Saanto memapahku ke pondok. Meski ia sedikit meringis saat harus menaiki tangga. Namun akhirnya aku sampai juga di pondok itu. Keringat menetes di pelipisnya. Ingin ku seka. Tapi ku urungkan. Aku jelas tahu itu pasti karena berat badanku. Tapi harga diriku sulit menerima fakta itu. Tetap saja dia itu tipe orang menyebalkan bagiku. Di depan wanita, seharusnya berpura-pura saja Ia menganggap tubuhku seringan kapas. Itu adalah etika bukan?
"Sebaiknya biarkan aku berjalan sendiri. Ndak usah sok kuat begitu. Entar tulang punggungmu rontok baru tahu rasa." Ucapku. Dia menoleh kepadaku dengan tatapan dingin.
"Memang sudah rontok." Ucapnya. Ya ampun laki-laki ini benar-benar berdarah dingin. Bagaimana mungkin dia memperlakukan wanita dengan sikap seperti itu. Pantas saja masih bujang. Eh.. apa dia masih bujang ya? Atau sudah punya istri?