Keheningan terjadi di sepanjang perjalanan pulang. Seulgi memilih untuk tetap diam dari pada mendapat amukan dari yeoja di sebelahnya.
Flashback on
Irene mendudukkan dirinya di atas kap mobil Seulgi dengan raut wajah kesal. Sudah setengah jam Irene menunggu Seulgi dan manusia yang ditunggu tunggu tak kunjung datang. Irene sangat menyesal sudah menerima tawaran Seulgi untuk pulang bersama.
"Tau gini aku pulang dengan yang lain saja. Memang beruang satu itu tidak bisa diandalkan" Irene menendang-nendangkan kakinya di udara. Tak henti hentinya menggerutu merapalkan sumpah serapahnya pada Seulgi.
"Anak baru itu sangat beruntung. Dihari pertamanya saja sudah mendapat perhatian dari Seulgi sunbaenim" sontak Irene menolehkan kepalanya pada segerombol adik kelas saat mendengar nama Seulgi disebut sebut.
"Ulangi yang kau ucapkan tadi!" Hadang Irene pada segerombolan adik kelas yang melintas didepannya.
"Eoh, Irene sunbaenim" kejut salah satu dari mereka.
"Palli!"
"I-i-itu s-seulgi sun-sunbae-" saking takutnya melihat tatapan Irene membuat pemilik rambut blonde itu tergugup.
"Bicara yang jelas" dingin Irene.
"Tadi Seulgi sunbaenim membantu Ningning yang jatuh tergelincir di tangga" kata salah satu dari mereka.
"Lalu dimana manusia beruang itu?"
"Ma-maksudku temanmu itu?" Lanjut Irene
"Seulgi sunbaenim membawanya ke unit kesehatan"
"Aish. Awas kau bear"
Irene mempercepat langkahnya menuju unit kesehatan. Aura dingin yang terpancar darinya membuat siswa di sekitarnya merasa terancam.
Saat akan memasuki unit kesehatan Irene membeku melihat pemandangan yang terpampang di depan matanya. Seulgi manusia yang membuatnya naik darah sedang memeluk seorang yeoja dengan posisi sedikit intim.
"Yak! KANG SEULGI!" Seulgi yang mendengar pekikan Irene sontak melepaskan pelukan dan mendorong tubuhnya menjauh dari yeoja dihadapannya. Membuat yeoja itu jatuh tersungkur dilantai.
Aksi tatap-tatapan antara Irene dan Seulgi terjadi cukup lama sampai Irene memutuskan kontak dan pergi begitu saja. Seulgi yang tau jika dirinya berada dalam situasi darurat segera pergi menyusul Irene mengabaikan manusia yang masih meringis kesakitan akibat ulahnya.
"Irene, Tunggu! Ini tidak seperti yang kau bayangkan"
"Aku hanya membantunya saja" Seulgi mulai memberikan penjelasan.
"Saat menuju parkiran aku tak sengaja melihatnya terjatuh di tangga" langkah cepat Irene cukup membuat Seulgi kewalahan.
"Dengan spontan aku menolong dan membawanya ke unit kesehatan" Seulgi terpaksa berlari kecil untuk bisa mensejajarkan dirinya dengan Irene.
"Kita cukup lama menunggu dokter sekolah. Jadi kita memutuskan untuk pulang. Aku membantunya berdiri. Namun saat dia mencoba berjalan, dia terjatuh refleks aku langsung menangkapnya"
Irene berhenti saat Seulgi berhasil menghadang jalannya. Dengan nafas tersenggal senggal Seulgi menatap dalam mata Irene.
"Itu tadi hanya ketidak sengajaan saja" Seulgi meraih tangan Irene dan menggenggamnya erat.
"Percayalah padaku. Jebal" Seulgi semakin mengeratkan genggaman tangannya.
Irene mencoba mencari kebohongan di mata Seulgi namun hasilnya nihil. Sepertinya Seulgi memang tidak sedang berbohong.
"Aku mau pulang" hanya kata itu yang diucapkan oleh Irene.
Seulgi mengembangkan senyumnya, setidaknya Irene masih mau pulang bersamanya.
Flasback off
Mobil yang dikendarai Seulgi sudah terparkir rapi di halaman mansion keluarga Bae. Seulgi dengan sigap membantu Irene melepaskan sabuk pengaman. Mengikuti Irene dari belakang memasuki mansion mewah keluarga Bae.
Sampai di depan pintu kamar, Irene menghentikan langkahnya secara tiba tiba membuat Seulgi menubruk punggungnya. Tubuh Irene pun terhuyung kedepan dengan sigap Seulgi menarik tubuh Irene membuatnya masuk dalam dekapan Seulgi.
"Aku hanya membantunya saja. Tidak lebih. Jika kau ingin marah. Marah saja padaku. Tapi jangan diami aku. Jebal" Seulgi meletakkan kepalanya pada bahu Irene. Memeluk erat Irene dari belakang.
Irene POV
Seharusnya aku bersikap biasa saja melihat Seulgi memeluk yeoja lain, namun kenapa perasaanku tidak bisa biasa saja? Akhir akhir ini aku juga merasa tidak suka jika Seulgi memberikan perhatian kepada selain diriku.
Pikiranku kembali membawaku pada peristiwa seminggu lalu. Saat Seulgi menarikku paksa ke taman belakang sekolah. Tiba tiba saja dia mengatakan jika sudah lama dia memiliki perasaan padaku. Siapa yang tidak terkejut sahabatmu sendiri mengatakan jika dia menyukaimu terlebih lagi dia sama sepertimu.
Aku hanya bisa terdiam dengan pikiranku saat itu entah kenapa seakan ada rasa lega dalam diriku. Namun karena gengsiku yang terlampau tinggi aku mengatakan jika aku belum merasakan hal yang sama dengannya.
Aku sadar tidak bisa membohongi perasaanku terlalu lama. Jisoo benar sku bisa membohongi diriku sendiri tapi tidak dengan perasaanku.
Aku merasakan tangan Seulgi melingkar semakin erat. Hembusan nafasnya juga terdengar lebih teratur. Aku membalikkan tubuhku dan menatap dalam matanya. Tatapan tulus yang selalu diberikannya selalu membuatku tenggelam didalamnya.
"jika kamu ingin waktu sendiri aku akan pulang. Kabari aku jika terjadi sesuatu ne" aku merasakan belaian lembut di pipiku.
Tidak aku pungkiri bahwa Seulgi selalu memperlakukan ku dengan sangat lembut. Bahkan aku tau dia tidak akan sampai hati untuk menyakitiku sekecil apapun. Dia sudah banyak berkorban untukku. Aku tidak ingin menyesal dikemudian hari karena sudah menyianyiakan manusia beruang sebaik dirinya.
"Saranghae" kata kata itu yang hanya bisa keluar dari mulutku.
Normal POV
"Saranghae" kata Irene tiba tiba.
"Mworago?" Seulgi terbengong tidak percaya dengan apa yang di dengarnya. Seulgi berekspektasi bahwa Irene akan marah dengannya. Tapi yang terjadi malah sebaliknya.
Irene tersenyum kecil dan hendak pergi meninggalkan Seulgi yang masih mematung. Namun Seulgi lebih cepat meraih tangan Irene.
"Apa aku salah dengar?"
"Memang apa yang kau dengar?"
"saranghae"
"Nado saranghae" jawab Irene. Seulgi semakin melototkan matanya tidak percaya.
"Kenapa malah diam saja. Bukankah kau terus menunggu jawaban dariku atas pertanyaanmu minggu lalu?" Irene mengguncang tubuh Seulgi yang membeku.
"Apa ini nyata?" Seulgi menampar pipi kanan dan kirinya.
Irene yang tak tahan melihat tingkah gemas Seulgi menjinjitkan tubuhnya dan mencuri kecupan singkat di bibir Seulgi. Seulgi yang mendapat perlakuan mengejutkan itu semakin mematung, wajahnya memerah dan jantungnya berdetak tak terkontrol.
Tawa irene pecah melihat wajah Seulgi yang memerah bak kepiting rebus.
"Bear, kontrol wajahmu" Irene disela tawanya.
Seulgi yang merasa malu, semakin tertantang. Tangannya yang kokoh mengurung dan menyudutkan tubuh Irene ke tembok. Membuat jarak antara Seulgi dan Irene semakin dekat hingga Irene bisa merasakan hembusan nafas Seulgi di hadapannya.
"Se-seul" gugup Irene.
Tatapan Seulgi terkunci pada bibir mungil Irene. Dengan perlahan Seulgi mengecup lembut bibir wanita dihadapannya saat ini.
Irene hanya bisa memejamkan mata merasakan bibir Seulgi menyatu dengan bibirnya. Ciuman pun terjadi. Yang awalnya hanya kecupan berubah menjadi lumatan.
Irene yang masih syok hanya diam membeku merasakan bibirnya dilumat oleh Seulgi. Karena geram tidak ada balasan Seulgi menggigit bibir Irene membuat si pemilik kaget dan spontan membuka mulutnya.
Seulgi yang merasa diberi akses, dengan perlahan mengabsen deretan gigi Irene dengan lidahnya.
Merasa tak juga ada pergerakan dari Irene Seulgi kembali melumat bibir Irene kasar. Irene pun mulai membalas lumatan demi lumatan dan berusaha mengimbangi permainan Seulgi. Decakan demi decakan terdengar di kedua telinga mereka.
Tangan nakal Seulgi tidak diam saja. Tangannya aktif mengelus pangkal paha Irene.
"Engghh.. Seul.." desah Irene lolos saat tangan nakal Seulgi meremas pangkal pahanya.
Ciuman Seulgi semakin ganas saat mendengar desahan yang keluar dari mulut Irene. Perlahan Seulgi meraih gagang pintu tanpa melepaskan ciumannya. Walau sedikit kesusahan Seulgi berhasil membuka pintu kamar dan menuntun Irene masuk ke dalam kamar.
Seulgi menjatuhkan tubuh irene ke ranjang dan mengungkungnya dibawah tubuhnya. Seulgi terus memberikan ciuman penuh nafsu dan semakin menuntut.
Setelah puas dengan bibir Irene, Seulgi mengalihkan kecupannya ke leher Irene. Memberikan kecupan kecupan basah, gigitan kecil dan hisapan pada leher jenjang Irene. Membuat tanda tanda kemerahan menghiasi leher putih Irene.
"Unnie"
"Apa yang Unnie lakukan?"
Irene segera mendorong Seulgi menjauh darinya. Dan menatap manusia yang sudah berdiri diambang pintu kamarnya. Irene memberikan tatapan mematikan pada Seulgi karena keteledorannya tidak menutup pintu kamar.
Seulgi dan Lalisa sedang bermain game di ruang keluarga Bae. Dengan lihai mereka menekan tombol joy stick ditangan masing masing. Fokus mereka terpaku pada layar tv berukuran 88" yang menampilkan grafik game.
"Lili"
"Hmm"
"Lili harus berjanji tidak akan memberitaukan kepada siapaun tentang kejadian tadi ne"
Seulgi terus saja terbayang bayang kejadian beberapa saat lalu. Saat dirinya sedang asik berciuman dengan Irene tiba tiba saja seseorang mergoki kegiatan mesumnya dan manusia itu adalah Lalisa. Sebenarnya Seulgi bersyukur setidaknya Lalisa lah yang memergokinya. Apa jadinya jika yang memergokinya appa atau eomma Irene mau ditaruh dimana mukanya. Ini menjadi pelajaran buat Seulgi agar tidak ceroboh.
"Iya unnie. Lili janji tidak akan menceritakan kejadian tadi kepada siapapun"
"Kalau perlu lupakan saja kejadian tadi ne"
"Tapi sebenarnya apa yang unnie dan Irene unnie tadi lakukan?" Mendengar pertanyaan Lalisa Seulgi menghentikan aktifitasnya.
"Tidak ada"
"Apa unnie menyakiti Irene unnie?"
"Yak. Mana ada"
"Tapi Lili lihat di leher Irene unnie banyak merah merah" polos Lalisa
Seulgi kaget dan bingung harus menjelaskan dengan cara bagaimana. Jika saja Lalisa tidak sepolos ini tidak ada masalah buat Seulgi untuk berkata yang sejujurnya. Seulgi memutar otaknya mencari kalimat-kalimat yang cocok agar mudah dipahami Lalisa.
"Unnie kenapa diam saja?"
"Tanda merah yang Lili lihat tadi itu namanya tanda kepemilikan"
"Tanda kepemilikan?"
"Sederhananya seperti ini. Lili memiliki sesuatu dan Lili tidak ingin sesuatu itu diambil oleh orang lain maka Lili harus memberikan tanda kepemilikan. Fungsinya agar orang lain tau bahwa itu adalah milik Lili. Dan tidak ada yang merebutnya dari Lili" jelas Seulgi sedikit ragu.
"Nanti Lili akan melakukannya pada Leo"
"Omo. Bukan begitu konsepnya Lili"
"Kata unnie agar milik kita tidak diambil orang. Berarti Lili harus melakukan pada Leo. Lili tidak ingin siapapun merebut Leo dari Lili"
Seulgi memegang keningnya yang berdenyut.
"Kan Lili sudah memberikan kalung pada Leo. Itu juga termasuk tanda kepemilikan" jelas Seulgi
"Kalau begitu kenapa unnie tidak memberikan kalung pada Irene unnie?"
"Itu juga bisa. Tapi unnie tidak punya uang" Seulgi terkekeh dengan jawabannya sendiri.
"Tapi yang unnie jelaskan tadi itu hanya berlaku kepada seseorang yang Lili sayangi" lanjut Seulgi.
"Berarti Lili harus melakukannya pada Mommy, Daddy, sa-?"
"Stop. Tidak akan ada yang merebut Daddy dan Mommy darimu. Maksud unnie seseorang yang Lili sayangi selain daddy dan mommy. Siapa yang Lili sayangi selain daddy dan mommy?"
"Nini?"
"Mwo?" Seulgi terkejut.
"Yasudah lakukan hanya pada Nini saja ne" mentok Seulgi.
"Aish, unnie sangat membingungkan Lili"
"Lupakan saja kalau begitu. Arraso?"
"Nde" lalisa memasang wajah cemberutnya.
Seulgi yang melihat merasa bersalah. Untung saja ide brilian muncul dari otak yadomnya.
"Lili mau es krim tidak?" Bujuk Seulgi
"Unnie traktir?"
"Iya" Senyum Lalisa merekah seketika. Dengan semangat Lalisa beranjak dari duduknya dan menyeret Seulgi.
"Yak! Lalisa. Sabar"
"Kalian mau kemana?" Suara Irene menghentikan langkah Lalisa dan Seulgi
"Beli eskrim unnie. Seulgi unnie yang traktir" jawab lalisa terkekeh
"Tunggu aku ikut!"
Sekarang mereka betiga sudah duduk di kedai es krim langganan Lalisa. Seulgi memesan es krim rasa coklat, Irene memesan rasa greentea dan Lalisa memesan rasa coklat rasa favourite nya.
"Apa yang kalian tadi bicarakan tanpa diriku? Sepertinya sangat seru" tanya Irene memecah keheningan.
Karena kejadian Lalisa memergoki dirinya dan Seulgi, membuat Irene merasa awkward dan tidak ikut menimbrung saat mereka bermain game tadi. Walaupun sebenarnya Irene tau bahwa Lilinya yang polos itu tidak akan tau apa yang sebenarnya terjadi. Tapi tetap saja Irene merasa sedikit syok dan harus menenangkan dirinya dahaulu. Irene juga percaya bahwa Seulgi mampu mengatasi Lalisa.
"Kami hanya berdebat soal game" jawab Sulgi santai menyembunyikan kepanikannya. Bisa gawat kalau Irene tau pembicaraan antara dirinya dan Lalisa. Bisa bisa dia diamuk oleh macan betina galak didepannya.
"Oh" Irene membulatkan mulutnya.
"Lili tumben berkunjung ke rumah unnie ada apa?" Irene mengalihkan perhatiannya pada Lalisa
"Lili hanya ingin main saja unnie"
"Kanapa tidak ke rumah Jennie saja" sambar Seulgi yang dihadiahi tatapan mematikan dari Irene
"Nini sedang tidak ingin bertemu dengan Lili"
"Kenapa bisa? Bukannya Jennie bucinnya Lili?" Seulgi dan Irene terkekeh bersamaan mengingat sikap Jennie jika sudah menyangkut nama Lalisa.
"Lili juga tidak tau. Tadi saat Lili ingin mengantar Nini pulang, Nini menolak ajakan Lili. Nini bilang begini. Pulang saja sana dengan Tzuyu" diakhir Lalisa meperagakan Jennie membuat Seulgi dan Irene tertawa.
"Emang apa yang Lili lakukan dengan Tzuyu sebelumnya?" Lalisa mengerutkan dahinya berpikir keras
"Tidak ada. Eoh, Lili ingat. Saat istirahat tadi Lili meminta Tzuyu menemani Lili mendaftar festival seni yang akan diadakan minggu depan. Jadi Lili menolak ajakan makan siang Nini. Belum selesai Lili berbicara, Nini sudah pergi begitu saja. Lili pikir Nini sedang kelaparan"
"Pantas saja kucing betina itu memasang wajah cemberut sepanjang hari"
Seulgi hanya menyimak Lalisa dan Irene bergantian sesekali tersenyum.
"Apa Jennie unnie marah? Tapi kenapa?" Tanya Lalisa polos
"Mungkin Nini marah melihat Lili berdekatan dengan Tzuyu" tebak Seulgi sambil menyuapi sesendok es krim ke mulut Irene.
"Kalau marah kenapa tidak bilang saja?"
"Lili, wanita memang seperti itu. Jika mereka marah mereka hanya diam. Mereka akan mendiamimu sepanjang hari wlaau kau sudah berkali kali meminta maaf. Dan lagi aakkhh..." Seulgi mengaduh. Kakinya diinjak Irene kuat.
"Kau membicarakanku bear?" Dingin Irene
"Anni, aku hanya mengatakan yang sejujurnya"
"Kalau kau tidak membicarakanku. Wanita mana yang sedang kau bicarakan?"
"Tidak ada. Aku tidak sedang membicarakan wanita manapun Irene"
"Pasti wanita yang kau peluk di unit kesehatan tadi kan? Siapa tadi namanya? Ah, Ningning?"
"Anniyo. Bahkan aku tidak tau namanya" Seulgi menggelengkan kepalanya
"Pasti kau lagi mencari perhatiannya kan? Jujur saja. Dasar tukang ngardus"
"Anniyo. Aku sudah menceritakan semua yang terjadi padamu tadi"
"Lalu katakan wanita mana yang kau maksud?"
"Terserah kau saja. Aku akan pulang" karena tidak ada jawaban Irene memutuskan untuk pergi meninggalkan Seulgi dan Lalisa.
"Aish, dijawab salah tidak dijawab semakin salah. Aku kan memang sedang tidak membicarakan wanita manapun. Aku sedang membicarakan diriku sendiri" monolog Seulgi
"Lili, unnie akan menyusul Irene unnie. Kau pulang saja sendiri ya. Dan tolong bayarkan dulu es krimnya nanti akan unnie ganti" Seulgi segera pergi menyusul Irene meninggalkan Lalisa yang masih kebingungan melihat tingkah kedua unnie-nya itu.
"Jadi, Lili ditinggal sendirian? Kasihan sekali" Monolog Lalisa mengasihi dirinya sendiri.
Setelah membayar es krim Lalisa tidak ada pilihan lain selain pulang menggunakan taksi. Kedua unnienya meninggalkannya dan mobilnya masih berada di mansion Irene. Kebetulan juga jarak antara kedai es krim dan rumahnya tidak terlalu jauh.
~to be continued
update setiap hari kamis, stay tuned!