Jam sudah menunjukkan pukul 00.00 WIB.
Oliv masih saja berjalan di trotoar, ia terus saja meneteskan air mata sambil memegang perutnya yang masih datar. Tiba-tiba saja, lutut Oliv lemah dan akhirnya gadis itu terjatuh hingga kakinya berdarah.
"Kakak, kenapa malam-malam di jalanan?" tanya seorang gadis yang langsung duduk di depan Oliv.
"Lutut ku sakit," jawab Oliv.
"Ya Allah, ini berdarah Kak. Tunggu sebentar ya, aku panggilkan taksi. Terus kita ke rumah sakit terdekat.." sambung gadis yang menolong Oliv.
"Eh, tid----," ucapannya terpotong saat gadis itu sudah jauh darinya.
Setelah lima menit berlalu, akhirnya gadis yang menolong Oliv berhasil mendapatkan taksi. Ia langsung membantu Oliv berdiri dan masuk ke dalam taksi.
"Ke rumah sakit terdekat, Pak.."
Supri taksi pun mengangguk dan mereka pun menuju rumah sakit terdekat. Taksi berhenti di depan rumah sakit, dan Oliv turun dengan bantuan gadis yang sudah menolongnya tadi.
Mereka masuk kedalam rumah sakit, dan langsung masuk ke ruang periksa. "Kamu disini saja, temani aku..." ucap Oliv.
Gadis itu pun mengangguk dan duduk di samping brankar, tempat Oliv diperiksa. Dokter mengobati luka di kaki Oliv, dan tentunya gadis tersebut meringis kesakitan. "Tahan ya, Kak. Aku tau pasti sangat sakit, karena daging lututnya kelihatan. Kakak kok bisa jatuh sih? Badan kakak juga kok banyak memar? Terjadi kdrt kah, Kak?" ucap orang yang menolong Oliv.
Oliv, membalas dengan anggukan saja dan memegang tangan orang yang menolongnya itu. Setelah selesai diobati, dokter menyarankan agar Oliv menginap semalam di rumah sakit ini, karena tubuhnya sudah sangat lemah, apalagi dokter memberitahu bahwa kandungan Oliv sangat lemah saat ini.
"Rumah, Kakak dimana? Mau aku hubungi keluarga, Kakak? Suami?"
"Tidak perlu, aku juga tidak memiliki rumah. Tidak memiliki suami. Keluarga ada, tapi aku gak mau pulang ke rumah yang bagai neraka itu.." jawab Oliv.
"Kok bisa? Kakak diusir? Tega ya biarin Kakak, sendirian di jalanan. Ah, jangan bilang keluarga kakak yang membuat tubuh Kakak memar.." sambungnya.
"Kedua orang tua ku yang melakukan ini, karena mengetahui aku tengah hamil diluar nikah. Mereka marah besar, dan akhirnya aku kabur dari rumah meninggalkan adik kecilku..." jelas Oliv.
Orang yang menolong Oliv pun langsung terdiam saat mendengar penjelasan Oliv. "Nama kamu siapa?" tanya Oliv.
"Putri, Kak.." balas Putri.
Oliv mengangguk dan tersenyum manis, "nama aku, Oliv..." sambung Oliv.
"Salam kenal, Kak. Oh iya, apa Kakak mau tinggal denganku? Tapi maaf rumahnya kecil," sambung Putri.
"Memangnya boleh?" tanya Oliv.
"Tentu, Kak. Rumah kontrakan ku di kompleks merpati.." sahut Putri.
Oliv terdiam saat mengetahui ternyata Putri, tinggal di kompleks yang sama dengan rumah orang tuanya. Putri yang peka dengan diamnya Oliv, langsung mengusap pelan punggung tangan Oliv.
"Atau aku carikan, rumah kontrakan yang membuat Kakak nyaman untuk tinggal disana.." sambung Putri.
"Tapi, Kakak tidak memiliki pekerjaan untuk membayar kontrakan nya.." jawab Oliv.
"Ah, di restoran tempat ku bekerja ada lowongan. Kakak bisa melamar disana, dan mencari rumah kontrakan dekat dengan tempat kerja, Kakak. Soalnya kasihan sama dedek bayi, kalau harus bolak-balik 'kan. Bayar pakai uangku dulu, tenang aku bakalan bantu kok, santuy.." jelas Putri.
"Jadi merepotkan, biaya rumah sakit kamu yang bayar. Masa uang kontrakan bulan pertama kamu juga yang bayar. Jadi gak enak hati," jawab Oliv.
"Santai kali Kak, aku ikhlas bantu kok. Saatnya Kakak tidur. Aku temani deh malam ini, soalnya kalau pulang pun udah malam banget.." ucap Putri menyelimuti Oliv.
Oliv menatap Putri dengan tatapan sendu, "makasih ya, sudah mau menolongku. Padahal kita baru kenal banget," ujar Oliv.
Putri mengangguk dan membalas dengan senyuman manisnya. "Selamat istirahat, Kak.." balas Putri.
Oliv pun menutup kedua matanya dan mulai beristirahat. Putri duduk di samping brankar dan merebahkan kepalanya tepat pada brankar tempat Oliv tidur. Mereka pun terlelap menuju alam mimpi yang indah, pada malam hari ini.
.
Sedangkan disisi lain, Adit masih saja membuka matanya padahal sekarang sudah hampir jam satu malam. Ia memikirkan bagaimana keadaan sang Kakak dan apakah kakaknya sudah mendapatkan tempat tinggal. Apakah dia baik-baik saja diluar sana? Apalagi tadi hujan membasahi bumi, hati Adit mulai terasa gelisah. Ingin sekali menelepon kakaknya, tapi nomor sang Kakak sudah tidak aktif.
"Dimana anak sialan itu?!" teriak Ayah-Adit dan Oliv.
Adit yang mendengarkan teriakan itu pun langsung memilih untuk menutup kedua matanya. Terdengar suara langkah kaki mengarah ke kamarnya. Ia yakin itu adalah Ayah dan ibunya, karena hentakkan kaki itu sangat keras.
Ceklek
Tiba-tiba pintu kamarnya terbuka, suara langkah kaki menghampirinya. Adit berusaha untuk menutup matanya dengan tenang, agar Ayah dan ibunya tidak bertanya padanya.
"Adit tidur, Pa. Mana mungkin orang tidur tau dimana kakaknya. Terus tadi Mama juga kunci pintu kamar dia, biar gak bisa nolongin Oliv.." jelas Ibu-Adit dan Oliv.
"Kau yakin? Siapa tau anak ini bersekongkol dengan Kakak kesayangannya itu, dia 'kan dekat dengan kakaknya itu.." tanya Dimas-Ayah Adit dan Oliv.
"Yakin, tapi biar kamu gak penasaran kita tunggu dia bangun baru kita pastikan..." balas Winda-Ibu Adit dan Oliv.
Suaminya pun mengangguk dan langsung keluar dari anak bungsunya. Adit pun bernapas lega, saat mendengar pintu sudah dikunci kembali. Ia membuka mata dan menatap kearah pintu kamar.
"Aman," gumam Adit.
.
Matahari sudah menerangi langit di kota Bandung. Adit bangun dari tidurnya dan langsung berjalan kearah kamar mandi. Setelah 30 menit berada di dalam kamar mandi, pria itu langsung bersiap-siap untuk pergi bekerja. Pakaian Adit sudah sangat rapi, ia pun berjalan menuju ruang makan yang dimana sudah ada kedua orang tuanya yang menatap Adit dengan tatapan datar.
"Pagi, Ma. Pagi, Pa.." sapa Adit langsung duduk di kursinya.
"Dimana, Kakakmu?" tanya Tuan Dimas.
Adit menatap ayahnya dan langsung menggelengkan kepalanya. "Tidak tau, Adit semalam dikunciin sama, Mama. Emangnya Kakak dimana, Pa? Bukankah, terakhir kali Kak Oliv sama Papa dan Mama. Semalam saja Adit belum bertemu sama Kak Oliv..." balas Adit dengan tenang agar tidak dicurigai kedua orang tuanya.
'Maaf, Pa. Maaf, Ma..' batin Adit.
"Kakakmu hilang, semalam Papa dan Mama melihat kamarnya sudah kosong. Baju dan barang-barang nya masih lengkap di dalam kamar," sahut Nyonya Winda.
Adit terkejut dan tiba-tiba sendok-nya terjatuh ke lantai. "Kenapa Kak Oliv menghilang, Ma? Apa dia berbuat kesalahan, sampai menghilang tanpa kabar?" tanya Adit yang panik.
Kedua orang tuanya hanya diam dan langsung berdiri meninggalkan ruang makan. Setelah melihat orang tuanya, sudah tak terlihat di rumah. Adit langsung mengambil sendok baru dan lanjut makan.
'Semoga Kakak baik-baik saja,-' batin Adit.
.
Disisi lain, Oliv baru bangun dari tidurnya. Putri yang sedikit terusik akhirnya ikut terbangun. "Kakak mau apa? Minum?" tanya Putri.
Oliv mengangguk dan Putri langsung mengambil minuman yang ada di meja samping brankar, Oliv. Ia memberikan air mineral ke Oliv, dan gadis itu pun membuang botol air mineral yang sudah kosong.
"Makasih, ya.." ucap Oliv sambil mengusap perutnya.
"Sama-sama, perut Kakak udah lapar atau belum?" tanya Putri.
Oliv pun mengangguk sambil memegang perutnya yang lapar. "Bentar ya, dokter bentar lagi datang buat periksa, Kakak. Kalau udah dibolehkan pulang, kita cari makan. Buat isi perut kita yang lapar," balas Putri.
"Maaf merepotkan," ucap Oliv sendu.
"Santai, Kak. Aku nolongin Kakak ikhlas kok, gak ngerepotin juga.." jawab Putri.
"Nanti kalau sudah ada uang, pasti Kakak ganti uang kamu. Pasti kamu juga butuh uang 'kan.." sambung Oliv.
"Iih, jangan diganti atuh. Putri ikhlas kok, jangan pikirin uang dulu. Sekarang ini pikirin kesehatan Kakak dan bayi Kakak. Nanti kita beli susu bayi ya, kalau vitamin pasti nanti dikasih dari rumah sakit.." jelas Putri.
Oliv mengangguk dan memeluk Putri dengan erat, tentunya dibalas oleh gadis cantik itu. Ia merasa bahagia, saat dipeluk oleh Oliv. Dokter pun masuk dan mulai memeriksa keadaan Oliv, setelah diizinkan pulang akhirnya Oliv dan Putri berjalan keluar rumah sakit. Mereka mencari makanan, untuk mengisi perut yang kelaparan.
"Huwa kenyang," ucap Putri.
"Iya nih, kenyang banget. Maaf ya, banyak makannya.." sahut Oliv.
"Lah santai, Kakak 'kan udah berbadan dua, otomatis makannya 2x lipat 'kan. Selagi aku ada uang, aku bakal traktir Kakak dan calon bayi Kakak. Intinya, Kakak harus selalu sehat ya jangan sakit. Lupakan masalah Kakak, sekarang fokus ke kandungan yang masih rentan itu.." jelas Putri.
Oliv mengangguk dan tersenyum bahagia, ternyata masih ada orang baik yang mau membantunya. Dia pun meralat ucapannya pada Adit semalam, yang mengatakan semua orang di dunia ini brengsek. Hanya Adit dan Putri lah, yang baik padanya dan mungkin akan bertambah lagi dengan seiring berjalannya waktu.
"Kita ke restoran yuk, bentar lagi buka. Kakak harus kenalan dulu sama pemiliknya, orangnya baik loh Kak.." ujar Putri.
"Ayo," balas Oliv sambil menggenggam tangan Putri.
Mereka keluar warung makanan setelah Putri membayar makanan dan minuman yang mereka makan. Oliv berjalan perlahan, karena takut tersandung oleh batu. Ia harus berhati-hati, karena tidak ingin terjadi sesuatu pada anaknya.
Saat mereka akan menyeberangi lampu merah, Oliv langsung bersembunyi di belakang tubuh Putri. Tubuh Oliv tiba-tiba gemetar, membuat Putri langsung menatap kearah tatapan Oliv. Terlihat ada dua orang paruh baya berada di dalam mobil, saat kedua paruh baya itu menatap kearah Putri dan Oliv. Tiba-tiba ada sebuah mobil yang menghalangi mereka.
Saat lampu sudah merah, Oliv dan Putri langsung berlari agar kedua paruh baya itu tidak melihat mereka. "Aish tadi Mama melihat Oliv, Pa..." ucap Winda.
"Dimana?" tanya Dimas
"Disan--,"
Ucapannya terpotong saat tidak melihat Oliv lagi, "dia kabur.." balas Winda.
"Tenang saja, anak itu akan kita dapatkan kembali.." ucap Dimas datar sambil menatap ke arah depan.
.
To be continued