Download App
33.33% ADVC / Chapter 2: Pria Gila Kerja

Chapter 2: Pria Gila Kerja

"Kenapa, Pak? Di suru kawin lagi ya sama Tante?" tanya Johan yang KEPO saat melihat raut wajah pucat Abi dan juga keringat sebesar jagung jatuh dari pelipisnya. Gelagat atasannya mirip dengan penderita sembelit yang nged3n hampir dua jam tapi tak kunjung keluar juga. Pasalnya masalah si Direktur satu ini emang kayak sembelit sih, benernya ada isinya, tapi nggak mau keluar. Abimayu juga gitu, ganteng, manis, mapan, tapi nggak bisa nikah karena nggak ada kenalan yang mau diajakin nikah.

Abi membetulkan letak kaca matanya dan mulai berdehem. Membawa Johan ke ranah seharusnya! Apa lagi kalau bukan b-e-k-e-r-j-a? Pria gila kerja itu pantang mencampuradukkan urusan pribadi dengan pekerjaan. Jam kerja ya kerja, kalau nongkrong ya nongkrong!

"Nggak usah KEPO deh! Ayo kerja! Kerja!" sergah Abi, Johan langsung sewot. Pria blesteran Tionghua bermata sipit itu langsung merapat duduk di depan meja Abi, menjelaskan semuanya secara detail. Tak boleh ada kesalahan saat menghadap atasan, itulah yang Abi selalu tanamkan pada tiap bawahannya. Sebelum mengajukan dokumen atau ide, harus dicek dan diteliti dua tiga kali dulu sampai sempurna. Kalau ada salah dikit aja, siap-siap deh kena semprot Abi sepanjang waktu jaman penjajahan Belanda. Luamaakkk! Tiga setengah abad bok!

Beruntung kali ini Johan lolos, dokumen yang harus ditanda tangani Abi tak ada satu pun yang cacat produksi, tak ada satu pun yang salah ketik. Begitu selesai menghadap Abi, perasaan Jo langsung plong kayak wasirnya pecah gitu. (🙈 ya, Allah, Thor. Ngapain dari tadi ngomongin penyakit di sekitar cilit toh?)

"Masih ada lagi, Nggak?" tanya Abi.

"Sudah, Pak. Itu aja." Johan membereskan semua dokumennya.

"Minggu depan jadwal saya apa?"

"Ketemuan sama pemilik hotel H, Pak. Kita ada maju tender buat mengisi semua barang elektronik di hotel itu." Abi mengangguk saat mendengar jawaban cepat Johan.

"Baik! Pastiin kamu siapin dokumennya serapi, sedetail, semenarik, dengan harga paling mepet. Tapi kamu kasih tulisan di bawahnya, belum termasuk 'Pajak!' Jadi laba kita meski pun mepet juga sudah bersih." Abi bercuit panjang, Johan terus mencatatnya.

"Penipuan donk, Pak!"

"Enggaklah, dari mana nipu? Kan kita cuman pisahin aja angka jual sama pajaknya. Kalau dia tergiur tanpa ngecek keseluruhan dokumen ya itu berarti salah dia yang nggak teliti." Abi tersenyum, lalu mengusir Johan, masih banyak pekerjaan yang harus ia jalani sebelum besok libur akhir pekan.

Johan manggut-manggut, bener juga logika Si Bos. Angka di nominal penawarannya bakalan jadi kecil karena pajaknya belum ikut di masukkan. Bila pihak pembeli tidak teliti dalam membaca kontrak mereka pasti tergiur.

"Eh … Bi. Ntar pulang kerja nongkrong yuk! Gue mau kenalin lo sama Ajeng, pacar baru gue," tukas Johan, meski di kantor mereka atasan dan bawahan, tapi aslinya mereka teman satu SMA. Johan adik kelas Abi, beda dua tahun di bawah Abi.

"Panggil 'Pak' kenapa sih, Jo! Kalau di luar kantor lo boleh panggil nama gue sampe panggilan sayang lo ke gie! Tapi kalau di kator …"

"Iya, iya, tau! His … bawel banget. Cowok apa cewek sih?!" Ketus Johan.

"Lo minta di-SP, huh?" Abi mendelik galak, namun hanya menggertak main-main.

"Ampun, Bi!! Eh … Pak. Jangan donk, nanti ayam di rumah siapa yang kasih makan?" Johan memelas. Abi terkikih pelan.

"Jadi gimana, Bi? Bisa? Nongkrong di cafe biasa?! Gue pengen kenalin Ajeng, siapa tahu ini yang terakhir."

"Gila lo, tiap tahun lo ganti pacar selalu aja sama pernyataannya. Ujung-ujungnya tetap saja P-U-T-U-S!" Sindir Abi. Johan emang sering ganti pacar, bukan karena playboy, tapi untuk urusan pernikahan ia nggak mau komporomi. Jadi dari pada kelak bercerai setelah setahun dua tahun berumah tangga, mending ia mencari pasangan yang bener-benar satu frekuensi dengannya, jadi langgeng sampai maut memisagkan gitu.

"Yee … dari pada elo, boro-boro putus. Pacar aja nggak pernah punya. Gak nyesel emang jadi jomblo seperempat abad lebih gitu?? Harusnya elo udah nikah, kasihan burung kebanggaan lo cuma dipake buat pipis doang," Ledek Johan, bibirnya tersungging tipis karena serangannya kena telak menancap di hati Abi.

"Sialan!" Abi melemparkan bolpoin ke arah Johan.

"Wek ga kena! Sudah ah, sampai ketemu nanti sore!!" Johan melingsut dari lemparan Abi dan tergopoh keluar sebelum kena SP.

"Ah … meski nyebelin tapi Si Jo bener juga. Apa yang selama ini gue lakukan sih? Jomblo kok setengah abad lebih?!" Abi mulai menyesali cara hidupnya. Ke-perfecsionis-annya justru membuat Abi menjadi pria yang gila kerja, kurang gaul, kehilangan semua teman. Hanya si Jo yang masih bertahan menjadi temannya karena dia satu perusahaan dengan Abi.

****❤️❤️❤️****

Jangan lupa apa saudara??

like, komen, vote, gift, wes apa lah yang penting dukung othor!!!!


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C2
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login