"Woi perempuan sial!"
Shena melangkah lambat, ketika teriakkan itu menyelami telinganya. Rasa gundah tadi pagi belum lagi hilang, sekarang malah bertambah.
Dan apa lagi sekarang. Shena mencoba tenang, dia terhenti pelan seraya membalikan tubuhnya.
"Kenapa? Senang lo, melihat gue yang cuma tinggal satu teman?" Rendy meneriaki Shena dengan kemarahan yang teramat dalam.
Gadis itu bergeming. Dia membatu, bagaimana cara menghadapi kemarahan dari Rendy kepada dirinya.
"Gak usah sok bisu deh sialan!!" Rendy mencengkram kuat bahu Shena yang membuat dia merasakan sakit di kedua bahunya.
"Lepasin!" Shena memberontak, dia mencoba melepaskan tangan kuat Rendy. Sayangnya dia perempuan, kekuatan Rendy tak bisa dia lawan.
Bruk...
Tubuhnya terhempas. Shena merasakan ngilu di bagian dahi sebelah kirinya. Matanya menjadi samar seketika, ini karena Rendy mendorong tubuh Shena sehingga menghantam tembok putih itu sangat kuat.
Aakhh.