Gathan POV 's
"GATHAN! "
Aku membeku.
Meyakinkan diriku jika memang itu suara Ozil Yu. Mungkin aku salah dengar.
Namun suara langkah kaki mengejar dibelakangku membuatku menoleh dan memandang kaget.
"Y-ya? " tanyaku tak yakin dan bingung pada pemuda berbadan tegap di hadapanku.
◆◆◆ Ozil POV 's
Setelah berhasil mengejar Gathan, aku tersenyum padanya. Entah kenapa jika melihat wajahnya itu membuatku ingin tersenyum.
"Apa kau ada waktu nanti malam?" tanyaku pelan. Ingat bahwa kamu masih di koridor dan beberapa orang menatap kami aneh.
Bagaimana tidak?
Dua orang yang bermusuhan tengah berbicara santai tanpa perang mantra.
"Ah aku ingin bicarakan sesuatu. Aku akan menunggumu di menara astronomy, sampai kau datang. Hm sampai nanti. "
Setelah mengatakan itu aku langsung pergi meninggalkannya.
Sial aku malu.
✧✧✧
Sore hari ini aku punya latihan Quidditch bersama team asramaku. Abraham mengambil sarung tangan nya dan berjalan ke arahku.
"Aku lihat kau tida's
perang mantra lagi dengan Si Quinto itu" ujarnya pelan, aku hanya menatap bingung padanya.
"Memang kenapa? Bagus bukan?" ucapku acuh, lalu tanganku mengambil sapu nimbus 2020 keluaran terbaru saat ini.
"Apa kalian menyembunyikan sesuatu dari kita?" ujar Damien menambahi, aku menguap malas pada mereka dan menatap kesal.
"Jika kebisaan kalian hanya menggosipi aku cepat angkat kaki dari lapangan, aku tak suka orang penggosip" tegasku pada mereka yang langsung mengambil sapu masing masing dan meluncur ke atas.
Sial, bikin emosi saja dua anak itu.
Lalu mataku beralih dan menatap Gathan disana.
Entah bagaimana akhir akhir ini aku selalu melihat dia dimanapun aku berada.
Dia tengah duduk di tribun penonton, apa dia sedang menjadi penguntit?
Akupun menaiki sapu dan terbang ke arahnya.
"Apa kau berencana untuk menguntit?" ujarku jail.
★★→Gathan POV 's
Pemuda itu tersenyum. Membuatku semakin mengernyit bingung.
Senyumnya sungguh konyol dan aku berdiri gelisah karena menjadi pusat perhatian.
Dia memanggil nama depanku dan kini tersenyum. Membuatku curiga dia akan menjahiliku.
Setelah mengajakku bertemu, belum aku memberi jawaban dia sudah berbalik dan pergi.
Amarah ku telah hilang dengan tingkah konyol Yu. Meninggalkan tempat aku mendengus geli.
◈◈◈
Hari beranjak sore dan aku masih memikirkan ajakan bertemu konyol dari Yu. Kelasku telah berakhir dan aku melintasi koridor
saat kulihat Ozil Yu menatap kesal pada anggota Quidditch nya.
Aku terpaku dan memutuskan menghabiskan sore waktu ini membaca buku di tribun penonton sambil menonton Yu latihan.
Sekalian selesai dia latihan, membahas hal yang ingin dia bicarakan sehingga tidak perlu -
bertemu di menara Astronomy.
Aku berjalan pelan dan duduk memandangi mereka yang mulai terbang.
Aku mengernyit saat Ozil Yu terbang ke arahku.
Dia sungguh tampan dengan sapu terbang barunya yang terlihat seperti baru. Dengan angin kencang yang meniup rambutnya dia terlihat -
semakin tampan.
Dia cocok sekali menjadi athlete Quidditch.
"Apa kau berencana menguntit? "
Aku mengangkat alisku berusaha meyakinkan pendengaranku. Namun Ozil Yu menatapku dengan senyum konyolnya.
Setelah kupikir lagi, dia sangat-sangat konyol.
Aku berdiri dari dudukku."Apa kau gila setelah kepalamu terhantam bludger? " tanyaku.
"Mana ada orang yang berencana menguntit menunjukan wujudnya terang-terangan! " lanjutku kesal dan memutar bola mata.
Setelah kupikir lagi menonton Ozil Yu latihan juga ide yang sungguh konyol.
Berapa kali kata konyol terucap olehku?
"Aku berniat menunggumu selesai latihan lalu melanjutkan pembicaraan yang ingin kau lakukan denganku. Aku berubah pikiran, untuk apa aku menungguimu. "
Aku mengambil kembali barang-barangku dan menghentakkan kaki menuju tangga tribun untuk turun.
◆◆◆ Ozil POV 's
Aku terkekeh melihat Gathan marah marah saat aku bilang dia menguntit.
"Aku berniat menunggumu selesai latihan lalu melanjutkan pembicaraan yang ingin kau lakukan denganku. Aku berubah pikiran, untuk apa aku menungguimu. "
Setelah mengatakan itu dia pergi dari tribun.
Aku melihat kakinya yang menghentak kesal, lihat, lucu sekali bukan dia hahaha.
"Baru kali ini aku melihatnya cemberut seperti itu, lucunya" gumamku pelan.
Tepat ketika wujud Gathan menghilang dari pandangan, Bludger milik Damien menghantam kepalaku telak.
"DAMIEN" teriakku.
✧✧✧
Setelah membalut luka dikepalaku, healer baru hospital wings langsung meninggalkanku.
"Bagaimana lukamu?"
Kepalaku menoleh menatap Abraham dan Damien yang bersembunyi di punggung Camellia untuk mengunjungiku.
"Tenang, tidak parah" ungkapku dengan santai aku berdiri meninggalkan mereka tanpa kata.
Biar saja, untuk pelajara bagi mereka yang menggangguku.
Aku bergumam lirih merapal mantra untuk melihat waktu sekarang. Masih ada waktu untuk bertemu Gathan.
Dengan santai aku berjalan menuju menara Astronomy. Kubuka pintu menara dan memilih berdiri tepat di jendela dengan pemandangan indah ini.
Langit mulai berganti dan menambah keindahan. Danau hitam terlihat jelas dari sini.
★★→Gathan POV 's
Dengan langkah pelan, aku berjalan menuju ke menara Astronomy, mengabaikan Bright yang memakiku melarangku pergi.
Berisik.
Aku mengetatkan jubahku menahan hawa dingin. Sampai ketika aku berdiri di pintu menara Astronomy. Aku menemukannya.
Ozil Yu.
Dia menatap kosong ke langit, tubuhnya disirami cahaya bulan.
Tampak seperti Veela. Atau Seraphim yang telah punah Ribuan tahun lalu. Aku menggeleng mengenyahkan pikiranku. Lalu berjalan mendekat, ikut bersandar pada jendela dan menemaninya menatap langit yang penuh bintang.
Aku berdiam diri, menunggunya mengeluarkan suara.
Meski aku cukup nyaman dengan keheningan kami.
◆◆◆ Ozil POV 's
Aku mendengar suara pintu terbuka, aku tau Gathan sudah datang tapi aku masih setia memandang langit.
Tidak, aku hanya takut jika nanti apa yang aku katakan padanya, akan membuat nya membenciku.
Gathan diam bersandar disana, tepat di sampingku. Setelah beberapa menit berlalu dengan hening, aku berdeham untuk mengembalikan suaraku.
"Bagaimana siklus heatmu saat ini?" tanyaku basa basi, tapi memang ini salah satu yang ingin aku tanyakan padanya.
Aku menatap Gathan yang belum memberikan jawaban.
★★→Gathan POV 's
Aku mengangkat salah satu alisku mendengar pertanyaan pemuda di sampingku.
Enggan sebenarnya. Mengingat masa Heat yang selalu menyiksaku. Heat akan menyakitkan jika pheromone dipaksa tertahan. Omega lain tidak melakukannya jika mereka tidak keluar rumah. Atau menyembunyikan identitas sepertiku.
"Aku baik. "
Aku beralih memandangnya. "Apa itu alasanmu mengajakku ke sini? Ingin aku Heat di depanmu? "
Aku tersenyum miring. Menatap mata Hazel dengan mata sipit yang menurut gadis-gadis sangat menggemaskan.
Aku setuju, sebetulnya.
◆◆◆ Ozil POV 's
Aku terdiam saat dia berbicara dengan nada sarkas nya seperti biasa.
"Tentu bukan seperti itu. Hanya bertanya, dan apa kau sudah menemukan mate mu?" ungkapku tak tersulut emosi.
Aku mengerti jika dia takut kalau aku memanfaatkan nya.
Aku punya alasan untuk menanyai ini. Aku tatap wajahnya, aku belum yakin untuk apa yang akan terjadi jika saja dia mengetahui ini.
Aku masih menunggu jawaban lainnya dari Gathan.
★★→Gathan POV 's
Aku tertawa. Sangat keras saat mendengar pertanyaan konyolnya.
Mungkin untuk orang lain, itu pertanyaan serius biasa. Namun untukku itu benar-benar lelucon. Aku tertawa sangat geli hingga air mataku keluar.
Hingga aku selesai tertawa, aku menghapus jejak air mataku.
"Aku tidak percaya pada mate atau semacamnya, " ujarku sinis sambil mendengus.
"Itu pemikiran bodoh untukku. Aku tidak akan membiarkan siapa pun melakukan mating padaku. "
Aku memandang pada Ozil serius kini. Memandang tepat di kepingan hazelnya.
"Aku tidak mempercayai Alpha.
"Tidak akan aku biarkan diriku jadi orang tolol yang disia-siakan. "
Aku tersenyum miris.
"Sudah cukup menderita aku menjadi Omega. Tidak akan aku biarkan diriku jadi sampah karena mating dengan seorang Alpha yang hanya ingin memakaiku. "
Aku cukup lama memandang Yu -
dengan tajam.
Aku berpaling dan kembali menatap ke langit.
Membiarkan Ozil berpikir sesukanya tentang diriku.
To be Continued....