Download App
5.71% An Empress and Warrior / Chapter 2: Panahan

Chapter 2: Panahan

Dua minggu kemudian Fei sudah bersiap untuk menghadapi lomba panahan. Hari ini dia akan bertarung melawan ketujuh kakak laki-lakinya, termasuk pangeran mahkota.

Fei datang bersama dengan He Xue yang diperintahkan raja menjadi pengawal pribadi sekaligus pelatih Fei.

"Putri, Anda sudah siap?" tanya He Xue dengan sopan.

"Paman, tentu saja. Tidak perlu formal jika hanya kita berdua, panggil aku Fei," kata sang Putri dengan wajah ceria.

Anak itu hampir tidak pernah menangis sejak kecil. Dia selalu tampil ceria dan penuh semangat.

"Tapi, ini di tempat umum," kata He Xue dengan pelan.

Menyebut nama putri atau pangeran bisa berakhir dengan eksekusi. Aturan itu sudah berlaku sejak ratusan tahun lalu.

Bukan omong kosong.

Itulah kenapa orang-orang tidak berani menyebut nama putri atau pangeran dengan sembarangan, termasuk ibu mereka.

"Baginda tiba!"

Pelayan pribadi raja mengumumkan kedatangan raja Tsai. Semua berlutut dan memberikan hormat termasuk para pangeran dan putri Fei.

Keempat istri raja sudah bersiap menonton pertandingan itu. Mereka terbiasa ikut menyemarakkan suasana pertandingan yang sebenarnya sudah bisa diduga siapa pemenangnya.

"Baiklah, hari ini kalian akan bertanding dengan tantangan yang menarik. Pertama kalian akan memanah berdiri. Kedua, dengan posisi duduk dan ketiga, berkuda," kata raja memulai perintah sebagai tanda pertandingan sudah akan dimulai.

Fei dengan wajah senang tampil memakai pakaian memanahnya, semua berwarna merah cerah. Rambutnya diikat cepol membuatnya tampak bagai anak laki-laki.

Meski begitu, sangat mudah untuk mencari tahu yang mana sang putri, tubuhnya paling kecil dan pendek di antara semuanya dikarenakan usianya memang paling muda di antara semua anak raja.

"Ayo lakukan seperti latihan," kata He Xue pada Fei.

Gadis kecil itu mengangguk.

Pertandingan pertama, memanah dengan posisi berdiri. Dari masing-masing lima anak panah yang dimiliki setiap petarung, Fei mendapatkan nilai sempurna.

Semua bertepuk tangan untuk putri kecil itu.

Pangeran mahkota tampak sedikit malu karena selalu kalah. Usianya kini sudah 25 tahun dan sudah memiliki satu anak dan dua isteri.

Di kerajaan ini sangat unik, tidak ada batasan untuk memiliki jumlah isteri tetapi mereka biasanya hanya akan memilih tiga atau maksimal empat orang isteri.

Belum ada raja yang memiliki isteri satu dikarenakan persoalan politik saat itu sarat diselesaikan dengan pernikahan.

"Fei, kau sangat hebat," puji pangeran mahkota, Tsai Xun pada adiknya.

Fei tersenyum bangga dipuji kakak kesayangannya.

"Aku hanya terbiasa," kata Fei menjelaskan kalau dia bisa karena banyak latihan.

Sesi kedua, mereka memanah dengan posisi duduk dan Fei lagi-lagi mendapatkan nilai sempurna.

Selain dia, pangeran mahkota juga mendapatkan nilai yang sama.

Keduanya tampak senang karena berhasil mendapatkan poin sempurna.

Yang terakhir, dengan berkuda. Ketujuh pangeran sudah selesai dan sekarang hanya tinggal giliran Fei.

Ketika menembakkan anak panahnya yang terakhir, seorang pangeran dengan sengaja melempar anak panah ke arahnya.

Dia adalah pangeran ketiga, Tsai Chen yang iri pada kemampuan adiknya itu.

Semua orang berteriak karena panik. Sang raja berdiri dengan wajah yang terlihat sangat khawatir.

Fei yang sudah terbiasa memanah dan menyeimbangkan tubuhnya di atas kuda, hanya mengelak sedikit dan bersembunyi di belakang kudanya.

Tak ada kesalahan yang berarti dan gadis kecil, bahkan tidak jatuh dari kudanya. Kedua kakinya cukup kuat menahan dirinya tetap bertahan dengan sempurna.

"Bagus!" teriak raja pada akhirnya setelah Fei berhasil melesatkan anak panahnya dengan sempurna dan tidak mendapatkan luka.

Fei turun dari kudanya dibantu oleh He Xue.

"Paman, terima kasih," ucap Fei dengan sopan.

He Xue mengangguk.

"Paman, kakak Chen mencoba mengalahkan aku dengan cara yang tidak baik," bisik Fei pada Xue.

Panglima itu hanya mengangguk dan mengerti maksud sang putri.

Setelah selesai, seorang prajurit mengumumkan pemenang panahan hari itu adalah Putri Fei.

Sudah berkali-kali putri kecil itu selalu menang dan wajar saja menimbulkan kecemasan karena banyak pangeran mulai iri padanya, terutama pangeran ketiga.

Seusai acara, raja memanggil anak-anaknya ke aula pertemuan untuk diadili atas insiden hari ini.

"Chen, kau tahu apa salahmu?" tanya raja dengan wajah kesal.

Pangeran ketiga langsung berlutut dan meminta maaf.

"Maafkan hamba Ayahanda, hamba tidak sengaja dan khilaf," ucap Chen tanpa menunjukkan wajah penyesalan.

Fei tersenyum dan mengerti apa yang harus dia lakukan.

"Kakak, aku tidak bisa menolong kalau kau cemburu. Kau tidak seharusnya iri padaku. Aku hanya seorang putri dan kau pangeran. Seharusnya, akulah yang iri padamu dan bukan sebaliknya. Aku latihan memanah dan berpedang bagai laki-laki bukan untuk merebut tahta dari saudara laki-lakiku. Aku melakukannya agar bisa melindungi diri dan ayahanda ketika beliau sudah tua," ucap Fei dengan wajah berseri-seri.

Semua orang senang dengan karakter sang putri. Walaupun dia nakal dan suka melanggar aturan, pemikirannya selalu positif dan membuat suasana jadi lebih indah.

"Kau dengar? Adikmu bahkan lebih bijaksana dibandingkan dirimu. Berapa usiamu? 23? Sedangkan Fei masih tujuh tahun," kata sang raja memberikan penjelasan.

Chen tampak semakin kesal dan ingin melawan.

Pangeran mahkota menghentikan adiknya dengan menggeleng.

"Maafkan kami, Ayahanda. Adik Chen kurasa hanya sedikit lelah. Mungkin pernikahannya yang tinggal beberapa hari membuatnya sedikit gelisah. Saya berjanji hal ini tidak kan terjadi lagi," ucap Xun dengan sopan.

Dia sengaja menegahi pertikaian itu agar tidak semakin runyam. Chen adalah tipe pencemburu sedangkan Fei suka pamer tanpa sadar.

Gadis kecil berbicara sesukanya secara terbuka, kadangkala hal itu bisa menumbuhkan rasa iri di hati seseorang.

"Baiklah, kalau begitu tepati janjimu. Aku tidak ingin ada perpecahan di antara anak-anakku. Semua kalian aku sayangi dengan sama rata. Tidak ada perbedaan. Dan Fei kebetulan memang yang paling kecil dan satu-satunya perempuan. Kalau pun dia laki-laki, bukankah kalian memang harus menjaga dan menyayangi dia?"

Raja Tsai memberikan pengarahan singkat itu untuk meluruskan kembali posisi mereka dan dia tidak ingin ada perpecahan di dalam kerajaan.

"Setiap kerajaan yang bertikai dari dalam sangat mudah dihancurkan," kata raja Tsai dan semua langsung setuju tertunduk.

Tidak ada yang berani membantah perkataan baginda. Mereka sadar ucapan itu memang benar.

"Ayah, karena aku menang, bolehkah aku minta hadiah?" tanya Fei tiba-tiba memecah keheningan.

Raja menatapnya dengan wajah lembut.

"Apa yang kau inginkan?" tanya raja.

"Mn, aku hanya ingin kuda dan pakaian perang. Itu saja," kata Fei.

Semua tertawa mendengar permintaan putri kecil itu.

Biasanya, wanita akan meminta perhiasan atau pakaian yang bagus. Gadis satu ini amat istimewa, meminta perlengkapan untuk menghadapi peperangan.

"Baiklah, tapi pakaian itu akan dibuat untuk ukuran tubuhmu di usia 15 bukan sekarang. Kudanya bisa kau dapatkan," kata raja.

Meski agak kecewa baru bisa mengenakan baju jirahnya saat usia 15 tahun nanti, Fei setidaknya mendapatkan kuda putih yang bagus.

"Aku akan makan banyak dan rajin berenang supaya bajunya cepat muat," ucap Fei dan kembali mengundang tawa semua pangeran dan raja Tsai.

Sungguh gadis itu memang menarik dan istimewa, terutama dalam hati ayahnya.

Dia melihat ada cahaya terang di dalam diri putrinya. Kalau saja dia bukan perempuan, tentu jiwa raja dalam dirinya sangat cocok menjadi kaisar selanjutnya.

Raja hanya berharap dia mendapatkan pasangan yang seimbang.


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C2
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login