Kami pergi ke kamar, aku berganti pakaian dibantu daddy. Tapi.... 'Baju apa iniiii?!'
"Daddy?"
"Hm?"
"Emmm... ini..."
"You don't like it?"
"Eh? Em, I don't know. I never wear something like this"
"Then this will be your first time, baby boy"
"Kita mau kemana, daddy? kenapa Luca harus pakai baju ini?"
"You will know later"
Setelah berpakaian, aku melihat ke cermin. 'Whoaaa!!! Is that me?'
"You like it?" Tanya daddy
"Yeahhh I like it so much... how's it possible? I looks so..." Wajahku seketika memerah, daddy tersenyum nakal.
"You looks so cute and sexy, my precious baby boy" Bisik daddy sambil memelukku dari belakang. Suara daddy yang serak dan berat membuat darahku berdesir. Wajahku yang sudah merah jadi semakin terbakar rasanya, bagaimana daddy bisa berkata manis seperti itu?
Sekarang aku mengenakan celana pink setinggi paha dan kaus dengan warna senada yang panjangnya tepat diatas pusar. Outfit ini benar-benar membuatku terlihat sexy. Selain itu, lihat ini! aku memakai kaus kaki bermotif kaki kucing! 'So damn cute'.
Kurasa ini adalah kostum kucing, oh.my.god. aku punya telinga! Wow! aku tidak pernah mencoba animal play sebelumnya dan ternyata ini benar-benar cute. Dari dulu aku selalu suka terlihat cute dan entah bagaimana sepertinya daddy tahu makanya dia membuatku memakai outfit ini.
Aku mengarahkan pandanganku ke daddy di cermin, ekspresi daddy yang dipenuhi nafsu seketika membuatku terangsang.
"Kita berangkat, baby boy"
"Yes, daddy"
Untuk jalan-jalan kali ini, daddy memilih Maserati hitamnya. Setelah perjalanan entah berapa menit akhirnya kami sampai di tempat tujuan, Wooden Box club.
'Ternyata daddy membawaku ke club ini' Baru saja aku akan membuka pintu mobil, daddy sudah menghentikanku.
"Sebentar, daddy belum memasang ekornya"
"Ekor?"
"Iya"
"Ohh, baiklah. Daddy pasang penitinya dibelakang kan?"
"Bukan baby boy, bukan peniti"
"Ha? Lalu apa?"
Kemudian daddy mengeluarkan ekor yang dimaksud. dipangkal ekor itu ada bulatan kecil seperti bola bekel. Aku bingung.
"Daddy akan memasukkan ini ke hole mu, baby"
'WHAT?!'
"B-Biar Luca pasang sendiri, daddy" Aku agak sedikit gugup, benda itu akan masuk ke hole ku? Rasanya pasti seperti memiliki pen*s daddy didalam ku. Tapi sayangnya lebih kecilL dan yang pasti aku yang sudah mulai horny ini bisa semakin hornyyy.
"Tidak, daddy yang pasang, sekarang Luca berbalik. Siniin bokongmu, baby boy!"
Aku malu sekali kalau harus dipasangkan daddy. Apalagi dengan posisi ini... akkhhhh daddy bisa-bisa nya memasang poker face disaat seperti ini.
Mau tidak mau aku harus menurutinya. Aku berbalik, dengan posisi telungkup kunaikkan bokongku menghadap daddy. Daddy membuka lube dan mengoleskan sedikit ke hole ku. Daddy membuka lubang kecil yang ada di celanaku dan mulai memasukkan satu jarinya kedalam yang membuatku benar-benar makin terangsang.
"Nngghhh~"
"Kenapa, baby boy?"
"Emm? ti-tidak"
"Daddy masukin ya?"
"Iyahh~" Tanpa sadar aku mendorong bokongku kebelakang, mendekat kearah daddy.
"Ssstt, baby boy!"
"Yes, daddy. Sorry"
"Good. Now, behave!"
Daddy memasukkan ekor tadi ke dalam hole ku perlahan.
"Nngghh... daddy"
"Yes, baby?"
"It feels good. I want moree~"
***
"Nghh..." Aku mendorog bokong ku kebelakang berharap agar daddy memasukkan jarinya lebih dalam, Tapi tenyata tidak. Daddy langsung mengeluarkan jarinya begitu ekor ku terpasang.
"Daddy..." Aku menatap daddy dengan ekspresi memohon.
"Kalau kau tidak menurut maka daddy akan memberikan hukuman yang tentu tidak akan kau suka"
Menyadari mood daddy yang berubah, aku diam dan menatap kebawah. Meskipun aku suka hukuman spanking yang terakhir kali, tapi aku tidak mau hukuman yang ditawarkan daddy kali ini. Feeling ku menyatakan kalau ini benar-benar tidak akan se-enak kemarin.
"Good boy" Daddy kemudian mengelus kepalaku.
Kami sudah di dalam club, enah kenapa meskipun antrian masuk lumayan panjang tapi daddy bisa masuk lebih dulu tanpa perlu repot mengantri dan melakukan security checking. Tempat ini sangat ramai meskipun begitu ruangannya tidak terasa sesak. Daddy memesan martini untuk ku dan red wine untuknya.
"Boy"
"Yes, daddy?"
"Kemarilah" Ucap daddy sambil menepuk pahanya. 'Ehe aku mau banget kalo dipangku'
Aku duduk dipangkuan daddy sambil bersandar di dadanya, mencium aroma daddy yang sangat harum. Sofa disini memang nyaman tapi duduk di pangkuan daddy jauh lebih nyaman.
Aku dan daddy duduk menghadap ke panggung yang seperti biasa ada pertunjukan hot diatasnya. Kalau tidak salah dulu aku juga pernah melihat daddy melakukan pertunjukan di ruangan semi tertutup.
"Daddy?"
"Iya, baby boy? Apa yang mau kau tanyakan?"
"Eh? kok daddy tau?"
"Bicaralah!"
"Emm, dulu, Luca pernah gak sengaja lihat daddy melakukan pertunjukan diatas. Apa..." Aku menghentikan kalimatku. Aku takut dengan jawaban yang akan kudapatkan.
"Katakan!"
Aku menggigit bibir bagian dalamku, merasa tidak yakin.
"Boy!" Daddy mengangkat daguku sehingga mata kami bertemu.
"Katakanlah, daddy akan menjawabnya"
Aku berfikir sejenak, mengumpulkan keberanian.
"Daddy, apa daddy punya baby boy selain aku?"
Bukan menjawab, daddy malah tertawa. Menyebalkan.
"Daddy.. Luca mau jawaban bukan ejekan"
Daddy masih tertawa, sialan.
"Maaf, maaf... kau lucu sekali baby" Setelah puas tertawa baru daddy melanjutkan kalimatnya " Apa kau fikir aku punya orang lain selain kau?"
"Emm... Luca tidak tau"
"Jawabannya adalah tidak, baby, kau fikir aku suka bermain-main seperti itu?"
"Iya, semua orang bilang begitu"
Daddy menghembuskan nafas berat.
"Baiklah, daddy mengakuinya, memang iya sayang. Daddy suka bermain, dulu"
"Dulu? Bukannya sekarang masih?"
"Tidak, baby boy"
"Tapi, beberapa minggu lalu, Luca lihat daddy sedang melakukan pertunjukan di ruangan semi terbuka diatas"
"Oh itu, saat itu daddy hanya sedang bosan dan ingin bermain saja"
"Benarkah?"
"Iya baby, aku bertemu dengannya di club ini, ketika aku mengajaknya, dia terlihat sangat tertarik"
"Sama seperti daddy yang tidak sengaja bertemu dengan ku malam itu"
Daddy menatapku dengan ekspresi yang lebih serius.
"Hal itu berbeda, baby boy"
Aku tidak bertanya lebih jauh lagi meskipun aku sangat ingin tahu apa yang membuat diriku dan laki-laki itu berbeda. Mata daddy berhasil menghipnotisku.
"Kau mengerti?"
"Yes, daddy" Jawabku sambil tetap menatap matanya yang indah itu.
Ketika aku dan daddy sedang berada di dunia kami sendiri tiba-tiba pelayan datang membawakan pesanan kami. Aku tiba-tiba merasa sangat haus. Daddy mengambilkan minumku, aku masih duduk dipangkuannya. Ini sangat nyaman, aku bisa terbiasa dengan hal ini.
Setelah daddy meletakkan minumanku, dia mengambil wine nya. Aku terus memperhatikan daddy yang sedang menyesap segelas wine dengan perlahan dan elegan. Uhh jantungku masih belum terbiasa dengan pemandangan ini. Daddy terlihat hot.
"Apa yang kau fikirkan, baby boy?" Tanya daddy sambil masih memegang gelas wine nya.
"Eh? Emm..."
'Jangan sampai daddy tau betapa kotornya otakku' Akhirnya aku memikirkan hal lain, sesuatu yang membuatku penasaran sejak beberapa hari lalu.
"Bicaralah, baby boy!"
"Emm, Luca melihat daddy dan model itu di restauran..." Aku menghentikan kalimatku lagi, aku sangat takut.
"Model? Ohhh dia, lalu?"
Aku menundukkan wajahku menatap neck tie daddy, "Apa kalian sepasang kekasih?"
Jantungku berdetak jauh lebih cepat dari biasa. Aku benar-benar bisa mati sekarang. Bagaimana kalau daddy menjawab iya?
Aku bisa merasakan tatapan mata daddy yang semakin tajam kearahku.
"Babby boy!"
"Y-Yes, daddy"
"Lihat ke arah daddy"
Dengan ragu aku mengarahkan kepalaku ke daddy.
"Kau adalah milik ku, dan begitu pula sebaliknya"
Deg!
Daddy barusan bilang apa? oh.my.god.
"Luca tau maksud perkataan daddy?"
"Yes, daddy"
"Good boy" daddy mengelus pipiku dengan ibu jarinya.
"Ta-tapi Luca penasaran... kalau daddy milik Luca, kenapa daddy membawa model itu ke Cannes?"
Daddy mengeluarkan smirk nya yang membuatku merasa sangat kesal.
"Sepertinya kau mencari tahu soal daddy?" Tanyanya
Wajah ku terasa panas, aku merasa sangat malu, daddy kenapa harus bertanya seperti itu?? Ketika sedang asik dengan lamunan ku tiba-tiba daddy mencium bibirku, singkat.
"My sweet baby sepertinya sedang malu"
"Daddyyy!!!"
Daddy hanya tertawa, lagi.
"A-Aku ti-tidak sengaja lihat beritanya di tv" Ucapku gugup
"Kami hanya rekan kerja, Aku sudah memintanya untuk menemaniku ke Cannes sebelum bertemu dengan mu. Akan tidak sopan jika aku tiba-tiba membatalkannya"
"Emm baiklah"
"Tunggu, apa hal itu yang membuatmu marah kemarin?"
"Haa?? Te-tentu saja tidak!"
Sialan, sekarang daddy jadi tau kalau aku sebenernya cemburuan, brengsek. Kenapa aku harus bertanya yang tidak-tidak sih?
"Kau manis sekali, baby boy"
Daddy menarik tubuhku untuk mendekat ke arahnya dan satu detik kemudian bibir daddy melumat bibir ku, lidah daddy bermain dengan lidahku, aku menyesap bibir daddy yang terasa seperti red wine yang baru saja diminumnya.
Have some idea about my story? Comment it and let me know:)