Download App
3.4% Crazy Love Of CEO / Chapter 14: Rasa takut

Chapter 14: Rasa takut

Arga melihat seorang pria berjas dengan kumis tipis tumbuh di sekitar wajahnya menyeringai di hadapannya. Arga menerka-nerka siapa pria di hadapannya dan sepertinya ia pernah melihat.

"Bukannya dia papanya Sienna, Pedro," gumam Arga menatap Pedro ayahnya Sienna.

Pedro menghampiri Arga lalu memukul Arga yang mengganggu keluarganya dengan kencang tapi ditangkis Arga.

"Saya tidak akan pernah melepaskan Sienna," kata Arga.

"Saya akan membawa jauh Sienna dari kamu," balas Pedro.

"Ke mana pun kalian pergi pasti saya akan tahu," kata Arga.

Bugh bugh bugh

Pedro yang kesal menonjok Arga hingga tersungkur ke aspal. 

"Tuan Pedro, mendingan anda secepatnya pulang dan lihat keluarga anda," balas Arga terkekeh.

Arga masuk ke dalam mobilnya dan Pedro juga sama. Pedro melajukan mobilnya untuk pulang, dia takut terjadi sesuatu yang buruk dengan keluarganya sedangkan Arga juga menuju rumahnya. 

"Kenapa penampilan kamu berantakan sekali, Arga?" tanya Reine melihat anaknya yang baru pulang.

Arga hanya diam saja dan melewati mamanya.

"Arga, jangan pernah mengejar Sienna Reagan lagi, dia tidak pantas untukmu," perintah Reine.

Arga yang kesal tidak menyahuti mamanya dan langsung pergi menuju kamarnya. Sesampainya di kamar, Arga melempar tas sekolahnya lalu ia berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Setelah selesai mandi ia berjalan menuju ranjang dan mengambil ponselnya lalu ia melihat-lihat media sosial.

***

Di rumah keluarga Reagan. Pedro yang baru saja tiba rumahnya terkejut melihat para anak buahnya tepar. Pedro melangkahkan kakinya ke dalam rumah dan dirinya semakin terkejut saat melihat Jenny dan anaknya sedang menangis tersedu-sedu sambil saling memeluk.

"Ada apa?" tanya Pedro menghampiri istri dan anaknya.

Jenny langsung memeluk Pedro dengan erat. Pedro membalas pelukan Jenny dan ia mengulurkan tangannya ke anaknya. 

"Sienna, Jenny kalian tenang ya semua sudah aman," kata Pedro.

Pedro mengambil ponselnya lalu ia menelepon asisten pribadinya.

"Hallo, Tuan. Ada yang bisa saya bantu?" tanya Reus asistennya Pedro.

"Reus, tolong panggilkan dokter ke sini. Semua pengawal dan pelayan di sini pingsan semua," perintah Pedro.

"Baik, Tuan," kata Reus.

Telepon terputus. Pedro menatap anaknya dan istrinya yang masih menangis. Ia tahu kalau mereka berdua masih syok dan ia juga tahu tadi Samuel menghubunginya karena Sienna tidak mengangkat teleponnya sama sekali.

"Sienna, sebaiknya kamu bersih-bersih dulu," kata Pedro.

Sienna melepaskan pelukannya dari mamanya lalu ia berjalan menuju kamarnya sedangkan Pedro memeluk erat istrinya berusaha menenangkan Jenny yang masih menangis.

"Sayang, aku mau kita pindah negara," kata Jenny.

"Jenny, aku minta kamu untuk mengerti. Sienna bentar lagi akan lulus, lebih baik kita menunggunya lulus. Kalau kita mau pindah, kita juga harus mengajak keluarga Samuel ikut, Jenny," balas Pedro.

Pedro melepaskan pelukannya lalu ia menelepon Victor papanya Samuel yang saat ini berjaga di rumah sakit. 

"Hallo, Pedro. Ada apa?" tanya Victor.

"Victor, aku minta sama kamu untuk datang ke rumahku, ada yang ingin aku bicarakan," jawab Pedro.

"Samuel boleh ikut juga?" tanya Victor.

"Emang Samuel sudah boleh pulang?" tanya Pedro.

"Sudah diijinkan pulang malam ini, tadinya kami mau menyuruh besok aja tapi karena kamu menelepon dan sepertinya masalah yang mau dibicarakan sangat penting lebih baik dia keluar dari rumah sakit, Samuel juga menyetujuinya kok," balas Victor.

"Baiklah, sampai bertemu di rumah," kata Pedro.

"Iya, tolong jangan repot-repot menyiapkan sesuatu untuk kami ya," balas Victor.

Biasanya keluarga Reagan sangat suka menjamu orang yang datang dengan berbagai makanan dan minuman, kali ini Victor tidak ingin apalagi saat tahu ada masalah.

"Aku akan segera ke sana," kata Victor.

Setelah itu Pedro mematikan ponselnya. 

"Samuel, Vina, kita akan berangkat sekarang ke rumah Sienna, tapi Papa mau urus administrasi dulu," kata Victor.

Victor keluar dari kamar rawat Samuel untuk mengurus administrasi sedangkan Vina membereskan barang-barang milik Samuel selama menginap di sini dan Samuel dibantu suster yang baru saja datang untuk membersihkan dirinya dan berganti pakaiannya. Setelah semuanya siap, Vina yang menerima pesan dari Victor dibantu suster menuju ke lobby rumah sakit bersama Samuel.

"Ayo Samuel, Papa bantu masuk," kata Victor.

Victor membantu Samuel masuk ke dalam mobil bersama istrinya. Setelah itu ia masuk ke dalam mobil dan langsung melajukan mobilnya menuju rumah keluarga Sienna. Sepanjang di perjalanan mereka bergelut dengan pemikiran sendiri.

***

Di mansion Reagan, Sienna yang sudah selesai mandi memakai dress berwarna biru dengan bunga-bunga berwarna pink dan putih yang menghias dressnya. Sienna menghampiri kamar orang tuanya lagi.

Tok tok

Sienna mengetuk pintu kamar orang tuanya. Pedro yang mendengar suara ketukan pintu membuka pintunya sedangkan Jenny sedang mencuci mukanya. Pedro yang melihat wajah putrinya begitu sedih menyuruh putrinya masuk dan duduk.

"Sienna, kita akan pindah negara," kata Pedro.

"Aku setuju, Pa, kalau itu yang terbaik," balas Sienna.

"Keluarga Samuel dan Samuel juga akan datang untuk membahas ini," kata Pedro.

"Apa Samuel sudah boleh pulang, Pa?" tanya Sienna.

"Samuel sudah boleh pulang, tadinya besok baru mau pulang tapi karena hal genting ini lebih baik pulang sekarang," jawab Pedro.

Jenny yang sudah selesai membasuh muka menatap suaminya dan juga putrinya.

"Mari kita semua ke bawah menunggu keluarga Samuel," ajak Pedro.

Mereka berjalan berdampingan menuruni tangga. Pedro berjalan bersama Jenny sedangkan Sienna mengikuti dari belakang. Sienna merasa sangat sedih melihat keadaan semuanya seperti memburuk. Begitu sampai di ruang keluarga, semua pelayan dan pengawal sudah sadar. 

"Reus, apa kamu sudah kasih info ke mereka untuk memperketat penjagaan?" tanya Pedro.

"Sudah, Tuan," jawab Reus.

"Pedro, saya minta sama kau untuk menangani beberapa dokumen penting yang ada di ruang kerja saya," perintah Pedro.

"Baik, Tuan," balas Reus. Ia mengiyakan permintaan Pedro karena dia tahu permasalahan apa yang dialami oleh tuannya dan keluarganya saat ini.

Tin tin

Terdengar suara klakson mobil di luar. Pedro menyuruh istri dan anaknya untuk duduk saja sedangkan para pelayan disuruh menyiapkan cemilan dan minuman.  Sienna sudah berkeringat dingin menunggu saat-saat menegangkan dan jenny menghelakan napasnya kasar, dia tidak menyangka keluarganya harus berurusan dengan keluarga Bowie yang tergila-gila pada putrinya.

"Hallo, Bro," kata Victor sambil merangkul Pedro.

"Hallo juga, ayo masuk," kata Pedro.

Pedro membalas rangkulan Victor dan mengajaknya masuk bersama keluarganya. Victor dan Pedro memang sudah berteman lama, makanya mereka sangat senang saat mengetahui putra dan putri mereka saling mencintai satu sama lain. Samuel berjalan dengan tongkatnya karena kakinya belum sembuh total.

Sienna dan Jenny menyalami mereka semua. Sienna memeluk Samuel dan Jenny memeluk Vina. Vina tahu permasalahan saat ini pasti begitu rumit sehingga membutuhkan ekstra kesabaran dan hati-hati dalam mengambil keputusan. Mereka semua mendudukkan dirinya. Samuel dan Sienna duduk bersebelahan sedangkan para orang tua mereka saling berhadapan.


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C14
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login