Download App
7.19% Your Presence / Chapter 20: Bersama Putra sang Separuh Nyawa.

Chapter 20: Bersama Putra sang Separuh Nyawa.

Setelah berpelukan tadi Putri langsung tertidur lelap di kamarnya. Putra berjalan keluar rumah dan mengambil pesanan miliknya tersebut. Tiba-tiba saja, ada seorang ibu-ibu yang berjalan kearah halaman rumah kontrakan Putri. Ibu itu menghampiri Putra dengan senyuman begitu ramah.

"Maaf sebelumnya nak, kamu siapa ya? Bukannya mau melarang atau apapun, tapi ini sudah malam jadi lebih baik kamu pulang ke rumah.." ucap ibu tersebut.

Putra tersenyum, "saya kembaran Putri Bu, biar lebih jelas mari kita berdiri di tempat yang terang agar ibu percaya dengan saya.." balas Putra membawa ibu itu berdiri di depan pintu masuk rumah kontrakan Putri.

Ibu itu langsung terkejut karena wajah pria itu begitu mirip dengan Putri, yang membedakan mereka hanya jenis kelamin saja. Ibu itu pun percaya dan meminta maaf pada Putra. "Maaf ya, ibu kira siapa. Soalnya takutnya Putri menjadi bahan omongan orang kompleks, karena membawa pria masuk ke dalam rumah. Walau ini kompleks perumahan orang kaya dan bisa disebut orang yang sibuk dalam pekerjaan. Takutnya mereka menyebarkan gosip yang tidak-tidak tentang kembaran kamu. Maaf sekali lagi ya, Nak.." jelas ibu tersebut.

"Tidak masalah ibu, terimakasih juga sudah mengingat saya. Kalau begitu saya izin masuk dulu ya, karena saya harus memberikan makanan ini untuk Putri..." balas Putra.

"Oh, iya. Putri di mana ya? Sedaritadi ibu tidak melihatnya.." tanya ibu tersebut.

"Dia di dalam kamar Bu. Kembaran saya kurang enak badan, jadi saya suruh untuk istirahat..." lanjut Putra.

"Ya ampun, kambuh lagi penyakitnya?" tanya Ibu itu.

Putra hanya mengangguk dan menatap ibu tersebut. "Ya sudah ibu izin pamit, permisi.." lanjut ibu tersebut.

Putra menatap kepergian ibu tersebut dan masuk ke dalam rumah. Tak lupa ini mengunci pintu rumah kontrakan kembarannya. Putra menatap ke sekeliling rumah, di dalam rumah hanya ada sedikit perabot dan cukup untuk tinggal seorang diri. Pria itu berjalan kearah dapur dan mengambil piring serta sendok untuk meletakkan makanan.

"Nyaman," ujar Putra menatap seisi dapur.

"Apanya yang nyaman?" tanya Putri yang berdiri di ambang pintu dapur.

Putra terkejut dan membalikkan tubuhnya menatap Putri yang tengah tersenyum kearahnya. "Rumahnya nyaman, padahal ini rumah kontrakan minimalis, tapi terlihat sangat nyaman dan hangat.." jawab Putra.

"Mau tinggal bareng?" tanya Putri mendekati kembarannya.

Putra mengangguk, "tapi emangnya boleh?" tanya Putra lagi.

"Boleh, tapi pasti nanti kedua orang tua kita memarahi mu. Sudah kaya, tapi masih mau tinggal di rumah kontrakan kecil ini. Bisa-bisa kamu di ruqyah sama mereka.." balas Putri.

"Mau kecil atau besar sekali pun, kalau rumahnya nyaman dan hangat. Aku bakal betah, toh kita juga pernah tinggal di rumah yang kecil. Malah lebih kecil dari ini, jadi gapapa kali aku tinggal di sini. Satu lagi, masalah orang tua kita itu bisa diatur mah, kasih uang langsung diem mereka.." jelas Putra.

Putri terkekeh, "matre ya," balas Putri duduk lesehan di tikar yang ada di dapur rumah kontrakan nya.

Putra ikut duduk di atas tikar sambil membawa makanan yang ia pesan tadi. "Bantuin aku makan, soalnya gak bakal habis ini.." tawar Putra.

"Aku kenyang Putra, kamu aja deh yang makan.." balas Putri.

"Please, ini banyak banget loh. Kamu tau 'kan porsi makan aku sebanyak apa, dari pada ke buang. Aku siapin deh kalau tangan kamu lemes pegang sendok.." lanjut Putra.

Putri terkekeh dan akhirnya menganggukkan kepalanya. Putra pun menyuapi makanan ke dalam mulut Putri, tak lupa ia juga memakan makanan tersebut. Mereka makan sepiring berdua, sudah kebiasaan mereka jika makan bersama harus selalu berdua. Karena Putra pernah mengatakan anak kembar harus selalu bareng, baju harus sama, jalan-jalan harus bareng, makan bareng, segalanya harus bareng, kecuali kalau mau ke kamar mandi.

Putri selalu tertawa geli jika mengingat ucapan kembarannya itu. Setelah makan habis, mereka berjalan ke arah televisi untuk menonton siaran televisi pada malam hari. "Di tv Indonesia ada drama Korea gak?" tanya Putra.

"Gak ada, emang nya kenapa?" tanya Putri.

"Yah, padahal aku mau nonton drama Korea. Mau liat drama yang ada pacarku," lanjut Putra.

"Pacar kamu orang Korea? Siapa namanya, aku mau lihat.." balas Putri.

Putra langsung mengambil ponsel-nya dan mencari foto sang kekasih tercinta. Putri melihat foto tersebut dan langsung menjitak kepala kembarannya. "Halu kamu.." ujar Putri.

"Dih dia pacar aku, namanya Kim Sae-ron. Cantik 'kan? Umurnya beda setahun sama kita.." balas Putra dengan semangat.

Putri menggelengkan kepalanya, "ya Tuhan Putra, pria ganteng, cool kaya kamu ternyata bucin sama cewek Korea. Fanboy Sae-ron lagi, ngaku-ngaku pacarnya. Emang dia kenal sama kamu? Enggak 'kan?" jelas Putri.

"Gak sih, tapi ya gapapa 'kan halu dikit. Biar seru," balas Putra.

"Iya deh, jadi nonton gak nih?" tanya Putri lagi.

"Jadi dong, nonton di ponsel aku aja. Kita nonton drama Korea yang ada Kim Sae-ron nya. Ada cowok ganteng loh, beh manis anaknya, tapi lebih muda dari kita.." jelas Putra.

"Hm, ya udah buruan. Aku bosen banget ini," balas Putri.

"Kamu gak ngantuk apa? Badan kamu gak lemes lagi?" tanya Putra.

"Enggak, udah buruan mau nonton ini. Penasaran sama cowok yang kamu bilang manis.." sahut Putri.

Putra menganggukkan kepalanya dan mereka pun menonton drama Korea yang dimaksud oleh Putra. Putri menyukai drama Korea tersebut dan jam sudah menunjukkan pukul 12 malam. Mereka masih asik menonton drama Korea, karena besok adalah hari libur untuk Putri karena jatah gadis itu untuk libur selama dua hari. Putra dan Putri berencana akan begadang malam ini, demi menonton banyak drama Korea yang tengah naik daun.

"Wah, ganteng banget pemainnya. Tapi gantengan pacar aku sih.." ungkap Putri.

"Dih, iya deh yang bucin. Jomblo hanya bisa gigit jari liat kebucinan yang ada di depan mata.." balas Putra sambil memutar kedua bola matanya dengan malas.

Putri tertawa dan mereka kembali menonton drama Korea. Sudah hampir jam satu malam, yang rencana akan menonton sampai pagi, malah si kembar tertidur dengan posisi kepala di atas meja ruang tamu. Bukan mereka yang menonton ponsel, malah ponsel yang menonton mereka yang sudah tertidur lelap. Putra memegang pinggang kembarannya dan mendekatkan sedikit kepalanya ke Putri, sedangkan Putri hanya tertidur dengan lelap karena ia anak yang tipikal saat tidur tidak banyak gerak.

Drttt...

Drrtt...

Ponsel Putra bergetar, pertanda ada panggilan masuk. Namun, panggilan itu tidak di dengar oleh Putra karena pria itu sudah tidur sangat nyenyak. Di dalam kamar, ponsel Putri pun berdering. Sudah berpuluh kali Adit menelepon nya, namun tetap saja tidak diangkat oleh, Putri.

***

Pagi hari,

Tok

Tok

Ketukan pintu membuat Putra terbangun dari tidurnya. Ia terkejut saat melihat posisi tidur mereka tidak benar. Putra menggendong Putri dan menidurkan kembarannya di dalam kamar. Setelah itu ia berjalan kearah pintu masuk, untuk melihat siapa yang datang pagi-pagi sekali ke rumah kembarannya.

Ceklek!

Pintu terbuka dan memperlihatkan Adit tengah terkejut menatap keberadaan, Putra. "Kamu tidur di sini?" tanya Adit.

"Iya, aku tidur di sini. Kenapa pagi-pagi datang ke rumah, Putri? Ada keperluan?" Jawab Putra sambil mengucek matanya.

"Putri semalam gak angkat telepon ku. Makanya aku langsung kesini, karena khawatir dengannya. Soalnya semalam dia mimisan, jadi dia dimana?" tanya Adit.

"Oh, dia di dalam kamar. Masalah telepon yang gak diangkat, itu semalaman kita nonton drakor dan tertidur di ruang tamu. Maaf ya, ehehehe.." jawab Putra.

Adit merasa lega, "syukurlah, aku kira Putri kenapa-napa.." balas Adit.

"Dia baik-baik saja, dia hanya kelelahan. Makanya mimisan," bohong Putra.

Adit mengangguk, " boleh masuk?" tanya Adit.

Putra membuka pintu rumah kontrakan dengan lebar. Adit masuk ke dalam rumah kekasihnya dan berjalan ke arah kamar Putri. Putra menutup kembali pintu tersebut dan duduk di kursi yang ada di ruang tamu. Ia kembali memejamkan kedua matanya karena masih merasa mengantuk.

Di dalam kamar,

Putri tengah tertidur nyenyak sambil memeluk boneka yang diberikan Adit padanya. Adit mengukir senyuman di bibirnya dan mendekati sang kekasih yang tengah tertidur di atas kasur. Ia duduk di samping kasur sambil mengusap wajah gadis yang ia cintai tersebut. Adit mengecup kening Putri dan menjauhkan rambut yang mengenai mata gadis cantik itu.

"I love you.." ucap Adit.

Putri merasa terusik mendengar ucapan tersebut dan ia langsung membuka kedua matanya. Gadis itu terkejut saat melihat sang kekasih sudah berada di dalam kamarnya pagi ini. Putri memposisikan dirinya untuk duduk dengan bantuan Adit. Pria itu menatap wajah Putri yang terlihat sangat imut saat bangun tidur.

"Kapan sampainya, sayang?" tanya Putri.

"Baru aja, keasikan bareng kembaran jadi lupa pacar ya.." ucap Adit sambil terkekeh.

Putri mengerutkan keningnya dan langsung mengambil ponsel miliknya yang terletak di meja yang ada di samping tempat tidur. Ia terkejut saat melihat banyak notifikasi pesan masuk dan panggilan tidak terjawab dari Adit. Putri langsung menatap kekasihnya dan memeluk Adit dengan sangat erat. Adit membalas pelukan sang kekasih dan mengecup puncak kepala Putri dengan lembut.

"Maaf ya, aku gak tau kalau kamu telepon aku. Soalnya semalam ponsel ada di kamar terus, Ini aja aku nggak tahu siapa yang pindahin aku ke kamar. Jangan-jangan kamu ya?" ucap Putri.

"Bukan aku, tapi kembaran kamu yang mindahin kamu ke kamar.." balas Adit.

Putri melepas pelukannya dan menatap sang kekasih dengan sangat lekat. "Putra nya di mana?" tanya Putri.

"Di ruang tamu, kayaknya dia tidur lagi deh.." balas Adit.

Putri menganggukkan kepalanya dan kembali memeluk Adit dengan sangat erat. "Gak di marahin lagi 'kan?" tanya Putri.

"Untuk semalam enggak, tapi barusan aku dimarahin sama kedua orang tuaku.." balas Adit.

"Karena apa?" tanya Putri.

"Karena aku tidak sarapan bersama mereka, kedua orang tuaku akhir-akhir ini sensitif sekali. Mereka seperti ingin bersamaku setiap saat, tapi untuk mengakuinya mereka sangat enggan. Jadi ya aku tidak ambil pusing, biasanya aku juga makan sendiri tanpa kedua orang tuaku. Kalau pun makan bareng mereka, kedua orang tuaku pasti hanya diam seperti patung. So, setelah dimarahi aku memilih untuk pergi ke rumah kontrakan kamu, karena aku khawatir dengan pacarku yang cantik dan manis.." jelas Adit.

Putri terkekeh, pelukan mereka pun terlepas saat Putra menjauhkan tubuh mereka berdua. "Ingat ada yang jomblo, kasihanilah kaum jomblo seperti saya ini..." ketus Putra.

.

To be continued.


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C20
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login