmu.

"Neuro ayo cepat!" panggilmu diseberang.

"Tuan muda Neuro sebaiknya anda mengikutinya saja".

Neuro merasa Solona terdengar seperti menyerah. Atau lelah? Dia tidak biasanya seperti itu.

Neuro mulai melompati batu satu persatu.

'Sebenarnya apa yang dia mau? Tidak mungkin dia hanya mau aku menyebrang kan?'

Neuro berhenti dan melihat kearahmu. Kau terlihat antusias melihatnya. Bukan senyum sinismu yang biasa. Neuro mulai berpikir apa kau mau dia jatuh, tapi melihat senyummu sepertinya kau ingin dia berhasil.

Neuro mengepalkan tangannya dan menarik nafas. Sudah lama dia tidak merasakan ini. Dia melompati batu lebih cepat.

"Ayo Neuro!" sorakmu.

Neuro melopati batu terakhir tapi batunya licin. "Uwah!". Neuro masih berhasil untuk melompat tapi dia mendarat tepat disisi sungai. 'Aku akan jatuh'.

Kau menangkap tangan Neuro dan menariknya. Kalian berdua jatuh ketanah.

"Putri kau tidak apa-apa? Ah, bajumu pasti kotor!" Neuro panik saat melihatmu duduk ditanah.

"Pfft, ahahaha. Ah... tadi itu seru juga".

"Pu... Putri! Tadi itu bahaya, bagaimana kalau kau jatuh ke air! Ah, bukan hanya itu, bajumu juga sekarang kotor!".

"Neuro kau terdengar seperti Solona kemarin. Pfft...".

Neuro menoleh kearah Solona diseberang yang hanya menggelengkan kepalanya. Jadi karena ini dia terdengar lelah tadi.

"Oke, sekarang kita kembali!" kau langsung melompati batu lagi.

"EH?!".

Tidak berakhir disitu. Kau mengajak Neuro bermain seharian. Sampai matahari tenggelam.

"Masa kecil sungguh indah!". Kau berteriak kearah matahari tenggelam.

Disisi lain Neuro hanya terbaring ditanah.

"Tuan muda Neuro, apa anda baik-baik saja?" tanya Solona.

".....Aku tidak pernah merasa sebebas ini" jawab Neuro masih melihat ke arah langit yang mulai gelap. Dia bangun dan melihatmu. Lalu melihat tangannya yang kotor. Dia memang selalu pulang babak belur setelah bertemu denganmu, tapi hari terasa berbeda.

"Tuan muda Neuro, aku hanya seorang putra butler tapi... aku harap anda tidak akan menceritakan hal ini pada siapapun. Untuk kebaikan sang Putri".

Neuro hanya melihat Solona yang membungkuk disampingnya. Biasanya dia akan melaporkan semua detail pada Ibunya. Itu harus.

".....Aku mengerti".

"Terimakasih banyak". Solona membungkuk lebih dalam.

"Jangan salah paham. Aku melakukan ini untuk Putri. Kau hanya pelayan, jangan lupa posisimu".

"Tentu saja".

Neuro tidak ingin mengakuinya, tapi walau Solona bukan orang dewasa dia terdengar sangat berwibawa. Tentu saja untuk seorang Butler. Dia sangat menyebalkan.

Neuro akhirnya pergi. Kau sedikit sedih dia pulang. Kau merasa seperti anak kecil yang melihat teman mainmu harus pulang.

"Putri, sebaiknya kau membersihkan diri" ucap Solona dibelakangmu.

"Ya". Kau berbalik menuju mansion.

Sambil berjalan kau memikirkan cerita di drama cd. Mansion ini sangat sepi dan kau hanya seorang anak. Kau tidak banyak bertemu orang. Selain itu, semua pelayan bahkan Solona memperlakukanmu bukan sebagai anak kecil, tapi seseorang yang harus diikuti.

Tidak ada yang memperingatimu atau mengajarimu sopan santun atau etika. Tidak ada yang menegurmu. Kau dibuat seolah memiliki kuasa atas semua orang. Tentu saja si Putri menjadi egois.

Tempat ini terasa hanya seperti rumah boneka.

Dikereta Neuro memikirkan apa yang dikatakan Solona dan Kepala Pelayan padanya. Pesannya sama. Yaitu untuk tidak menceritakan perubahan Putri pada siapapun. Jelas mereka tahu kalau dia selalu menceritakan semua yang terjadi kepada Ibunya.

Tapi pertanyaannya kenapa?

Apapun itu pasti ada sesuatu. Dan itu ada hubungannya dengan perubahan sikap Putri yang tidak boleh diketahui.

"...para pelayan itu...". Neuro mengingat hari ini. "...yang akan melindungi Putri adalah aku".


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C2
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login