Download App
0.51% Cinta Sang Malaikat Penjaga / Chapter 2: PROVOKASI

Chapter 2: PROVOKASI

"JELASKAN KEPADAKU APA YANG SEBENARNYA TERJADI?!" Kace menggeram dengan kasar kepada kakaknya sambil ia mencoba untuk melepaskan diri darinya lagi dan menendang batang tubuh Jedrek, baru saat itu Jedrek melepaskan Kace.

Berhasil untuk melepaskan diri dari genggaman mematikan dari Jedrek, Kace menjauhkan dirinya, mencoba untuk menghindar dari Jedrek, jika saja ia akan menangkapnya lagi nanti.

Namun, Jedrek tidak mengejarnya dan terus berdiri di tempatnya, dengan seluruh tubuhnya yang bergetar untuk menahan amarahnya. Kedua mata merahnya yang sangat mengerikan itu menatap ke arah adiknya.

"Apa yang salah denganmu?!" Kace mengusap lehernya dan melihat saat luka yang ada di wajah Jedrek mulai sembuh dan meninggalkan bercak darah yang di wajahnya yang sangat mengerikan.

"Cantaurus itu menculik pasanganku! Itu yang salah!" Jedrek menekankan setiap kata yang ia ucapkan dari bibirnya. Ia terlihat seperti seseoarang, yang akan menyerang kapan saja, maka Kace harus terus berada jauh darinya. Di luar jangkauan Jedrek.

"Baiklah." Kace mengangkat kedua lengannya. "Aku tahu hal itu."

Ia seharusnya tahu bahwa Jedrek sudah menyadari hal ini dari reaksi yang tadi ia berikan.

"Kau tahu?!" Jedrek melangkah mendekat ke arah Kace, mengatupkan giginya dan mengepalkan telapak tangannya. "Kau tahu dan kau membiarkan hal itu terjadi?!" Ia menyentak dan sungguh sangat marah ketika Kace mencoba untuk lari darinya. Tentu saja, ia akan melakukan hal itu, makhluk normal lainnya juga akan melakukan hal yang sama ketika mereka melihat tatapan Jedrek saat ini. "Aku seharusnya sudah membunuhmu sejak lama, jadi kau tidak akan membawa makhluk kotor itu masuk ke dalam wilayahku!!!"

"Kalau begitu bunuh saja aku sekarang!" Kace berhenti berjalan menjauh. Ia berdiri dan melihat Jedrek datang mendekat ke arahnya, kedua matanya menatap dengan sangat tajam. Donovan termuda itu bahkan tidak bergeming ketika Jedrek, satu kali lagi, mencoba untuk mencekiknya.

"Aku akan membunuhmu!" Jedrek mendengus, namun ekspresi yang ada di wajah Kace tidak berubah sedikit pun.

"Kau sudah mencoba untuk membunuhku dan pasanganku selama ini yang aku ingat. Apa kau tidak merasa bahwa ini adalah karma bagimu?!" Kace mengeluarkan kalimat itu dan menatap tajam ke arah Jedrek, mencoba untuk mengatur napasnya. Ini adalah taruhan yang paling berbahaya yang ia lakukan, mencoba untuk memancing makhluk buas yang sedang marah hingga batasannya. "Sekarang kau tahu bagaimana rasanya ketika pasanganmu berada dalam bahaya. Selamat." Kace mengejek.

Yang Kace lakukan bukanlah tindakan yang bijaksana untuk saat ini, namun ia merasakan dorongan secara tiba-tiba untuk mengejek kakaknya dan hal ini bahkan mengejutkannya karena ia suka untuk melihat bagaimana wajah Jedrek berubah semakin suram dan taringnya mulai memanjang.

Ekspresi marah dari Jedrek membuat Kace sangat ingin memancingnya lebih jauh lagi.

"Kenapa?" Kau tidak menyukainya? Kau sudah membununya, ingat? Jadi, apa bedanya lagi sekarang?" Kace terengah-engah mencari udara, namun ia masih mampu mengatakan hal itu.

"KAU!" Jedrek sudah kehilangan kata-kata sekarang ketika kemarahan telah memakan seluruh kesadarannya, membakar darah sisi buasnya. Dan tidak ada yang ingin ia lakukan sekarang, selain menghilangkan senyuman yang ada di wajah Kace.

Jedrek mengangkat tangannya dan hendak menhantam kepala Kace agar terpisah dari bahunya dengan cakar yang tajam ketika seseorang dengan tiba-tiba memegang lengannya.

"CUKUP!" Raphael berteriak. Ia menggunakan seluruh kekuatannya untuk menahan Jedrek, sementara Calleb menarik Kace menjauh dari bahaya itu.

"Apa kau sudah gila?!" Calleb menegur Kace karena tindakan bodoh yang ia lakukan, pada saat yang sama, mencoba untuk menyelamatkan hidupnya.

Bahkan dengan mereka berdua, mencoba untuk ikut campur di antara kedua bersaudara itu, namun sepertinya masih belum cukup untuk mengalahkan Jedrek. Tidak perlu menyebutkan bahwa Kace terus memancing amarah Jedrek dengan senyuman penuh kemenangan yang ia tunjukkan.

Pada awalnya, Kace tidak ingin melakukan hal ini kepada kakaknya, karena ia tahu bagaimana rasanya untuk melihat pasanganmu berada di dalam bahaya. Namun, Jedrek lah yang sudah memancingnya terlebih dahulu.

Ia bahkan tidak merasa menyesal untuk apa yang sudah ia lakukan selama ini, terlepas dari semua perintah itu tidak datang darinya, namun ayah mereka, namun ia harus menunjukkan perasaan yang layak. Setidaknya.

"Hey, bisakah kau berhenti tersenyum seperti tiu?!" Calleb mengatupkan giginya, bahkan Calleb, ia ingin sekali meninju lycan ini. "Kami mencoba untuk menyelamatkan hidupmu, Kace! Setidaknya, bekerjasama lah!"

Lalu saat itu, Kace menatap dengan singkat ke arah sang Gamma dan mengembalikan perhatiannya kepada kakaknya. "Aku tahu seseorang, yang mengetahui dimana keberadaan Lilac. Jika kau membunuhku sekarang, kau tidak akan mendapatkan apapun."

Kace sudah melihat bahwa Calleb dan Raphael sedang menuju ke arah mereka, itu bukanlah tindakan yang sembarangan untuk memancing kakaknya, tapi adalah waktu yang sangat tepat bahwa mereka berhasil untuk menghalanginya tepat waktu. Ia bertaruh untuk hal ini dan sedikit sisi halus yang ia miliki terhadap adiknya.

Raja itu bisa saja mematahkan lehernya jika ia mau, apalagi ketika Kace tidak melawan sama sekali, tapi Jedrek tidak melakukannya.

Di sisi lain, dengan mendengar kalimat dari Kace, Jedrek melepaskan genggamannya dan mendorong Kace menjauh.

"Katakan kepadaku sekarang, siapa orang itu sebenarnya!?" Jedek menyingkirkan tangan Raphael yang masih memeganginya dan menatap tajam ke arah Jedrek.

Sekali lagi, Kace melarikan diri dari serangan mematikan Jedrek. Ia tidak dengan langsung menjawab pertanyaan jedrek. Di sebelahnya, Calleb terlihat seperti ia ingin sekali mencekik Kace karena dengan sengaja melakukan hal itu lagi.

Namun, ketika Kace berkata, ia tidak mengatakan mengenai Carina sama sekali. "Aku akan memberitahumu setelah aku bertemu dengan pasanganku dan melihat bahwa ia baik-baik saja."

Jedrek menatap tajam, sementara Raphael dan Calleb menatap dengan tidak percaya kepadanya. Kace sungguh sangat berani untuk mempermainkan Raja seperti ini. Tapi tetap saja, bagaimana pun Kace adalah adik dari sang Raja.

"Dia baik-baik saja." Raphael berkata. "Hope ada bersama Torak dan Lana sekarang."

"Aku yang akan memutuskan apakah Hope baik-baik saja atau tidak, setelah aku melihatnya dengan mataku sendiri." Kace menjawab dengan sikap yang acuh tak acuh. "Baru saat itu, kita akan membicarakan tentang pasanganmu." Ia mengangguk ke arah Jedrek dengan santai.

Setelah mengatakan hal itu, tanpa menunggu izin dari siapap pun, Kace memutar balik tubuhnya dan berjalan pergi menuju ke arah ruangan Jedrek, dimana aroma Hope dapat tercium olehnya dan ia mengikuti aroma dari Hope itu.

Namun, yang membuat Raphael dan Calleb terkejut, Jedrek tidak menghentikan Kace dan hanya mengikuti saja di belakangnya, terlihat sangat serius dan marah namun tidak mengeluarkan kata apapun.


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C2
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login