Download App
6.83% Your Presence / Chapter 19: Perasaan Khawatir.

Chapter 19: Perasaan Khawatir.

Adit menghentikan mobil-nya tepat di depan restoran tempat sang kekasih bekerja. Terlihat Putri tengah duduk sambil menatap layar ponsel miliknya. Adit keluar dari dalam mobil dan duduk tepat di samping sang kekasih tercinta. "Hayo, lagi ngapain?" tanya Adit menatap kekasihnya dengan tatapan penasaran.

Putri langsung memasukkan ponsel-nya ke dalam tas, ia menatap Adit dan menggenggam tangan pria tersebut. "Kita mau pulang atau jalan-jalan dulu?" tanya Putri untuk mengalihkan pertanyaan Adit.

"Kamu capek gak? Kalau capek kita pulang aja, nonton drama romantis di rumah kamu.." jawab Adit.

"Capek dikit sih, tapi kalau kamu mau ajak jalan oke. Kalau mau di rumah aja, oke.." lanjut Putri.

"Kamu mau jalan atau di rumah aja?" tanya Adit lagi.

"Hm, jalan aja yuk. Di rumah sumpek tau," balas Putri.

Adit mengacak rambut kekasihnya dan mencubit pelan pipi, Putri. "Bilang dari tadi dong sayang. Jangan pasrah aja," lanjut Adit menggandeng tangan Putri.

Mereka berdua masuk ke dalam mobil, dan Adit menghidupkan mobil dan menuju ke cafe untuk mengisi perut mereka. Di perjalanan, Adit terus saja menggenggam tangan kekasihnya. Putri hanya bisa tersenyum bahagia, melihat kekasihnya menggenggam erat tangannya. Beberapa menit di perjalanan, mereka tiba di sebuah cafe.

Adit membuka pintu mobil-nya dan mengulurkan tangannya kearah, Putri. Gadis itu membalas uluran tangan tersebut, dan mereka masuk ke dalam cafe tersebut. Adit memilih duduk di dekat jendela cafe, dan ia memesan makanan. Setelah itu pria tersebut menggenggam kembali tangan kekasihnya.

"Makin cantik aja," ujar Adit.

Putri terkekeh, "gombal kamu Kak, mana ada cantik. Biasa kaya gini dibilang cantik.." balas Putri.

"Biasa dari mana? Secantik ini juga, pacar siapa sih kamu.." lanjut Adit mencubit pelan pipi kekasihnya.

"Pacar Adit, sang direktur.." balas Putri sambil terkekeh.

Adit ikut terkekeh dan mencium pipi kekasihnya. Makanan dan minuman mereka datang, sepasang kekasih tersebut tersenyum ramah pada sang pelayan. Pelayan itu membalas senyuman mereka. "Kalian romantis banget sih, pacaran ya?" tanya pelayan.

"Iya, Mbak.." balas Putri.

"Semoga langgeng ya, sampai pelaminan, sampai punya anak, sampai punya cucu dan pokoknya selamanya deh.." lanjut pelayan tersebut.

"Terimakasih doanya, Mbak.." balas Adit.

Putri hanya tersenyum tipis, ia berpikir kembali apa dia bisa bertahan sampai bisa duduk di pelaminan bersama Adit. Kondisi tubuhnya saja semakin lemah, dan dia juga sering down akhir-akhir ini. Putri menghela napasnya dengan pelan dan berdoa agar Tuhan memberikan umur yang panjang untuknya. Semoga Tuhan memberikan kesempatan untuknya, melahirkan anak dari pria yang ia cintai.

"Makan sayang, jangan melamun terus.." ucap Adit.

Putri terkejut dan hanya terkekeh, ia pun memakan makanan yang dipesankan oleh kekasihnya. Sesekali Adit menyuapi makanannya ke mulut Putri. Sesekali juga Putri menyuapkan makanan ke dalam mulut Adit. Mereka terlihat begitu bahagia, dan menikmati waktu mereka berdua.

"Aku cinta kamu," ujar Adit sambil mengusap rambut kekasihnya.

"Aku juga cinta kamu, Kak.." balas Putri memegang tangan kekasihnya.

"Jangan tinggalkan aku ya, karena aku tidak ingin jauh dari kamu.." lanjut Adit.

Putri tersenyum manis, "kita serahkan pada yang di atas ya, Kak. Jodoh, rezeki dan maut sudah ada yang mengaturnya. Jadi kita berdoa saja ya, semoga Tuhan tidak memisahkan kita sampai waktunya tiba.." balas Putri sambil mengecup tangan kekasihnya.

***

Putra dan keluarga masuk ke dalam cafe, karena ibu dari mereka sedang malas untuk memasak. Putra duduk di tempat duduk yang tidak jauh dari Putri-kembarannya. Kedua orang tuanya tengah asik berselfie dan tiba-tiba saja mereka terkejut saat melihat anak perempuan yang mereka tinggalkan dua tahun lalu, ada di cafe yang sama dengan mereka. Tuan Dani menatap kearah Putri yang tengah tertawa bersama seorang pria tampan.

"Bukankah itu Putri?" tanya Tuan Dani.

"Iya, Ayah. Seperti itu Putri," sahut Nyonya Dina.

Anak pertama mereka menatap kearah tatapan kedua orang tuanya. "Mana anak penyakitan itu Bunda, Ayah?" tanya Fahri.

"Itu dengan cowok, tapi wajah cowoknya gak jelas banget. Jangan-jangan dia jadi simpenan Om-om lagi, untuk uang pengobatannya?" ujar Nyonya Dina.

"Mulut tolong sopan sedikit, Bunda. Jangan pernah merendahkan kembaran, Putra..." tegur Putra yang sudah sangat kesal dengan keluarganya.

Putra menatap kearah Putri dan dipastikan yang ada di depan kembarannya adalah Adit, kekasih kembarannya. Putra berjalan kearah mereka berdua untuk menyapa. Kedua orang tua mereka dan kakak pertama mereka terkejut bukan main. Kenapa Putra menghampiri Putri? Bisa-bisa gadis itu akan meminta tolong Putra untuk membiayai rumah sakitnya, pikir mereka.

"Fahri ikuti adik kamu, jangan sampai Putri mohon-mohon pada Putra.." ujar Tuan Dani.

"Oke, Ayah.." jawab Fahri.

Pria itu mendekati adiknya dan sedikit jauh, agar tidak ketahuan oleh Putra. Saat tiba di kursi tempat kembarannya duduk, Putra langsung mengusap rambut Putri. "Hei, kalian di sini juga?" tanya Putra dengan ramah.

Putri dan Adit terkejut, kemudian mereka langsung tersenyum ramah kearah Putra. "Iya nih, kamu di sini bareng siapa, Put?" tanya Putri.

"Bareng Ayah, Bunda dan Kak Fahri.." balas Putra sambil menggenggam tangan kembarannya.

Putri langsung terdiam dan menampilkan senyum tipisnya. Ia memberikan minuman miliknya pada Putra, karena kembarnya sangat menyukai minuman yang ia pesan. Putra meminum minuman itu dan menghabiskannya. "Dih kok di habiskan sih, jahat banget.." ujar Putri sambil memanyunkan bibirnya.

"Nanti dibeli lagi deh," jawab Putra.

Adit terkekeh dan ia melihat jam sudah menunjukkan pukul 6 sore. Ia berdiri dan menggandeng tangan kekasihnya. "Gue pulang duluan ya, kasihan Putri baru pulang kerja gue ajakin kesini.." ucap Adit.

"Oke hati-hati, bro.." balas Putra.

"Duluan ya, Putra.." sahut Putri.

"Hati-hati di jalan kesayangan.." balas Putra melambaikan tangannya.

Fahri mendekati Putra dan duduk di hadapan adiknya. Kedua orang tua mereka juga duduk di samping Putra. Mereka bertiga menatap Putra dengan tatapan yang begitu penasaran. "Dia bilang apa ke kamu? Apa dia minta uang untuk biaya pengobatannya?" tanya Tuan Dani.

Putra menatap ayahnya dan langsung berdiri, "Putri bukan orang yang suka meminta, asal ayah tau kembaran aku itu orang yang giat bekerja. Jangan pernah ayah merendahkan Putri dihadapanku lagi. Kalau pun dia meminta uang padaku, aku akan memberikan nya. Dia kembaran dan separuh nyawaku, saat dia sakit aku akan merasakan sakit. Di saat dia sedih aku juga akan merasakan sedih," jelas Putra.

"Aku sudah tidak mood makan lagi, ayah, bunda dan kakak bisa makan bertiga saja.." lanjut Putra yang langsung keluar dari dalam cafe.

Selera makan Putra memang benar-benar sudah hilang karena ulah keluarganya. Ia akan pergi ke rumah kembaran untuk menenangkan diri di sana, dan mengisi perut di rumah Putri.

***

Mobil Adit berhenti di depan rumah kontrakan Putri. Ia keluar dari dalam mobil, dan membuka 'kan pintu untuk Putri. "Silahkan Tuan Putri.." ujar Adit.

"Terimakasih," jawab Putri dengan senyuman.

Adit terkejut saat melihat cairan merah keluar dari dalam hidung kekasihnya. Ia langsung mengambil tisu dan mengelap hidung kekasihnya tersebut. "Sayang hidung kamu kok bisa berdarah? Kami sakit?" tanya Adit yang sangat khawatir pada kekasihnya.

Putri mengelap hidungnya dan membalas pertanyaan kekasihnya dengan gelengan kepala saja. "Aku gak kenapa-napa, ini pasti kecapekan nih. Soalnya semalam aku susah tidur sayang. Ya udah pulang gih sana, aku gak kenapa-napa kok.." jawab Putri.

"Aku gak bisa pulang kalau keadaan kamu kaya gini. Aku nanti aja pulangnya, darah nya banyak banget loh itu.." lanjut Adit membawa Putri duduk kembali di dalam mobil-nya.

Putri menatap kekasihnya, "sayang aku gapapa, aku gak mau kamu dimarahin lagi sama kedua orang tua kamu. Jadi lebih baik balik ya, nanti kalau udah sampe rumah kabari aku. Nanti kita Videocall kalau kamu masih khawatir sama aku," jelas Putri.

"Kamu yakin? Nanti kalau terjadi apa-apa sama kamu gimana? Sumpah, aku khawatir banget loh sayang.." lanjut Adit.

Putri menangkup wajah kekasihnya, "I'm fine. Kamu gak perlu khawatir. Aku yang bakal khawatir kalau kamu di marahin, jadi kamu pulang ya sayang. Aku gak mau kamu terluka lagi, please.." balas Putri.

Adit menghela napasnya dengan pelan dan langsung menganggukkan kepalanya. Putri keluar dari dalam mobil dan berdiri di depan pagar rumah. Adit masuk ke dalam mobil, kemudian pria itu melambaikan tangan pada Putri. Tentunya lambaian tangan itu di balas oleh Putri.

"Hati-hati, sampe rumah langsung kabari.." ucap Putri.

"Iya, kamu juga hati-hati di rumah. Kalau ada apa-apa, langsung kabari ya.." balas Adit.

Putri mengangguk dan mobil Adit pun menjauh dari rumah kontrakan, Putri. Saat Putri akan masuk ke dalam halaman rumah kontrakan nya, tiba-tiba saja tubuhnya terasa lemas dan pandangannya menjadi buram. Kepalanya terasa berdenyut sangat kuat, dan untuk bernafas rasanya sangat sesak. Putra yang baru saja menghentikan mobil di depan rumah kontrakan, langsung keluar dari dalam mobil saat tubuh kembarannya akan terjatuh ke tanah.

"Putri kamu kenapa?" tanya Putra dengan nada khawatir.

"Bantu aku masuk, Putra. Kepala aku sakit banget," jawab Putri.

Putra mengangguk dan membawa kembarannya masuk ke dalam rumah. Ia membaringkan Putri di atas kasur dan menyelimuti kembarannya tersebut. "Are u okay?" tanya Putra.

"Oke, hanya saja kepala ku terasa sakit dan dadaku sesak, sulit sekali bernapas.." jawab Putri.

"Kita ke rumah sakit sekarang ya, aku khawatir banget sama kamu.." lanjut Putra.

"Gak perlu, ini hanya efek samping aja kok. Jadi jangan khawatir," balas Putri.

"Tap---,"

"Udah selesai makan malam bareng keluarga?" tanya Putri.

"Aku gak jadi ikut makan, gak mood banget. Makanya aku kesini, rencananya mau makan masakan kamu. Tapi, kamu lagi lemas banget kayanya, aku undur dulu makannya..." jawab Putra.

"Ya udah aku masak dulu, kamu tunggu di sini ya.." lanjut Putri yang tidak tega dengan kembarannya.

"Hei, ayolah. Kamu lagi lemas kaya gini, gak usah masak. Aku udah pesan makanan, jadi kamu istirahat aja. Jangan pikirin aku, sekarang ini fokus ke kesehatan kamu.." jelas Putra.

"Mau sesuatu?" tanya Putra.

Putri memeluk kembarannya dengan erat, "aku cuma mau ini dari kamu..." jawab Putri.

.

To be continued.


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C19
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login