Download App
18.58% Pacarku Terlalu Malas / Chapter 29: BAB 28 - Lomba Lari

Chapter 29: BAB 28 - Lomba Lari

Tak terasa hari telah berlalu dan akhirnya pelajaran olahraga kembali terjadi, kaki Diah sudah sembuh total dan dia bisa berjalan dengan normal. Dia tidak memerlukan bantuan Rifan lagi walaupun mereka masih berangkat bersama. Rifan tidak bisa naik ke lantai lima karena Bu Lia mengawasinya dengan ketat sehingga dia tidak memiliki pilihan lain selain menunggu di depan gedung asrama perempuan.

Selama beberapa hari ini Rifan masih bertarung dengan perentas itu dan berulang kali kalah, namun dia tidak menyerah dan mencari cara baru untuk mengalahkan perentas itu. Dia menyadari ada pola tertentu dalam kode serangan perentas itu dan jika dia berhasil memecahkan susunannya maka bukan hal yang sulit untuk mengalahkannya.

Diah pergi bersama anak perempuan lain dan pergi ke ruang ganti untuk mengganti seragam olahraga, sedangkan anak laki-laki mengganti seragam di dalam kelas.

Setelah waktu yang diberikan untuk mengganti seragam selesai, semua orang bergegas pergi ke lapangan dengan terburu-buru karena tidak ingin mendapatkan hukuman dari Pak Eko. Dia adalah guru paling tegas dan tidak akan segan-segan memberikan hukuman.

Pak Eko yang telah menunggu di bawah pohon segera melambaikan tangannya ke atas agar semua muridnya mendekatinya. Matanya berkeliaran untuk mencari 'murid favoritnya' dan akhirnya dia menemukannya dibarisan paling belakang.

"Rifan kemari!" panggil Pak Eko semangat.

Rifan hanya memutar matanya karena Pak Eko begitu cepat memanggilnya, ia berjalan mendekat dengan aura lesu karena dia benar-benar tidak menyukai pelajaran olahraga, apalagi dengan guru sepertinya yang mengajar.

Andai saja dia bisa tidur di dalam kelas.

"Yo… kupikir tubuhmu menjadi sedikit kurus, kau harus banyak-banyak olahraga!" Pak Eko menepuk punggungnya dengan keras dan tidak memperdulikan rasa sakit Rifan.

Rifan mengutuk Pak Eko dalam hati, ia memang terlihat sedikit kurus karena dia selalu menggendong Diah dari lantai lima hingga ke kelas. Walaupun mbok Nah memasak banyak makanan bergizi tapi tubuh Rifan tidak bisa menyerap sepenuhnya karena dia memiliki pekerjaan berat yang menguras pikiran.

"Ngomong-ngomong bagaimana keadaan gadis kecil itu?" Seketika Pak Eko mengingat gadis kecil yang tanpa sengaja menabrak Rifan hingga kakinya terkilir.

"Dia sudah tidak apa-apa pak." Rifan menunjuk Diah yang telah memasuki lapangan.

Pak Eko melihat arah yang ditunjuk oleh Rifan. "Walaupun tubuhnya kecil tapi larinya sangat cepat seperti kelinci." Dia masih mengingat saat minggu lalu Diah berlaring paling depan.

Rifan menyetujui pendapat Pak Eko dalam hati karena Diah memang terlihat seperti kelinci, tapi sayang sekali tubuhnya terlalu kecil dan dia perlu membesarkannya dengan baik sebelum dia makan.

Lagipula Rifan menyukai daging yang terasa empuk saat disentuh.

"Kau harus mencontohnya." Pak Eko memukul punggungnya lebih keras. "Lihat betapa lemahnya kau jika dibandingkan dengan tubuh kecilnya, apakah kau tidak malu?" ujarnya tanpa filter.

Jika Pak Eko bukan gurunya dan sekarang mereka berada di sekolah, Rifan sangat ingin memukul wajah menyebalkan Pak Eko yang memiliki lidah tajam, setajam silet.

Dia suka sekali menyindir orang!

"Aiiissshhhh….. Lupakan saja." Pak Eko menghela nafas tanpa daya. "Jika melihatnya kemungkinan besar gadis kecil itu sudah terbiasa berlari sejak kecil, jika pemalas sepertimu dibandingkan dengannya maka hanya omong kosong jika kau bisa melampauinya," sindirnya tajam tanpa memperdulikan harga diri Rifan.

Mulut Pak Eko benar-benar longgar dan suka melontarkan perkataan tajam, jika seandainya ada pisau di dekatnya maka Rifan tidak akan segan-segan mengacungkannya di depan wajah Pak Eko.

Guru yang menyebalkan!

"Baiklah anak-anak seperti biasa kalian harus pemanasan dulu!" Pak Eko berteriak agar mereka mendengar perintahnya.

"Kau juga cepat kembali ke barisanmu!" katanya memerintah Rifan.

Akhirnya Rifan bernafas lega dan dengan senang hati kembali ke barisan, dia sudah tidak betah mendengar celotehannya yang merusak telinganya.

"Oh ya Fan jangan lupa berjuang keras saat berlari!" Pak Eko mengatakannya dengan keras hingga semua orang mendengarnya.

Dalam hati Rifan terus merampalkan mantra untuk menahan diri agar tidak menghajar Pak Eko, dia adalah gurunya dan Rifan tidak bisa menghajarnya di sini karena Diah akan melihatnya dan tentu saja ia tidak akan suka kekerasan.

Tunggu saja Pak Eko, cepat atau lambat dia akan mendapatkan pembalasan dari Rifan.

oOo

Diah terkekeh saat mendengar teriakan Pak Eko dan dia melihat wajah malu Rifan yang sangat langka, jarang-jarang dia melihat Rifan seperti ini dan tidak bisa membalas.

"Ayo cepat berbaris dengan rapi!" Nadzifan segera mengatur teman sekelasnya agar berbaris dengan rapi.

Mereka akhirnya dengan serentak melakukan pemanasan dan dipimpin oleh Nadzifah, setelah pemanasan mereka akan berlari mengeliling lapangan sebanyak dua putaran. Ini sudah menjadi kebiasaan sejak mereka kelas 10 sebelum memulai pelajaran olahraga.

Kali ini saat Rifan berlari dia melakukannya dengan wajah serius, tidak ada wajah lesu dan mengantuk yang selalu dia tampilkan dalam wajahnya. Dia bahkan melewati beberapa teman sekelasnya dan mendapatkan tatapan terkejut dari semua orang, ini adalah pertama kalinya dia serius dalam pelajaran olahraga.

Terutama Pak Eko karena dialah yang paling terkejut, dia tahu Rifan sangat tidak menyukai pelajaran olahraga apalagi dia memaksanya agar hadir di pelajaran ini. Dia belum pernah melihat semangat dalam diri Rifan seolah-olah Rifan yang dia tahu kemarin telah menghilang.

Rifan hampir menyusul Diah yang sekali lagi memimpin teman sekelasnya dalam berlari, wajahnya terlihat santai dan tidak ada tanda-tanda kelelahan. Ia malah seperti orang yang tengah berjalan di padang bunga yang indah.

Diah merasakan keanehan dan melihat ke belakang, dia sangat terkejut saat melihat Rifan berlari tepat dibelakangnya dengan wajah dipenuhi keringat dan nafas yang tersenggal-senggal.

"Bagaimana bisa kau berlari sangat cepat?" tanya Diah heran.

"Aku tidak akan kalah dari kelinci kecil!" Rifan tidak menjawab pertanyaan Diah malah ia mengatakan hal lain,

Diah mengerutkan dahinya tidak senang karena dikatai kelinci, biasanya kakak keduanya mengatainya seperti itu dan dia tidak menyukainya.

"Huh… ingin mengalahkanku?" Diah merasa tertantang dan mempercepat larinya.

"Kelinci kecil tunggu aku!!!!"

Rifan tercengang karena Diah semakin cepat berlari, ini sudah menjadi rekor terbesarnya dalam hidup untuk berlari dan dia tidak tahu apakah bisa mengejar Diah.

Diah semakin kesal karena mendengar perkataan Rifan dan terus berlari tanpa memperdulikannya.

Akhirnya lari santai yang digunakan sebagai pemanasan malah berubah menjadi ajang lomba lari oleh dua orang tersebut dan tidak sadar bahwa mereka telah berlari lebih dua putaran

Tak ada satupun orang yang berani menghentikan mereka dan malah dengan tenang menonton dari pinggir lapangan. Bahkan ada beberapa yang mengambil foto dan mempostingnya ke dalam forum rahasia.

-TBC-

~Forum Sekolah~

Sub Forum : RIFAN GET OUT!!!

Pengirim : @pejalankaki

Topik : Lomba lari

Lari yang hanya sebagai pemanasan malah berubah jadi ajang lomba lari oleh mereka berdua hahahahahaha

Gue gak pernah pikir Rifan bisa berlari secepat itu dengan tubuh malasnya

[PIC]

Komentar :

@superman hahahahaha ini adalah kejadian langka yang paling langka

@LeaderToFeature sialan gue pengen liat Rifan langsung

@toohandsome gue berharap pelajaran ini cepet selesai! gue pengen pergi ke lapangan buat liat ayam lemah itu hahahahahaha

@bungamawar kalian bakal nyesel jika gak liat Rifan sekarang hahahahaha

@pualamcin liat wajahnya yang kesusahaan adalah kebahagiaan gue

@matematic ayam lemah itu bisa lari? gue harap dia kalah dari gadis kecil itu!

@lovlovyou ketua benar-benar membenci Rifan ckckckckck


CREATORS' THOUGHTS
Destiyana_Cindy Destiyana_Cindy

Have some idea about my story? Comment it and let me know.

Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C29
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login