Download App
6.07% Memandang Lautan Biru Yang Luas / Chapter 19: Dengkuran Halus Yang Menenangkan

Chapter 19: Dengkuran Halus Yang Menenangkan

Ai Zhiyi belum bisa tertidur. Ia membalik tubuh ke arah Chu Weixu dengan susah payah, seperti memikul sekarung beras di punggungnya, lalu menarik selimut hingga membungkus dua orang itu dalam keintiman.

Sosok kurus itu terbaring nyaman dalam pelukan Chu Weixu. Dengan pandangan lemah, ia menatap wajah tenang pria itu dalam diam tanpa berani bersuara, mengamatinya dengan penuh perhatian dan berpikir bahwa Chu Weixu sangat mudah terlelap dalam keadaan apa pun, masih sama seperti dulu. Begitu Chu Weixu meletakkan kepalanya di atas bantal, maka Ai Zhiyi hanya perlu menghitung hingga sepuluh jari dan Chu Weixu sudah tertidur pulas di sampingnya.

Chu Weixu seperti orang yang selalu mendapatkan berkat. Ketika Ai Zhiyi berjuang, maka Chu Weixu adalah orang yang selalu mendapatkan buah manisnya. Ai Zhiyi terkadang merasa iri — bahkan mungkin selalu iri — hanya saja ketenangan menutupi keburukan itu di wajahnya. Seperti sekarang, dimana Ai Zhiyi harus berjuang untuk melewati malam yang panjang dengan rasa sakit di sekujur tubuhnya, sementara Chu Weixu sudah terlelap seolah ia tidak mau tahu bagaimana keadaan kekasihnya setelah ia dengan puas membolak-balik tubuhnya dengan kejam.

Tidak seperti Chu Weixu, Ai Zhiyi sangat jarang tertidur lebih cepat dari Chu Weixu dan harus memaksakan semuanya. Jangankan untuk tidur, ia bahkan sangat kesulitan untuk sekedar memejamkan mata pada malam hari dan pada akhirnya mengalami insomnia sepanjang malam.

Ai Zhiyi sadar bahwa ia mempunyai masalah serius dengan insomnia. Ia sudah mencoba untuk meminum banyak obat, namun ketahanan tubuhnya terhadap obat-obatan melebih orang lain pada umumnya, jadi ia memutuskan untuk berhenti dan memilih untuk menghadapi kesulitan itu sendiri.

Lambat laun Ai Zhiyi mulai terbiasa. Malam yang panjang selalu ia lalui dengan penderitaan, tetapi begitu ia mendengar dengkuran halus Chu Weixu, membuatnya merasa dihipnotis oleh suara Chu Weizu dan perlahan mengantuk. Ai Zhiyi suka mendengar Chu Weixu mendengkur halus di telinganya. Walaupun Chu Weixu bukan orang yang suka mendengkur dan hanya mendengkur saat lelah, Ai Zhiyi selalu merasa senang saat mendengarnya, seperti nyanyian pada melodi yang sering Ai Zhiyi mainkan, dan bahkan lebih efektif daripada obat-obatan medis yang biasa ia konsumsi selama satu setengah tahun yang lalu.

Ai Zhiyi mengulurkan tangan, memeluk Chu Weixu dan meringkuk di dalam kedua lengan yang sejak dulu selalu melindunginya dari banyak ancaman. Merasakan gerakan kecil itu, Chu Weixu tanpa sadar semakin mengeratkan kedua tangannya, sehingga tubuh mereka menjadi lebih dekat seolah-olah mereka adalah dua tubuh yang menyatu. Napas Chu Weixu membelai dada Ai Zhiyi, yang membuat Ai Zhiyi merasa hangat dan geli di hatinya hingga ia merasa tenggelam ke dalam ingatan yang membuatnya nyaman.

Chu Weixu bangun pagi-pagi sekali, dan ketika ia kembali ke dalam kamar setelah melakukan banyak pekerjaan rumah, ia melihat Ai Zhiyi masih tertidur pulas di tempat tidur. Chu Weixu merasa tidak tega membangunkannya dan hanya duduk di sisi tempat tidur sambil menatapnya dengan penuh perhatian.

Ai Zhiyi sangat kurus. Tidak jauh berbeda seperti di masa lalu. Hanya saja Ai Zhiyi sudah banyak kehilangan berat badan selama beberapa tahun terakhir ini. Ketika Ai Zhiyi pergi ke kelas musik untuk mengajar seharian, Ai Zhiyi selalu terlihat menanggung banyak hal begitu ia kembali, tetapi Ai Zhiyi harus menahan semuanya sendirian dan terus berlatih beberapa jam di malam hari, sudah tentu Ai Zhiyi tidak makan teratur. Selain itu, Ai Zhiyi seperti seorang ibu rumah tangga yang mengurus rumah, suami, dan karier. Jadi, tidak mungkin baginya untuk bertambah berat badan.

Chu Weixu tidak senang dengan hal itu, tapi Ai Zhiyi bukan penurut yang akan terus menuruti kata-katanya seperti anak anjing yang patuh pada tuannya. Ai Zhiyi adalah pembangkang yang tidak ingin mendengarkan siapapun jika menyangkut dengan pekerjaan yang ia tekuni. Terakhir kali Chu Weixu membujuknya untuk berhenti dari pekerjaan itu, mereka berdua berakhir dengan bertengkar. Ai Zhiyi kabur dari rumah mereka dan mengadu dengan saudara perempuannya, sehingga Chu Weixu yang pada dasarnya adalah seorang pembangkang yang sama seperti dirinya tidak kembali selama seminggu.

Namun, Chu Weixu menyesali semuanya sejak hari itu. Karena keegoisan, Chu Weixu hampir saja menghancurkan hubungan mereka yang dibangun dengan rasa sakit dan senang, air mata dan tawa, selama bertahun-tahun dengan menggunakan tangannya sendiri.

Mengingat hal itu, kesedihan dan penyesalan secara bertahap muncul di hati Chu Weixu. Ia tanpa sadar bergerak memeluk tubuh kurus Ai Zhiyi dalam kehangatan.

Ketika Ai Zhiyi membuka mata, ia dikejutkan dengan sesuatu yang membebani tubuhnya. Begitu Ai Zhiyi sedikit menoleh, ia mendapati Chu Weixu menyandarkan kepala di bahunya dan mendekapnya seperti sebuah bantal dalam pelukannya. Napas pria itu begitu hangat di lehernya, menghampiri ritme yang lambat dan tenang.

Ai Zhiyi terdiam, menatap pria itu dengan bingung. Hingga beberapa menit kemudian ketika Chu Weizu masih belum bergerak, ia berbisik, "Kak ... Chu?"

Chu Weixu tidak bereaksi.

Ai Zhiyi mengernyit bingung, hingga ia bertanya dengan suara berbisik sekali lagi, "Ada apa?"

Chu Weixu merengkuh tubuh Ai Zhiyi lebih erat, mengaitkan jari-jari mereka dan tersenyum. "Bangun. Saatnya sarapan. Hari ini kau mengajar les pagi, bukan?"

Ai Zhiyi merasa ada yang berbeda, tetapi ia tidak berani berkomentar. Jadi, ia mengikuti nalurinya dan mengangguk pelan.

Chu Weixu mengangkat kepalanya, menatap Ai Zhiyi dan mengecup pipinya. Melihat wajah kebingungan Ai Zhiyi, yang belum terbangun sepenuhnya, Chu Weixu merasa sangat menyayanginya. Chu Weixu berkata, "Xiaoyi, aku sudah menyiapkan sarapan, tapi sebaiknya mandi terlebih dahulu. Aku akan menunggumu di meja makan sebelum menyiapkan bahan-bahan di bawah."

Ai Zhiyi bangun perlahan. Ia duduk, mengangguk pelan dan menguap. Ia akhirnya bisa tertidur nyenyak tadi malam dan merasa lebih segar pagi ini.

Chu Weixu tersenyum dan menepuk rambut berantakan Ai Zhiyi. Lalu, Chu Weixu berdiri dan berjalan keluar, menutup pintu kamar mereka dengan hati-hati.

Ai Zhiyi akhirnya bisa mengingat kejadian tadi malam, mengingat bagaimana Chu Weixu memangsanya dengan buas seolah Ai Zhiyi masih bisa merasakan taring tajam meninggalkan rasa sakit di leher dan beberapa bagian tubuhnya dan bagaimana kebengisan di wajah Chu Weixu yang penuh nafsu, tetapi pagi ini wajah tampan Chu Weixu terlihat damai dan manusiawi.

Perlahan Ai Zhiyi melirik benda-benda yang ada di sekelilingnya dan tanpa sengaja melihat dirinya di cermin, yang dipenuhi bekas Cinta di leher dan beberapa bagian tubuhnya, yang terlihat mengerikan.

Ai Zhiyi tidak ingin menatap dirinya sendiri terlalu lama di cermin, yang tampak seperti bayangan orang lain. Ia segera bangkit dari tempat tidur dan menuju kamar mandi.

Saat ia keluar, ia menuju lemari dan mengenakan pakaian rapi sebelum akhirnya keluar menuju meja makan untuk sarapan.

Di meja makan, ada dua mangkuk sup hangat. Ai Zhiyi meliriknya sebentar, lalu menggeser pandangannya ke arah Chu Weixu yang berdiri di dekat jendela sambil sesekali menghisap rokok yang dijepit di sela jari tengah dan telunjuk. Ai Zhiyi berkata, "Ini masih pagi dan kau sudah merokok. Itu tidak baik. Kenapa kau tidak pernah mau mendengarkanku?"


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C19
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login