I feel like flying in the sky when U look at me. I hope the wind will tell u how much i love u".
Kirana memasuki kelasnya tepat waktu membuat semua orang yang berada di sana tercengang seolah tak percaya dengan apa yang mereka lihat. Kirana meletakkan tasnya di atas meja dan duduk di kursi teman-teman sekelasnya masih tercengang melihatnya. Kirana yang risih dengan keadaan di sekitarnya melihat mereka semua.
"Kalian kenapa sih?" Kirana mengernyitkan dahi melihat arah mereka yang tengah menatapnya.
Mereka menghentikan keheranan setelah kirana bertanya.
"Kok bisa?" Tasya seperti bermimpi.
"Ada deh," ucap kirana sambil mengeluarkan buku tulisnya.
Sedetik kemudian Pak Tirto memasuki ruangan kelas. Ia menurunkan kacamatanya melihat dengan jelas keberadaan Kirana. Ketua kelas memberi aba-aba salam dan membaca doa.
"Baiklah anak-anak buka halaman 37," ucap pak tirto.
Abian yang duduk di depan kirana tersenyum sambil membuka buku paketnya.
🐞🐞🐞🐞🐞🐞🐞🐞🐞🐞🐞
Jam istirahat tasya dan Kirana duduk di warung Mang Ujang. Mereka asik menikmati shomay kuah menu andalan di sana. Tentu saja karena Mang Ujang hanya menjual itu. Hehe. Tasya dan kirana membahas tentang olahraga kesukaan mereka yaitu basket.
"Nanti sore lo sibuk sya?" Tanya Kirana.
"Ga, palingan bantu emak gue beres rumah doang,"
"Ok kalo gitu kita ngebasket kuy," ajak Kirana.
"Aman tu," Tasya mengacungkan jempolnya.
Ketika mereka asik mengobrol, Daffin berjalan ke warung Ujang juga membeli shomay kuah seperti mereka. Namun, Daffin duduk di meja yang berbeda berjarak 3 meja dari mereka ke depan. Kirana terpana melihat sang pujaan hatinya itu. Tasya sibuk menghabiskan shomay miliknya.
"Ganteng banget calon pacar gue," Kirana masih melihat daffin. Daffin menoleh ke belakang melihat keadaan sekitar.
"Anjir, dia liat gue tadi." Kirana malah salah sangka.
"Iyain aja kasian," ucap Tasya.
🐞🐞🐞🐞🐞🐞🐞🐞
Kirana mendrible bola basket dan bersiap-siap melakukan lay-up. Ia melangkah dan... tuss. Bola masuk ring dengan sempurna.
"Gila makin jago aja ni temen gue," ucap Tasya baru selesai pemanasan.
"Kebetulan paling ah," Kirana mendrible bola basket dengan sebelah tangan.
"Merendah untuk meninggi njay," ujar Tasya.
"Udahlah, skuy!" Ajak kirana.
Mereka berdua bermain satu lawan satu hampir selama 1 jam. Melelahkan namun menyenangkan bagi keduanya. Apalagi di lapangan basket komplek biasanya hanya mereka yang bermain.
"Kir sebenernya ayah gue gak suka gue main basket. Dia lebih seneng kalo gue main voli. Tapi gue kan gak bisa." Tasya menatap ring basket.
"Terus lo selama ini gimana dong bisa main bareng gue?" Kirana meletakkan botol minumnya.
"Ya, gue curi-curi gitu. Apalagi kan ayah gue pulangnya sering malem sih. Kadang gue bilang aja jalan sama lo,"
"Sabar ya Sya. Suatu saat pasti ayah lo bakal ngerti," Kirana merangkul pundak teman baiknya itu.
"Walaupun lo goblok. tapi gue seneng punya temen kayak lo," Tasya membalas rangkulan kirana.
"Cus pulang dah mau magrib ni. Ntar kena omel emak gue lagi," ajak kirana.
"Skuy," jawab Tasya.
Dua sahabat itu berjalan sambil berangkulan hingga simpang memisahkan mereka menuju rumah masing-masing.
🐞🐞🐞🐞🐞🐞🐞🐞🐞🐞
Mama, papa dan kirana tengah menikmati makan malam mereka bersama-sama di meja makan. Mama teringat anaknya tadi pagi tidak terlambat ke sekolah cukup heran dan penasaran apa yang sebenarnya terjadi.
"Kir kok bisa kamu bangun pagi tadi pagi?" Mama menghentikan makannya sejenak.
"Oh, ya bisalah. Soalnya kemaren ada temen kirana yang ngasih tips gitu mah," kirana mengingat saat ia membaca tips yang diberikan Abian kemarin malam.
"Tasya?" Tanya mama kembali.
"Bukan," jawab Kirana.
"Cowok ya?" Mama kepo membuat papa tersedak.
"Pa pelan-pelan. Iya tapi bukan cowok kirana ma. Temen sekelas kirana paling pinter satu sekolah," jelas kirana.
"Kapan-kapan kenalin mama dong," goda mama.
"Mama!" Kirana kesal.
🐞🐞🐞🐞🐞🐞🐞
3 Hari sudah berlalu kirana tetap datang tepat waktu. Namun, itu hanya satu masalah yang terselesaikan sedangkan yang lain belum. Ya begitulah kirana.
Saat bel pulang berbunyi Kirana sedang berjalan menuju parkiran tempat motornya seperti biasa. Tak sengaja ia mendengar ada seseorang yang tengah menyatakan perasaan pada sang pujaan hati di belakang kelas. Ia berhenti dan mengintip pembicaran mereka.
"Itukan daffin sama riska," batin kirana.
"Daffin gue udah lama suka sama lo. Lo mau jadi pacar gue?" Ujar riska.
"Maaf ris. Gue ga bisa," Daffin pergi begitu saja setelah mendegar perasaan riska.
"Gila riska yang selebgram aja di tolak apalagi gue. Tapi, Gue gak boleh nyerah. Eh, tapi gue kalo gini aja kapan pinternya biar bisa nyaingi alexa?" Batin Kirana.
Setelah melihat kejadian itu, kirana melanjutkan langkah kakinya menuju parkiran. Namun, saat sudah di depat gerbang langkahnya kembali terhenti karena panggilan Sofi.
"Kirana tunggu. Di panggil pak sugeng tuh di ruangannya," ucap Sofi ngos-ngosan karena mengejar kirana.
"Perasaan gue gak nyari masalah deh sama pak sugeng hari ini. Salah gue apa ya?" Tanya kirana kebingungan.
"Ga tau deh gue. Pergi aja udah di tungguin tuh soalnya. Bye gue pulang dulu," ujar Sofi.
Kirana sudah berada di depan pintu ruangan pak sugeng. Ia, menghela nafas memberanikan diri membuka pintu ruangan tersebut. Tampaklah ada pak sugeng dan abian yang sudah berada di sana entah sejak kapan. Kirana memasuki ruangan dan berdiri di samping abian.
"Pak. Perasaan saya belakangan ini saya gak nyari masalah sama bapak. Terus kenapa bapak manggil saya?" Tanya kirana cemas.
"Yah, bapak akui kamu sudah ada kemajuan karena tidak terlambat lagi di sekolah tapi..." pak sugeng mengambil selembar kertas dari lacinya.
"Nilai-nilaimu yang tidak ada kemajuan ini bisa membuatmu tinggal kelas. Liat ni ya ampun kok bisa mtk raport semester kemarin kamu 15. Bahasa inggris 35. Biologi 45. Aduh sakit kepala bapak lihat huruf-huruf D ini." Sambung pak sugeng sambil menunjuk kertas yang dikeluarkannya tadi.
"Ya maap pak. Terus saya harus gimana. Terus ngapain juga abian di sini pak?" Tanya kirana.
"Makanya denger dulu. Jadi, bapak sudah punya cara agar nilai kamu bisa membaik. Yaitu dengan cara kamu belajar bareng abian. Karena abian murid terbaik di sekolah kita ini," jelas pak sugeng sementara itu abian hanya tersenyum.
"Tapi, saya bakal ngerepotin abian dong pak," kirana mencari alasan agar ia tak belajar bersama abian. Boro-boro belajar buka buku aja langsung ngantuk.
"Tidak apa-apa kan nak abian?" Tanya pak sugeng pada abian agar meyakinkan kirana.
"Tidak apa-apa pak. Saya senang bisa membantu orang lain," ucap abian dengan senyum terindahnya.
"Yaudah deh pak. Mohon kerja samanya abian sensei," ucap kirana.
"Tenang saja kirana. Belajar gak bikin kamu mati kok," ucap abian pada kirana membuat kirana agak jengkel.
"Hehe iya," kirana ketawa terpaksa.
Mereka berdua keluar dari ruangan pak sugeng. Kirana yang berjalan menuju parkiran merasa diikuti oleh abian yang juga berjalan di sebelahnya.
"Lo ngapain ngikutin gue,"
"Maaf, aku juga mau keparkiran memangnya di parkiran hanya motor kamu saja," ucap abian membuat kirana merasa telah ge er.
"Oh," ucap kirana.
"Nomor wa," ucap Abian.
"Buat apa?" Kirana heran.
"Ya buat kontakin kamu. Nanti bisa aku kabarin kapan kita belajar," terang Abian.
"Oh gitu gak ah," tolak kirana mentah-mentah.
"Ya kalo ga mau belajar gimana tuh bisa nyaingin alexa," ucap abian membuat Kirana tersadar.
"Oke deh nih," kirana menyodorkan ponselnya.
"Sip. Jangan lupa disave ya anak muridku. Dah," pamit Abian dan memasuki mobil jemputannya.
"Kalo bukan karena daffin males banget gue. Oke gue harus semangat!" Ujar kirana mengenakan helm dan menaiki motornya pulang menuju rumah.
"Tenang saja Kirana. Belajar gak bikin kamu mati kok,"- Abian