Download App
7.69% Anak Angkat / Chapter 25: Alasan Dari Sifat Dingin David

Chapter 25: Alasan Dari Sifat Dingin David

Suasana canggung dan ketakutan terlihat jelas dari wajah Andrea Mesya.

Mereka berdua masih duduk di bangku yang terletak di koridor sekolah.

"Apa benar itu semua adalah alasanmu?" tanya David memastikan penjelasan Mesya.

 

"Ya, tentu saja, Kak, untuk apa Mesya berbohong dengan, Kak David," jawab Mesya.

"Baik, kalau begitu waktumu sudah habis,  aku pergi!" ucap David.

"Tunggu!" sergah Mesya.

"Mau apa lagi?"

"Masih 30 detik lagi, Kak David," tukas Mesya sambil tersenyum.

"Bukannya sudah tidak ada yang mau di tanyakan lagi?"

"Ah, iya sih, tapi apa salahnya kalau kita lebih akrab lagi, kita ini, 'kan saudara?" rayu Mesya.

"Kalau begitu katakan dengan jujur, apa yang kamu lakukan di ruang kepala sekolah itu?" cecar David.

 

'Ah, tidak! Harusnya tadi aku biarkan saja, Kak David, pergi,' batin Mesya.

 

"Kenapa malah diam?"

"Ah tidak, Kak, bukanya tadi Mesya, sudah bilang, kalau ada urusan penting. Yah ... Mesya, kan termasuk murid cerdas di sekolah ini, tentu saja, beliau ingin mengenal Mesya lebih dekat," ucap Mesya beralibi.

"Baik kalau begitu aku pergi!" ketus David.

Dan kali ini Mesya tidak berusaha menghentikan David, karna dia tidak mau David akan bertanya-tanya lagi tentang Lula kepadanya.

 

 

Mesya masih menatap langkah kaki David dari belakang, David terlihat sangat gagah dan keren.

Mesya benar-benar bangga bisa menjadi adik angkat dari David, meskipun pada kenyataannya David tidak peduli dengannya.

 

Sebenarnya peduli sih, hanya saja Mesya tidak mengetahui, karna David sengaja menutup-nutupi rasa pedulinya.

 

Setiap dia melihat Mesya, David langsung teringat dengan mendiang adiknya yang bernama Lizzy.

Lizzy si gadis kecil cantik dan periang yang terpaksa meninggal karna di jadikan tumbal oleh sang paman yang bernama Wijaya Diningrat.

Sosok pria yang menjadi musuh bebuyutan bagi keluarganya.

 

David selalu berusaha menjauh dari Mesya, karna dia tidak mau melihat Mesya akan bernasib sama dengan Lizzy.

Apalagi keluarganya sengaja mengangkat Mesya memang untuk menghancurkan keluarga Wijaya.

Dengan menjodohkan Mesya dengan Satria anak dari Wijaya ketika dewasa nanti.

 

Kalau Mesya berhasil tentu David dan yang lain akan bahagia. Namun jika Mesya gagal dan justru akan berada dalam bahaya serta mengancam nyawanya, maka tentu hal itu akan membuat David kembali hancur.

 

Dia tidak mau kehilangan adik perempuan lagi seperti dulu.

Lizzy dulu sangat dekat dengan David, kemana pun mereka selalu bersama.

Bahkan boleh di bilang, Lizzy sangat bergantung kepada David, sangat manja, dan apa pun keinginan dari adik perempuannya itu selalu di turuti oleh David.

 

Saat pertama kali David bertemu dengan Mesya, di saat itu, bayangan  Lizzy kembali hadir, sosok gadis cantik dengan senyuman yang manis di hadapannya, membuat hatinya tak karuan dan rasa takut akan kehilangan itu kembali muncul.

Di saat itulah David berusaha sekuat tenaga membuat Mesya agar tidak betah tinggal dengan keluarganya.

Dia selalu berbicara ketus agar Mesya sakit hati dengan begitu Mesya akan kembali ke Panti Asuhan lagi.

David berharap agar Mesya mendapatkan orang tua angkat yang baik serta membuatnya bisa hidup normal seperti gadis lainnya.

Namun semua tidak mudah, Mesya masih bertahan berada dalam keluarga Davies, karna Mesya terus di manja oleh anggota keluarga yang lainnya.

Dan kedua orang tuanya tak segan menghajar David kala itu ketika dia berani menyakiti Mesya.

 

 

"David!"

Terdengar seseorang memanggilnya.

Lalu David menoleh sesaat, dan ketika dia melihat yang memanggil adalah Salsa, David pun langsung memalingkan wajahnya kembali.

"David, apa tugas matematika yang kemarin sudah selesai?" tanya Salsa.

"Jangan menggangguku!" sergah David.

"David, aku ini tidak mengganggumu, aku bertanya apa tugas mu sudah selesai?"

"Belum!"

"Wah, kalau begitu kebetulan, tugasku sudah selesai, apa kamu mau melihat punyaku?"

"Tidak!"

"Kenapa?"

David tak menjawabnya.

"Kamu tahu, 'kan, aku selalu unggul di pelajaran ini, dan sekarang dengan cuma-cuma aku memberimu contekkan lo!"  ucap Salsa dengan penuh percaya diri.

Lalu David menghentikan langkahnya dan menatap wajah Salsa dengan tajam.

"Kamu pikir otakku ini sudah tidak berfungsi ya?" sindir David dengan tegas.

"Emm ... bu-bukan, begitu maksudku, Dav.  Tapi ...."

"Simpan bukumu dan cepat pergi!" sergah David.

"Tapi—"

"Baik aku yang akan pergi!"

Lalu pria itu meninggalkan Salsa begitu saja.

Dan lagi-lagi, Salsa diabaikan. Tampak raut kecewa di wajah gadis berparas cantik itu.

"Hah, lagi-lagi kamu di abaikan ya?" tukas Marry yang tiba-tiba muncul di belakangnya.

"Astaga! Marry! Sejak kapan kamu berdiri di belakang ku?!" ucap Salsa yang kaget. "Kamu itu bikin orang jadi kaget aja deh!"

"Haha! Makanya udah berhenti aja, Salsa! Jangan mengejar pria dingin itu! Kamu itu cantik, terkenal, dan seorang model pula! Masih banyak pria yang mengantari untuk mendapatkanmu!" tutur Marry.

"Hah! Lagi-lagi kamu bicara begitu! Sudah ku bilang, 'kan, kalau aku hanya menyukai David saja!"

"Hah! Dasar Gadis Bodoh!" cerca Marry lalu dia pergi meninggalkan Salsa.

"Hay! Marry! Tunggu!" teriak Salsa.

"Malas berbicara dengan gadis bodoh sepertimu!" gumam Marry.

 

 

***

Suasana sekolah itu sudah tampak sepi, seluruh siswa dan para staf pengajar juga sudah pulang ke rumah masing-masing.

Namun Lula masih berada di tempat itu.

Lula masih mengerjakan beberapa tugasnya yang belum selesai.

 

Hanya tinggal sendiri saja, Lula tampak mengotak-atik kursor di layar monitor, sesaat dia mengetik di keyboard komputernya.

"Ah, tinggal sedikit lagi, setelah ini aku akan pulang," ucap wanita itu.

 

Namun dari balik kaca yang tepat berada di hadapannya, Lula merasa seperti ada sekelebat bayangan.

Sesaat wanita itu melihat ke arah jendela.

"Ah, pasti aku hanya salah lihat, namanya juga perut sedang lapar," ucap Lula.

Lalu dia kembali fokus ke arah komputernya.

 

Gludak!

 

Terdengar benda jatuh dari arah ruang perpustakaan.

Lula menghentikan jemarinya yang sedang mengetik, kemudian dia berdiri dan berjalan hendak melihat benda apa yang sudah terjatuh itu.

 

Lula berjalan mengitari ruang perpustakaan dan dia mendapati sebuah kardus berisi buku-buku sudah terjatuh berserakan di lantai.

"Astaga, kenapa bisa jatuh begini sih?" ucap Lula.

 

Lula merapikan buku-buku itu dan memasukkan kembali ke dalam kardus.

"Dasar Penjaga Perpustakaan, tidak tanggung jawab! Harusnya dia menaruh barang dengan benar! Agar tidak terjatuh begini!" oceh Lula.

Lalu tiba-tiba di saat dia tengah sibuk merapikan buku-buku itu ada yang menutup wajahnya dengan sebuah plastik hitam.

"Emm! Tolong ... Emmm ...." Teriak Lula yang tampak kesulitan mengeluarkan suara karna kepalanya masih berada di dalam kantung keresek itu.

 Tubuhnya serasa ada yang menyeret dengan kasar, Lula sangat kesakitan dan meronta-ronta.

Sekujur tubuhnya terasa sakit dan perih terutama di bagian kaki karna luka goresan lantai dan benda-benda yang dia lewati.

 

Lula hanya bisa pasrah, tenaga seseorang yang membungkus kepala dan menarik tubuhnya ini sangatlah kuat, Lula benar-benar tak sanggup untuk melawannya.

 

 

 

 

 

To be continued


Chapter 26: Kematian Sang Kepala Sekolah

Seretan dari seseorang yang menarik tubuhnya mulai berhenti.

Dan perlahan kantung keresek yang menutupi wajahnya di buka.

"Huaaah! Siapa kalian!?" teriak Lula dengan nafas tersengal-sengal.

Arthur membuka topeng yang menutupi wajahnya.

Begitu pula dengan David.

"Ka-kalian ...?" Lula tampak sangat kebingungan karna melihat ternyata orang yang telah menyeretnya tadi adalah anak muridnya sendiri.

"Kenapa kalian melakukan ini kepadaku?!" tanya Lula.

 

David tak bergeming sama sekali dia hanya menatap wajah sang Kepala sekolah itu dengan tajam.

Sedangkan Arthur malah tersenyum dengan ciri khasnya yang selengean.

"Bu Kepala Sekolah, kami membawa Anda kemari karna ingin membalas dendam lo," ucap Arthur.

"Hah?! Balas dendam soal apa?!" tanya balik Lula.

"Balas dendam soal kejahatan Anda terhadap putri kami," sahut Charles yang baru saja muncul diantara mereka semua.

"Pak Charles Davies?!" ucap Lula yang kaget. "Anda, juga datang kemari?!" tanya Lula lagi.

"Tentu saja saya datang kemari, karna Anda sudah berbuat jahat kepada putri tercinta kami!" sahut Charles.

"Berbuat jahat?! Berbuat jahat apa?!"

Charles mendekat kearah Lula dan mencekik leher wanita paruh bayah itu.

"Anda itu pura-pura polos ya?" ucap Charles dengan senyuman tipis.

"Tapi keluarga kami ini sama sekali tak menerima kepalsuan dalam bentuk apa pun!" imbuh Charles dengan nada tinggi.

 

"Katakan saja, Bu Kepala Sekolah! Sebenarnya apa yang membuat Anda benci kepada, Adik Cantikku?!" tanya Arthur dan di tangan Arthur sudah memegang sebilah pisau.

"Sa-saya ... saya tidak membenci putri Anda! Bagaimana bisa Anda menuduh saya seperti itu,  Bapak Charles?" tanya Lula yang seakan-akan dia benar-benar tidak melakukan apa yang tuduhkan oleh keluarga Davies.

 

Charles mulai geram dengan pengakuan dari Lula.

Dia semakin memperkencang cekikan itu.

Lula tampak kesulitan untuk bernafas  bahkan wajahnya sampai terlihat pucat.

"Hanya sebuah cekikan dengan tangan kosong saja Anda sudah hampir sekarat. Bagaimana jika kami menyiksanya dengan alat?" tanya Charles.

"Pa-pak! To-lo-ng ... jangan saki-ti, sa-ya!" ujar Lula dengan suara yang terbata-bata dan tidak jelas.

 

Dengan senyuman tipis dan raut wajah aneh, Charles melepaskan pegangan tangannya dari leher Lula.

 

"Huaaaah ...!" Lula tampak bernafas lega, namun tepat di saat itu David menebas leher Lula.

 

CROK!

Seketika kepala wanita itu melayang ke udara dan darah menyembur lalu mengotori wajah Charles.

"Maaf, Ayah," ucap David.

"Haha! Tidak apa-apa, Ayah suka darah!" sahutnya Charles.

 

Mereka memotong-motong tubuh Lula hingga menjadi beberapa bagian dan mengambil beberapa daging yang mereka perlukan lalu meninggalkan kepala dan tulang belulangnya begitu saja.

 

 

 

***

Esok harinya, semua sudah bersiap di atas meja makan.

Semua sudah tersusun rapi, menu sarapan hari ini seperti biasanya, selalu tersusun mewah dan lebih mirip dengan menu makan siang. Karna semua di dominasi  aneka olahan daging yang sangat menggoda, dan bahkan tampilan makanan yang di masak sendiri oleh Arumi ini melebihi makanan di restoran mewah.

Sangat rapi, cantik, dan terlihat menawan.

"Ayo semuanya, makanan pagi ini harus dihabiskan lo!" ucap Arumi seraya tersenyum.

"Wah, Ibu, memang yang terbaik! Selalu saja membuatkan makanan yang lezat untuk kami!" tukas Arthur dengan gaya ciri khasnya.

"Terima kasih, Sayang, atas pujiannya," jawab Arumi.

"Istriku ini memang sangat sempurna, sangat cantik, pintar memasak, dan pastinya aku adalah pria beruntung karna sudah mendapatkan wanita seperti mu," puji Charles.

"Lagi-lagi, Suamiku ini selalu memberikan pujian yang sama setiap hari.  Tapi entah mengapa aku tidak pernah bosan mendengar gombalan itu," tutur Arumi li dengan senyuman manis.

"Ini bukan gombalan, Sayang. Tapi kenyataan, aku selalu bicara apa adanya," ucap Charles lagi.

 

Mereka berdua memang salalu terlihat kompak dan harmonis.

 

Arthur, Arumi dan Charles terlihat sangat hangat, mereka saling mengobrol satu sama lain.

Tapi David dan Mesya hanya terdiam saja.

David memang terkenal sangat pendiam di rumah ini. Sedangkan Mesya adalah si gadis penurut yang juga tidak terlalu suka banyak bicara.

Bukannya dia tak mau mengobrol dengan yang lainnya, hanya saja dia tidak ingin salah bicara.

Mesya merasa para keluarganya tidak satu frekuensi dengan dirinya.

 

Oleh karna itu, Mesya selalu berusaha bersikap baik dan berbicara seperlunya. Dia lebih nyaman mengobrol dengan Romi atau Zahra.

Karna mereka memiliki pemikiran yang sama dengannya, kalau dengan keluarga angkatnya, seakan dia hanya sendiri saja.

Seperti manusia yang terjebak di planet asing.

Tidak bisa membaur sepenuhnya.

 

"Mesya, kenapa hanya diam saja?" tanya Arumi.

"Ah, Mesya, sedang mendengarkan obrolan kalian kok," ucap Mesya.

"Piring kamu masih kosong lo, biar, Ibu yang ambilkan ya?" tanya Arumi.

"Ah, jangan, Bu! Mesya bisa ambil sendiri kok." Jawab Mesya.

Lalu dengan segera gadis itu mengambil makannya dan menaruhnya ke dalam piring.

Dan setelah itu Mesya memakannya dengan lahap, karna dia tidak mau terlihat aneh dan berbeda di hadapan keluarga angkatnya itu.

Dia bosan selalu diambilkan makanan oleh sang ibu. Jika Arumi yang mengambilkannya, pasti Mesya di beri porsi yang lebih banyak, dan didominasi dengan daging ketimbang yang lainnya.

Mesya sudah selesai makan duluan, sedangkan yang lainnya, masih asyik menyantap makanannya masing-masing.

 

"Wah, Adik Cantik, tumben makannya cepat sekali?" tanya Arthur.

"Ah, iya, Kak. Mesya sedang lapar hari ini!" jawab Mesya penuh semangat.

"Kalau begitu, tambah lagi dong," ujar Arumi.

"Tidak, Bu, Mesya sudah kenyang" jawab Mesya.

 

David terus memandangi Mesya, karna ini terlihat sangat aneh, tak biasanya Mesya seperti ini.

Biasanya Mesya selalu makan dengan pelan dan selalu selesai paling terakhir.

 

Setelah selesai sarapan, Charles mulai mengantarkan anak-anaknya ke sekolah.

Dan ketika baru saja memasuki gerbang sekolah, tiba-tiba suasana sekolah itu sangat heboh dan banyak terdengar isak tangis terutama dari para Guru-guru.

 

Mesya tampak keheranan, dan gadis itu berjalan dengan wajah yang terlihat  sangat penasaran.

David dan Arthur sudah pergi ke kelas mereka masing-masing.

Sedangkan Mesya berjalan gontai menuju kelasnya.

Dan di saat itu Romi menghampiri Mesya.

"Hai, Mesya!" panggil Romi.

"Eh, Romi,  ada apa?"

"Kamu sudah tahu belum?"

"Tahu apa?"

"Tahu berita tentang kematian, Bu Lula!"

"Bu Lula!" Mesya tampak kaget.

"Bagaimana bisa?! Dan beliau meninggal karna apa?!" tanya Mesya.

"Bu Lula meninggal karna dibunuh, kasusnya mirip dengan kematian Juwita, hanya di sisakan tulang belulang dan juga kepala!" jelas Romi.

"Apa?!"  Seketika wajah Mesya menjadi memerah dan perutnya terasa mual serta kepalanya juga pusing.

 

Ummp... Hoek! Hoek!

Mesya langsung berlari dengan sekuat tenaga.

"Mesya! Kamu mau kemana?!" tanya Romi.

 

 

 

 

 

To be continued


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C25
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank 200+ Power Ranking
    Stone 0 Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login

    tip Paragraph comment

    Paragraph comment feature is now on the Web! Move mouse over any paragraph and click the icon to add your comment.

    Also, you can always turn it off/on in Settings.

    GOT IT