Download App
59.09% YOU. / Chapter 12: Tidak Terduga

Chapter 12: Tidak Terduga

Setelah 4 hari Leon menjadikan Lucinda sebagai tahanan rumah, akhirnya Lucinda bisa kembali kekehidupan awalnya. Leon mengantarkan Lucinda kembali ke rumahnya. Lucinda menawarkan Leon untuk masuk yang tentu saja hanya basa-basi saja. Untungnya Leon menolak dan pria itu berkata jika dia memiliki urusan sehingga tidak bisa menerima basa-basi yang Lucinda tawarkan. Lucinda bernafas lega. Bersama Leon selama hampir seminggu sangat berdampak buruk bagi jantungnya. Lucinda berpikir apakah kejadian mengerikan itu berpengaruh terhadap jantungnya juga?

"Ah sepertinya aku benar-benar akan gila." Racau Lucinda.

Lucinda teringat sesuatu. Selama hampir seminggu bersama Leon, pria itu tidak memperbolehkan Lucinda untuk memikirkan pekerjaannya. Leon mengatakan jika semuanya sudah diurus. Lucinda tentu saja tidak percaya akan hal itu. Bagaimana jika kali ini Lucinda benar-benar dipecat oleh Mr. Tom? Memangnya Leon mau menghidupi Lucinda jika ia benar-benar kehilangan pekerjaannya?

Lucinda masuk kekamar dan duduk di kasurnya yang sangat ia rindukan. Ia teringat pada Jill. Lucinda tidak mempunyai kesempatan untuk menghubugi sahabatnya itu karena Leon. Pria itu bersikeras jika Lucinda harus benar-benar sembuh terlebih dahulu baru boleh memikirkan hal-hal yang lain. Bahkan pria itu juga menyimpan handphone milik Lucinda yang akhirnya dikembalikan saat mereka didepan pintu apartemen Lucinda. Tanpa berpikir panjang Lucinda langsung menghubungi Jill.

"Halo." Ucap Lucinda saat merasa teleponnya sudah dijawab.

"Astaga Luce! Ternyata kau masih hidup?" Teriak Jill seolah-olah terkejut.

"Sialan! Kau mendoakan aku mati Jill?"

"Heh bukannya kau sudah menghilang selama beberapa hari? Tentu saja aku kira sahabatku ini sudah mati." Sindir Jill

"Aku sedang sakit bodoh! Aku menghubungimu karena mau menceritakan yang terjadi."

"Oh... kau pasti mau menceritakan pacarmu yang kau sembunyikan itu bukan?" Tanya Jill.

"Pacar? Aku tidak punya pacar bodoh!" Elak Lucinda.

"Wah kau benar-benar wanita jahat Luce. Kau bahkan tidak mengenalkan pacarmu padaku."

"Apasih maksudmu?"

"Memangnya pria yang menghubungiku kemarin dan memberikan kabar jika kau sakit itu siapa? Dia benar-benar memastikan jika aku sudah mengabari Mr. Tom. Kau tahu aku sampai merelakan gajiku jika Mr. Tom marah padaku saat aku memberitahu jika kau sakit." Jelas Jill

"Di...dia hanya kenalanku. Iya, dia hanya teman." Gugup Lucinda.

"Lihat sekarang! Kau bahkan sudah tidak bisa bohong kepadaku Luce."

"Tunggu dulu! Berhenti berbicara tentang pria itu. Bagaimana Mr. Tom? Dia marah?" Tanya Lucinda.

"Untuk masalah Mr. Tom aku juga heran. Biasanya dia akan marah-marah jika mendengar alasan seperti ini, apalagi jika kabarnya datang dari kau." Jawab Jill

"Maksudmu apa?" Heran Lucinda

"Maksudku, saat aku memberikan kabar jika kau sakit Mr. Tom hanya mengiyakan dan aku langsung disuruh keluar ruangannya. TIdak ada drama-drama seperti biasanya." Jelas Jill

'Mati aku. Kali ini aku benar-benar akan dipecat!' Teriak Lucinda dalam hatinya.

"Jill...apa...apakah aku akan dipecat?" Tanya Lucinda dengan nada yang sangat menyedihkan.

"Hahahaha aku tak tahan dengan suaramu yang terdengar sangat menyedihkan itu." Ejek Jill

'Sahabat sialan!' Maki Lucinda dalam hati

"Kau gila? Sahabatmu ini sedang berasa di ujung jurang pengagguran dan kau tertawa?" Kesal Lucinda pada Jill

"Hahahaha tentu saja! Kau terlalu lucu untuk tidak ditertawakan Luce."

"Ayolah Jill... Bantu aku! Aku sudah tidak tahu harus bagaimana!"

"Kau mau aku kesana? Setelah pulang aku akan ke apartemenmu." Tanya Jill.

"Tidak. Kau tidak perlu kesini. Besok saja kita bertemu di kantor. Aku sangat lelah. Aku mau istirahat saja."

"Benarkah? Kau Yakin?'

"Yakin."

"Baiklah. Untuk urusan jurang pengangguranmu itu kita pikirkan nanti saja. Aku akan menemanimu menemui Mr. Tom. Dan ingat! Kau berhutang penjelasan padaku!"

"Ya ya ya. Baiklah sampai jumpa besok."

"Awas sa-" Belum sempat Jill menyelesaikan kalimatnya, panggilan tersebut diputuskan secara sepihak oleh Lucinda. Lucinda sangat lelah. Ia membaringkan tubuhnya di kasurnya yang sangat ia rindukan itu. Rasanya sangat nyaman. Tanpa butuh waktu yang lama, Lucinda pun sudah terlelap dengan sangat nyenyak.

***

"Apa kau yakin itu dia?" Tanya Hannah pada orang suruhannya.

"Belum 100% tapi berdasarkan foto dari yang anda kirimkan itu sepertinya cocok."

"Apa yang dia lakukan disana?"

"Kami melihatnya berdiri diam didekat sebuah bar hanya sekitar 30 menit lalu berlari mejauhi bar tersebut."

"Kemana dia?"

"Kami kehilangan jejaknya. Dia seperti mengejar sesuatu."

"Sial! Cepat temukan dia kembali! Mungkin dia akan tetap berada disekitar bar itu! Kabari aku jika terdapat sesuatu. Hal terkecil apapun itu aku harus tahu semuanya! Kalian mengerti?" Perintah Hannah.

"Baiklah. Kami pergi." Ucap pria itu lalu meninggalkan Hannah sendiri.

Hannah merasa sangat kesal. Lagi-lagi Leon berhasil menjauh dari jangkauan Hannah. Dia berpikir apa yang Leon lakukan disana? Rencana apa lagi yang Leon lakukan? Sudah pasti munculnya Leon disana bukan tanpa alasan. Hannah segera mengambil handphonenya dan menghubungi seseorang.

"Halo." Jawab seseorang diseberang sana.

"Kau sudah melihat yang kukirimkan bukan? Mengapa kau tidak membalas pesanku!" Marah Hannah.

"Bukankah sudah kubilang? Kau yang seharusnya mengurus itu semua. Bukankah kau sudah kuberi uang yang cukup?" Jawab orang itu.

"Tapi kau tidak bisa lepas tangan begitu saja!"

"Ini semua karena anak sialan mu itu! Kau urus sendiri! Aku masih banyak urusan disini. Akan kukirimkan uang padamu lagi."

"Hei! Tu-." Orang itu sudah memutuskan panggilannya disaat Hannah belum sempat menjawab.

"Sialan! Seenaknya saja dia memutuskan telepon begitu saja!" Teriak Hannah.

'Lihat saja Leon. Kau akan mati ditanganku! Tidak ada yang bisa menghancurkan hidupku lagi. Tidak Kristal dan tidak juga kau.'

***

Pagi ini Lucinda sudah berada di kantornya. Jam ditangannya masih menunjukkan pukul 06.30 yang artinya ini masih terlalu pagi bagi Lucinda untuk berada disini. Hanya ada Lucinda dan 2 orang cleaning service dikantor ini. Lucinda duduk di mejanya dan mulai menghidupkan komputernya.

"Sepertinya memang aku terlalu pagi." Rutuk Lucinda.

Lucinda mulai memindahkan foto-foto yang ada di kameranya. Disaat dia menunggu filenya selesai dipindahkan, Lucinda melihat seseorang yang berjalan menuju ruangan Mr. Tom. Lelaki itu memakai Hoodie berwarna biru gelap dan memakai masker. Lucinda curiga jika lelaki itu adalah orang jahat. Namun dugaan Lucinda salah. Terlihat saat lelaki itu melewati salah satu cleaning service yang sudah berumur itu yang bernama Nancy sepertinya mereka sangat akrab. Lelaki itu menyapa Nancy dan langsung disambut baik oleh Nancy.

Lelaki itu terlihat membawa sebuah map coklat dan dilehernya tergantung sebuah kamera. Lucinda yakin jika lelaki itu adalah photographer sama sepertinya. Namun Lucinda tidak yakin pernah melihat orang itu selama ia bekerja disini. Apakah itu anak baru? Tidak mungkin anak baru berani keruangan Mr. Tom jika tidak ada siapaun diruangan itu.

Lelaki itu masuk keruangan Mr. Tom lalu keluar tanpa membawa map coklat yang dipegangnya tadi. Lalu lelaki itu pergi. Setelah lelaki itu tidak terlihat lagi, Lucinda yang penasaran mencari Nancy dan menemukan Nancy yang sedang membersihkan ruangan.

"Hai Nancy-ku yang terlihat cantik ini." Sapa Lucinda

"Oh my! Ternyata itu dirimu Lucinda. Sepertinya aku tidak melihatmu beberapa hari ini." Balas Nancy lalu memeluk Lucinda dan dibalas oleh Lucinda.

"Hehe aku mengambil liburku. Biasa urusan anak muda." Ucap Lucinda.

"Hahaha kau memang ada-ada saja Lucinda."

"Oh iya Nancy-ku sayang. Boleh aku bertanya sesuatu?" Tanya Lucinda.

"Hmm apa itu Lucinda?" Heran Nancy

"Lelaki yang barusan datang. Itu salah satu pegawai disini?"

"Oh... Maksudmu Theo? Yah dia sudah lama bekerja disini. Kau memangnya tidak pernah melihatnya Lucinda?" Jelas Nancy.

Lucinda mengganggukkan kepalanya saat mendengar penjelasan Nancy. Ternyata lelaki itu memang bekerja disini. Tapi tunggu dulu, sepertinya ada yang aneh. Apakah Nancy baru saja mengatakan nama Theo? Apakah Lucinda tidak salah dengar?

"Tu..tunggu dulu tadi siapa namanya?" Tanya Lucinda

"Theo." Tegas Nancy.

"Hah? Apa? Tadi itu Theo?" Tanya Lucinda lagi.

"Astaga Lucinda. Iya benar itu Theo." Jawab Nancy

"Itu Theo?"

"Iya itu Theo." Kesal Nancy

"ASTAGA ITU TADI THEO!" Pekik Lucinda.

Lucinda bodoh!

***


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C12
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login