Download App

Rumah baru

Samuel menarik tubuh Sienna lalu menggelitikinya.

"Bisa aja kamu," kata Samuel sambil menggelitiki Sienna.

"Aduh, ampun, Sayang!" teriak Sienna sambil tertawa terbahak-bahak.

Samuel menghentikkan kelitikkannya saat supir taksi berbicara.

"Maaf, Tuan dan Nyonya, kita sudah sampai," kata supir taksi.

Sienna menatap keluar dan matanya berbinar melihat pemandangan rumah mereka di sini. Mereka semua keluar dari taksi. Sienna melihat Samuel berjalan dengan pelan tapi sudah tidak menggunakan tongkatnya matanya membulat.

"Samuel, kamu enggak pakai tongkat? Nanti kamu jatuh," kata Sienna panik sambil membawa tongkat samuel.

"Tidak, Sayang. Aku sudah bisa jalan kok walau pelan-pelan. Bantuin aku ya, sini rangkul aku," balas Samuel.

Supir taksi membantu membawa barang bawaan mereka menuju ke dalam rumah. Sienna mendekati Samuel dan merangkulnya lalu ia berjalan beriringan mengikuti orang tua Sienna yang sudah berjalan duluan bersama supir taksi. sesampainya di depan rumah mereka yang berada di kawasan desa Cotswolds, mereka disambut oleh pelayan yang memang ditugaskan untuk merawat rumah ini. Para pelayan mulai mengambil koper milik majikannya dari supir taksi lalu membawanya masuk ke dalam rumah. Begitu memasuki rumahnya di desa, Sienna berdecak kagum melihat pemandangan rumahnya yang klasik, semuanya terlihat sederhana tapi semua barangnya mewah.

'Papa kapan membeli rumah di sini?" tanya Sienna antusias.

"Papa beli rumah ini saat sedang berpacaran dengan mamamu," jawab Pedro sambil mencubit pipi istrinya.

"Apaan sih, Pa, bikin orang salah tingkah saja," kata Jenny sambil mengerucutkan bibirnya.

"Jangan emosi dong, Ma," balas Pedro.

"Bodoh amat. Anak-anak, kita duduk dulu yuk," kata Jenny.

Mereka mendudukkan dirinya di sofa sambil menghangatkan tubuh mereka yang dingin di depan pembakaran yang ada di dalam rumah mereka. Sienna memeluk Samuel erat, dirinya sangat bahagia hari ini. Samuel mengecup puncak kepala Sienna.

"Kalian enggak ada yang mau ke kamar nih?" tanya Pedro.

"Aku dan Sienna satu kamar, Pa?" tanya Samuel.

"Kamu pikir saya akan membiarkan kamu satu kamar dengan putriku tanpa ikatan, enak saja," balas Pedro.

"Hehehe, aku hanya bercanda, Papa," kata Samuel sambil mengacungkan kedua jari telunjuk dan jari tengahnya.

"Awas saja kalau kamu melakukan hal yang tidak-tidak pada putriku, saya bisa memotong masa depanmu itu," Pedro sambil menatap ke celana Samuel.

Samuel yang ditatap menutup miliknya dari pandangan calon mertuanya yang sepertinya tidak waras saat ini dengan kedua tangannya membuat Sienna tertawa terbahak-bahak melihat kejadian di depannya.

Tak

Jenny menjitak kepala suaminya.

"Mama, kok Papa dijitak begini sih, enggak sopan. Kamu mau jadi istri durhaka, Ma," rengek Pedro.

Samuel menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Kita ke kamar yuk, aku pengen lihat kamar kamu dan kamarku juga," kata Sienna.

"Oke, Sayangku, yuk," balas Samuel membangunkan dirinya dari sofa.

"Ma, Pa, aku pengen lihat kamar kita dulu ya terus rencana pengen berkeliling daerah sini boleh?" tanya Sienna.

"Boleh, Sienna, tapi jangan pergi terlalu jauh ya, kan kamu tahu pasti mata-mata keluarga Bowie itu sedang berkelana mencari kamu," balas Pedro.

"Iya, Pa," balas Sienna. Dia juga masih takut terhadap keluarga Bowie sampai sekarang.

Sienna dan Samuel bergandengan tangan berjalan menuju ke kamar.

"Sayang, jangan khawatir. Aku akan selalu bersama dengan kamu apa pun yang terjadi, yang terpenting apa pun yang kamu rasakan sekarang kamu harus terbuka padaku," kata Samuel.

Sienna menganggukkan kepalanya. Samuel mengecup singkat bibir Sienna yang menggoda di matanya saat ini dan Sienna memejamkan matanya. 

"Sayang, jangan di tangga gini, kalau keliatan sama papa gimana? Nanti kamu bisa digorok papaku," kata Sienna sambil tertawa.

"Ya ya, dasar pelit," balas Samuel.

Saat sudah sampai di depan kamar, Samuel membuka pintu kamarnya. Samuel tersenyum melihat kamarnya yang memiliki wallpaper nuansa bebatuan membuat orang yang masuk menjadi rileks.

"Kamar kamu bagus banget, Sayang!" pekik Sienna.

Mereka berdua masuk ke dalam kamar. Samuel yang berjalan duluan di depan Sienna melihat ke sana kemari. 

"Aku kasih satu kata buat kamar kamu, wow," kata Sienna heboh.

Sienna berjalan menuju balkon lalu ia melambaikan tangannya ke Samuel.

"Sayang, ke sini deh," panggil Sienna.

"Iya, Sayang, ada apa?" tanya Samuel muncul dari belakang dan memeluk pinggang Sienna.

"Aku pernah membaca dulu tentang desa ini. Desa ini dibilang Venice of the Cotswolds," kata Sienna sambil menatap pohon-pohon willow.

"Iya, Sayang, aku juga pernah melihatnya. Desa ini sangat menakjubkan dan kita berasa seperti berada di cerita dongeng," balas Samuel.

"Sayang, fotoin aku dong di sini," pinta Sienna.

"Baiklah, mana ponsel kamu?" tanya Samuel.

Sienna merogoh tasnya lalu ia mengambil ponselnya dan menyerahkannya kepada Samuel. Samuel mengaktifkan kamera ponsel Sienna.

Ceklek ceklek

Samuel memotret Sienna yang berpose dengan berbagai gaya.

"Sudah, Sayang. Udah bagus belum ini? tanya Samuel.

"Bagus banget, pacarku ini memang top markotop deh kalau soal foto-foto," balas Sienna.

"Kamu bisa aja," balas Samuel mengacak-ngacak rambut Sienna.

"Ihh, aku enggak suka deh kamu ngacak-ngacak rambut aku," kata Sienna menggembungkan pipinya.

"Abis ini juga kamu mandi, jadi enggak perlu rapi-rapi dong," balas Samuel.

"Kata siapa aku mau mandi? Orang dingin gini," kata Sienna.

"Sayang, aku tidak suka ya kalau kamu tidak mandi, kan ada air hangat. Aku tidak mau kamu jorok," balas Samuel menasehati.

"Iya iya aku mandi. Gitu aja marah, sensi deh kamu, lagi dapat ya," kata Sienna sambil tersenyum konyol.

"Dapat apa aku? Kalau dapat gadis cantik, baik hati dan tidak sombong di hadapanku aku sudah mendapatkannya tinggal mengikatnya saja," balas Samuel sambil menaik turunkan kedua alisnya.

Sienna wajahnya merona mendengar ucapan Samuel.

"Kok muka kamu merah, Sayang?" tanya Samuel terkikik geli.

Sienna masuk ke dalam kamar Samuel lagi diikuti Samuel dari belakang.

"Aku juga mau lihat kamarmu, Sayang," pinta Samuel dengan menampilkan mata puppy eyesnya.

"Enggak ngaruh ya tatapan itu di aku. Kamu mending bersih-bersih dulu dan abis itu main ke kamarku," kata Sienna sambil memeletkan lidahnya ke Samuel.

"Oke, Sayang," balas Samuel.

Sienna keluar dari kamar Samuel berjalan menuju kamarnya untuk membersihkan dirinya terlebih dahulu. 

***

Di kamar orang tua Sienna, kedua orang tua Sienna sedang sangat resah. Mereka sudah di kamar mereka sejak putrinya dan calon menantunya pergi ke kamar masing-masing.

"Kenapa wajah Papa pucat setelah selesai teleponan dengan Victor barusan?" tanya Jenny.

"Ada sesuatu yang terjadi dengan mereka sepertinya," jawab Pedro mengeluarkan raut gusarnya.

Tring tring tring

"Victor menelepon, Ma," kata Pedro.

"Diangkat, Pa, buruan," kata Jenny sama paniknya.

Pedro memencet tombol hijau di ponselnya. Saat sudah diangkat telepon tersebut Pedro wajahnya mendadak kaku dan ia mengepalkan tangannya.


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C19
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login