" QZ4603 Report to 18.000 feet"
"Roger"
Saat ini Max tengah terbang menuju jogja setelah berkeliling ke berbagai tempat, termasuk Taiwan.
Jam sudah menunjukkan pukul 8 malam, dan saat ini ia sedang melakukan checklist final aproach untuk landing di bandara YIA.
Di penthouse kosong, karena Sing izin padanya ingin main ke apartemen Perth bersama Purim dan Chimmon.
Jadi setelah ia sampai di bandara, ia langsung pulang kembali ke penthouse untuk beristirahat.
Sesampainya di penthouse, Max segera bersih bersih badan, lalu menyempatkan meminum vitamin sebentar lalu beranjak tidur.
Ia benar benar kelelahan karena sudah sejak subuh tadi tidak berhenti flight hingga sekarang.
"Sayang, pulangnya jangan kemaleman ya" Sing yang sedang bermain permainan kecil dengan lainnya pun menjawab panggilan Max.
"Iya aa', aa' udah pulang?"
"Udah, aa' bobo duluan ya? Capek banget"
"Kalo gitu Harit pulang aja, tunggu ya aa' "
"Yaudah, dianter apa bawa mobil?"
"Bawa mobil"
"Hati hati"
Setelah mengabari Sing, Max langsung membungkus tubuhnya dengan selimut dan langsung tertidur sementara Sing sedang berpamitan dengan lainnya.
"Gue balik dulu, Max udah balik" ucapnya sambil beranjak berdiri.
"Oh udah balik? Yaudah hati hati" ucap Perth membuat Sing mengangguk.
"Bilangin ke Max gue besok kesana ya, kosong kan dia?" Tanya Chimmon.
"Cuma ada sekali flight pp jakarta jogja besok siang" jawab Sing.
"Yaudah malemnya gue kesana" sambung Chimmon.
Sing lalu segera kembali, ia tidak bisa meninggalkan Max sendirian di penthouse.
Apalagi ini sudah malam.
Sesampainya di sana, ia lalu segera pergi ke kamar dan menemukan lelaki dengan kaus biru langit itu tengah tertidur dengan pulas.
Maka dari itu ia membiarkannya, lalu memilih untuk bersih bersih.
Sebenarnya ia ingin memberitahu sesuatu pada suaminya itu, hanya saja ia akan melakukannya besok saja, melihat bahwa Max sudah kelelahan membuatnya tak tega.
Ia pun segera memasuki selimut, lalu memeluk Max. Lelaki itu hanya mengerang kecil, kemudian balas menarik Sing untuk di peluk erat.
Keesokan paginya, pada jam 9 pagi, Sing sedang sibuk di dapur untuk membuat sarapan Max.
Suaminya itu masih tertidur, dan rencananya ia akan membangunkannya sesuai alarm yang sudah di setting oleh lelaki jangkung itu.
Baru saja hendak menuang susu di gelas nya, Sing merasakan lelaki jangkung itu memeluknya dari belakang.
Ah, sudah bangun rupanya.
"Aa' sarapan dulu"
"Rajin banget pagi pagi sayangnya Max?" Ujarnya dengan suara serak karena baru bangun.
"Atuh kalo ga rajin aa' sarapannya gimana?"
"Ya tinggal makan yang bikinin sarapan lah, selesai. Heheheeheh" jawabnya dengan santai, membuat Sing menyikut perutnya pelan.
"Mesum banget suami orang" ujar Sing membuat Max terkekeh pelan.
"Ya gimana gak mesum, lah istrinya aja bentukannya gini" ucapnya sambil jemari panjang itu meraba pinggang Sing dan meremasnya pelan.
"Astaga, udah ah. Aa' duduk dulu gih"
Sing lalu melepas pelukannya, dan menuntun Max agar duduk dan segera memakan sarapannya.
"Yoghurt toast?? Akhirnyaaa~~!!" Seru Max dengan senang.
Ia memang sudah menginginkan toast dengan topping yoghurt buah itu sejak kemarin, dan entah kenapa kebetulan Sing membuatkannya dengan tepat.
"Aa' tuh dari kemaren di atas kepikiran toast Harit, kalo ditambah yoghurt pasti enak. Eh taunya sekarang beneran dibikinin. Makin sayang sayang sayang deh sama Harit"
"Nahh, telepati itu namanya aa' . Baguslah kalo begitu, kan Harit seneng. Mueheehhee"
Keduanya menghabiskan sarapan dengan senang, makanan sehat yang dibuat Sing memang tetap menjadi nomor satunya Max sekarang.
"Oh iya aa' "
"Kenapa sayang?"
"Kan di kampus bentar lagi ada event, nah Harit sama temen club musik disuruh tampil" lapornya. Max menatapnya berbinar.
Selain Harit yang humoris yang ia sukai, Max juga sangat menyukai ketika istrinya itu memainkan gitar.
Dan mendengar itu pun membuat ia sangat ingin menonton nya.
"Seriusan??!" Sing mengangguk sambil tersenyum.
"Tanggal 12 desember aa', mau nonton?"
Sing sudah hafal jadwal Max untuk bulan ini, yaitu bulan desember. Dan di tanggal itu ia ingat bahwa Max kosong atau sama sekali tidak ada jadwal flight.
Jadi ia memang bermaksud untuk mengajak suaminya itu.
"Mau!! Pengen liat istri aa' main gitar lagi. Kan udah lama tuh"
"Iya juga, hehe"
Sesuai apa yang dikatakan, pada tanggal 12 desember di kampus Sing sudah ramai dengan mahasiswa dan juga orang luar yang bisa menikmati event event yang akan diadakan.
Acara diadakan pagi pada jam 9, dan sudah sejak tadi juga Sing sibuk mondar mandir di belakang panggung.
"Napa si?" Tanya Jams, teman grup band Sing yang seorang bassis.
"Gue nyari pick gue, kemana ya?" Ujarnya bingung. Ia sudah mengubek ubek ranselnya, kantongnya, bahkan sampai sepatunya pun tak ada.
" lu pake pick gue aja dulu, bawa dua gue" ujar Jams membuat Sing menatapnya.
"Serius?" Ia mengangguk.
Kemudian Sing pun menghela napas lega.
Event sudah di mulai, kedua host pun sudah membawakan acara dengan seru. Band Sing akan tampil sebentar lagi, dan ia masih bingung kenapa Max belum mengabarinya.
Jadi disaat ia naik ke atas panggung, matanya memutar untuk mencari sesosok jangkung yang pasti terlihat dengan mudah itu.
Aah, disana.
Lelaki berkemeja putih bergaris dengan celana bahan hitamnya sedang berdiri di belakang, menatapnya.
Iapun tersenyum kecil, lalu menghela napas lega.
Ia kira Max tidak datang.
Bang mereka membawakan lagu lagu santai yang tentunya banyak disukai kalangan pemuda mudi. Dan selama memainkan gitarnya, Sing selalu menyempatkan melirik Max yang tetsenyum senang disana.
Ada ada saja.
" oke itu tadi penampilan kami, makasih udah nonton. Selamat menikmati event tahunan ini, kami pamit undur diri" ujar penyanyi di band itu, lalu merekapun turun dari panggung.
Max yang melihat itupun segera pergi ke backstage, mencari keberadaan Sing.
Tetapi ia belum menemukannya, entah kemana dia.
Ia berputar menuju luar backstage, dan justru bertemu Purim dengan Chimmon.
"Oit Max!!" Max menoleh, lalu segera mendekati mereka.
"Lu kenapa dah?" Tanya Purim.
"Gue belom liat Harit, kemana ya?" Jawabnya bingung.
"Barusan turun panggung masa kaga liat?" Ucap Chimmon.
"Liat, tapi pas di backstage kaga ada"
"Lah paling nyariin lu juga, makanya misah"
"Yaudah gue cari dulu"
Purim dan Chimmon mengangguk, Max lalu kembali berjalan mencari Sing.
Ia melewati stan stan makanan, dan matanya menangkap lelaki berbaju putih yang sedang berbicara dengan seseorang di dekat sana.
Itu dia.
Ia lalu mendekatinya, dan baru saja hendak memanggil, hal yang mengejutkan terjadi.
"Harit?"
Sing menoleh terkejut, tetapi tidak dengan perempuan yang berada di depannya.
"Aa' ?? Bentar itu tadi tuh bukan--"
"Lanjutin aja ngomongnya dulu, aa' mau nyamperin Chimmon aja"
Max kemudian pergi tergesa gesa meninggalkan nya membuat Sing panik setengah mati.
Ia lalu menatap perempuan di depannya marah besar.
"Lu tuh ya, udah gue bilangin gue udah nikah anjing!!" Umpat Sing marah.
Perempuan itu menatap nya bingung, ia sama sekali tak merasa bersalah ketika tadi mencium Sing.
Astaga, Max bisa marah besar.
"Gamungkin, masa udah nikah si? Sama siapa coba?" Tanya perempuan itu.
Sebut saja Lyla.
"Lu gak liat apa?? Nih gue udah make ni cincin dan lu bilang belum nikah??" Lyla menatap cincin silver berlis emas yang melingkar di jari manis nya.
Perempuan itu menggangguk.
"Emang kamu udah nikah sama siapa? Secantik apa dia? Famous gak?"
Sing menatap Lyla jengah, ia lalu membuka ponselnya, dan mencari sebuah foto.
Kemudian ia menunjukkannya pada perempuan itu, itu adalah foto disaat ia dan Max menikah beberapa waktu lalu.
"Ini bukannya cowo tadi ya?" Tanya Lyla.
"Iya, dan dia suami gue. Dan lu baru aja bikin dia salah paham!!"
"Eh kamu--"
"Alah bacot!! Gue ingetin sekali lagi ya, jangan lu deket deket sama gue atau lu bakal abis!!" Seru Sing, ia lalu segera berlari mengejar Max yang entah kemana.
"Suami Sing ganteng" gumam Lyla.
_________________________________________