Download App
1.76% LOVE IN TROUBLE / Chapter 7: Sebuah rasa

Chapter 7: Sebuah rasa

- H A P P Y R E A D I N G -

"Sshh, ahhh." lenguh Lisya saat suaminya mulai menggrayangi tubuhnya setiap inci. Saat feroplay ia sudah mencapai 2 kali, padahal Devano belum ke bawah-bawah. Lisya merangkul leher suaminya bibirnya mendekat ke telinga. Ia sudah tidak tahan kalau hanya menggrayangi. Butuh kejantanan yang emmm rasanya emmm.

"Ayo jangan lama-lama ih, nggak tahan tauuk!" Lisa berbisik sembari menggigit daun telinga suaminya.

"Sebentar emmhh,"

Devano menggagahi istrinya keringat sudah mengucur kemana-mana. Mahakarya yang sudah bercetak bagus di leher serta area dada. Sungguh indah bukan?

Milik Devano sudah masuk secara sempurna, tentu membuat Lisya hilang akal. Nafasnya berderu desahan menghiasi ruangan mereka. Malam yang indah, Devano menginginkan bayi lagi tapi Lisya menolaknya dengan tegas. 2 saja sudah cukup. Anak-anak mereka saja jarang akur, bahkan berantem terus. Kalau Gabriel mengetahui Devano akan meminta adik lagi. Yang ada anak itu marah padanya. Udah tua tapi nggak tau diri haha.

Lenguhan istrinya membuat Devano semakin berghairah. Sudah biasa melakukannya hanya saja Lisya baru selesai halangan. Jadi seminggu ia menahan untuk tidak ekhem-ekhem.

"Aahhh, sssh."

Setelah beberapa jam berlalu akhirnya selesai juga, Devano membaringkan tubuhnya di sampai Lisya. Wanita itu terlihat lelah serta berkeringat penuh. Keduanya berselimutan tanpa memakai pakaian lagi. Agar sensasi pelukan semakin uwuw, Devano mengecup kening istrinya. Tidak menyangka sudah bertahun-tahun mereka bersama. Membesarkan kedua putra dan putrinya. Mereka berhasil memiliki keluarga yang bahagia serta harmonis.

✨✨

Kukuruyuuuukkkk...kukuruyukkkkk...

Suara ayam berkokok membangunkan para manusia yang tertidur dengan nyenyak. Lisya terbangun lebih dulu, jam masih pukul 5 pagi. Ia langsung bergegas mengambil bathrobenya, menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Wanita itu rajin sekali, ya itu harus! Sosok istri yang baik dan menjadi ibu yang hebat untuk anak-anaknya.

Menyiapkan sarapan pagi sudah menjadi aktifitasnya. Ada pembantu yang membantu Lisya mengurus rumah saja. Tidak untuk memasak hanya Lisya bisa menanganinya sendiri. Kaella anak bontot turut membantu ibunya mengiris bawang merah. Mata gadis itu masih lengket, padahal Lisa tidak menyuruhnya.

"Kalo masih ngantuk, tidur aja sayang. Jangan bantu Mommy, sana ke kamar."

"Tapi mommy, Kaella mau bantu."

"Kamu aja masih belum melek, kalo nggak mau ke kamar duduk situ aja. Ya, nanti malah jarimu kena pisau."

"Iya deh, mom."

Lisya heran, kenapa Kaella sama persis dengannya. Dulu ia juga seperti itu kekeh ingin membantu mamanya. Pas masih kecil seumuran Kaella, setelah Lisya menjadi gadis remaja ia sudah terbiasa mandiri. Karena memang alm ibu-nya sangat berubah drastis setelah perceraian kedua orang tuanya. Hem, Lisya menghembuskan nafasnya pelan. Semoga saja tidak akan terjadi padanya, anak-anak mereka sangat membutuhkan keluarga yang harmonis.

Setelah selesai urusan dapur, Lisya langsung menuju ke atas kamar. Waktunya membangunkan suami serta anak bujangnya. Kedua manusia itu sangat susah kalau untuk bangun. Makanya Lisya mengumpulkan kekuatannya setiap pagi. Pekikan serta guncangan tangan.

Suaminya masih mungker dan memeluk guling. Tubuh kekar Devano memang membuat Lisya tergila-gila. Abs super mantap, bibir super sexy wajah serta sikap perhatian dan pengertian membuatnya semakin cinta. Ya, dari dulu memang seperti itu.

"Daddy, ayo bangun waktunya bangun! Bangun! Bangun."

"Eummm, arghhhhh."

"Ayo, mandi dulu abis itu sarapan."

"Mandi bareng yuk, dah lama nggak mandi bareng."

"Udah tua ih, udah sana. Aku siapin baju-nya."

"Astaga, hari ini ada meeting." sebelum pergi membersihkan diri, Devano mengecup sekilas bibir istrinya. Lalu memakai boxer pendek, bergegas ke kamar mandi.

Lisya tersenyum, kesibukkan Devano sebagai kepala rumah tangga dan direktur utama di perusahaan besar membutuhkan semangat lebih darinya. Sudah pasti Lisya akan terus menyemangati dan berdoa untuk suaminya. Devano mengurus beberapa perusahaan, papa alex juga masih sibuk mengurus perusahaannya di luar negeri.

Seusainya menyiapkan baju kantor, Lisya keluar untuk membangunkan anak bujangnya. Ini sebelas duabelasnya Jeno, Gabriel rada susah dibangunin.

Ketika masuk ke dalam kamar, Gabriel sedang tertidur pulas tanpa mengenakan baju. Tubuh kekarnya tidak kalah jauh dari Daddy. Lisya membangunkan anaknya serta mengguncang-guncang tubuh Gabriel.

"Bangun nak, yuk sekolah."

"Emmh, masih ngantuk mom."

"Eh, ini udah siang tau."

"Mom, keluar dulu sana Gabriel nggak pake boxer."

"Ih, kamu kok."

"Gerah mom, AC kamar aku mati."

"Ya udah, kamu cepetan bangun abis itu sarapan ya!"

"Ok, Mommy!"

Gabriel muka bantal mengulum senyum kepada Mommy-nya. Senyum itu mengingatkan Lisya pada mendiang Renjun. Anak ini sudah dewasa, Lisa bahagia melihatnya tumbuh berkembang dengan baik. Tapi, di sisi lain Lisa merasa takut Trauma yang di alami Gabriel sangatlah parah. Apa yang sebenarnya anak itu lihat, apa mungkin saat penculik itu menyiksa Layla sampai tewas?

Kepalanya berdenyut nyeri memikirkannya. Selama ini Gabriel tidak pernah mengatakan apapun tentang kejadian itu.

****

Di pagi hari yang cerah tapi tidak secerah wajah Kayla. Barusan ia mendapat tamparan dari sang ibu, hanya karena tidak menyiapkan sarapan pagi. Gadis itu memegangi pipinya sembari menahan air mata yang akan jatuh. Tidak boleh menangis, Kayla harus kuat. Aleta mengatakan kalau sebenarnya ia sangat membenci Kayla. Jujur, Kayla langsung drop lemas apa mungkin kehadirannya di dunia memang tidak di inginkan?

Air mata gadis itu lolos dengan deras, hanya diri sendiri yang merasakannya. Tidak mau larut dalam kesedihan, Kayla menghapus air matanya kasar, lalu mengambil ranselnya yang ada di sofa, Aleta sudah pergi keluar rumah. Tidak ada uang jajan tidak ada ongkos, sudahlah ini sudah biasa baginya. Kayla mengambil uang dari tabungannya yang diberikan oleh sang papa. Hari ini Gabriel tidak menjemputnya, jadi Kayla berlari menuju bus. Ini akan terlambat.

"Huft, bakal terlambat nih." gumamnya sembari melihat arloji hitam di tangannya. Sudah 7 menit ia menunggu bus tapi tidak datang-datang. Kemudian dengan tekad yang kuat, Kayla memilih untuk berlari sampai sekolahan.

"Aaah, telattttttt." nafasnya terengah-engah keringat pun sudah membahasi wajah Kayla. Belum sampai sekolahan masih separuh lagi. Hum, kasian amat dah.

Tiiiiiiinnnnnn!

Suara mobil sport berwarna hitam sengaja mengklaksonkan mobilnya. Sontak saja Kayla terpelonjat kaget, padahal dia tidak menyebrang jalan. Sengaja sekali orang itu.

"Woy, siapa sih?" pekik Kayla

Orang ganteng memakai kacamata berlagak songong, sumpah Kayla seperti mengenali orang ini. Tapi siapa ya dia lupa.

"Lo mau nebeng ke mobil mewah gue nggak? Ya itung-itung gue bantuin lo." ujar lelaki itu seraya mengedipkan satu matanya ke arah Kayla. Gadis itu pun menatapnya ogah, ya kali ih sama orang asing.

"Njir, sok jual mahal lo kayla kampret!" cowok itu menyebut namanya, jadi kenal? Aduh Kayla tidak bisa mengingatnya. Siapa sih, siapa ya?

Ketika cowok songong itu membuka kaca mata, ternyata Jeffry temannya kak Andrei. Dia sering sekali menggoda Kayla orangnya baik, rada songong dikit tapi cute kok hehe.

Kayla tersadar, ehmmm ia langsung masuk saja."Dari mana lo kak? Tumben ketemu gue pas lagi susah begini." ujar Kayla sembari merapikan rambut poninya.

"Ya kan kita memang sudah ditakdirkan berjodoh, jadi ya lo harus memaklumi lah." jawaban nyeleneh dari Jeffry membuat tang an Kayla tak bisa menahan untuk mencubit Jeffry.

"Genitnya masih aja, astaga. Astaga."

"Haha, lo kenapa lari-lari kek di kejer anjing aja. Kasian eh ditinggal abang kuliah ke luar negeri."

"Udah deh buruan, makin telat nih."

"Yaelah, berisik!"

"Dih, yang berisikkan situ. Aku mah pendiem."

"Pftt, Kayla, Kayla lo kalo diem pas tidur doang."

Keduanya berujung ngakak, seperti inilah mereka kalau bertemu. Sudah 2 tahun lebih Kayla jarang sekali mengobrol dengan Jeffry. Paling ketemu saling sapa begitu saja. Jeffry selalu menginginkan Kayla jika sudah dewasa nanti. Gadis cantik, baik, ceria bahkan pemikirannya sangat dewasa. Masaaaaa, tapi sayang sudah milik orang.

Upppsss

To be continued❤

Tinggalkan jejak ya guyssss.

Biar makin rajin upnya!


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C7
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login