Download App

Chapter 186: Musuh Dalam Selimut

Sinar matahari mulai menerangi sebuah kamar, dimana seekor manusia kelinci saat ini sudah bersiap untuk melakukan tugasnya saat ini. Manusia kelinci tersebut saat ini bersiap untuk menuju kesuatu tempat, dimana para bawahannya sudah menahan beberapa prajurit yang mencoba menculik mereka.

Manusia kelinci itu yang merupakan Cam. Saat ini, dia sedang menelusuri jalan setapak menuju kesuatu tempat, setelah keluar dari kediamannya dengan senyum hangat, karena melihat pemandangan yang sangat menghangatkan hatinya saat ini.

Sekarang anak – anak mereka, bisa hidup dengan bebas dan bermain tanpa perlu menakutkan sesuatu, setelah Jenderalnya yaitu Zen membuat fasilitas ini untuk mereka. Zen memang memperhatikan kesejahteraan mereka, dengan membangun sekolah, klinik dan beberapa fasilitas lainnya.

Setelah beberapa lama kemudian, akhirnya dia tiba disebuah tempat dimana akan mengarahkannya menuju kesebuah ruang bawah tanah. Cam perlahan turun dan mendapati beberapa manusia yang sudah ditelanjangi sedang diikat saat ini.

"Bagaimana hasil introgasinya?" kata Cam kepada salah satu anak buahnya.

Anak buahnya yang tugasnya mengintrograsi para prajurti tersebut, lalu menjelaskan semua informasi apa saja yang dia dapatkan dari para prajurit tersebut yang berasal dari Kekaisaran Hoelscher.

"Kapten kita harus menyerang mereka sekarang, dan menyelamatkan kaum kita yang berada disana" kata salah satu anak buahnya kemudian.

"Tidak, kita harus menunggu. Kata Jendral, kita akan menghancurkan tempat itu bersama dan diwaktu yang tepat" balas Cam.

"Tapi jend-" kata anak buahnya itu terpotong setelah Cam memberikan gesture bahwa perintahnya tidak bisa dibantah.

Sebenarnya anak buah Cam yang membantahnya itu, termasuk seorang petinggi dalam pasukan manusia kelinci, karena misi yang selalu dia lakukan selalu terselesaikan dengan sempurna. Namun mereka tidak tahu, bahwa manusia kelinci tersebut entah mengapa dipengaruhi oleh seseorang yang dia temui saat melakukan misi sebelumnya.

Akibat pengaruh tersebut, saat ini ada perasaan emosi dari dalam dirinya saat ini, karena dia menganggap sekarang manusia kelinci akan sama saja seperti sebelumnya, dikarenakan mereka sekarang harus mendengar perkataan seorang manusia.

Tindakan ini tidak ada bedanya dengan mereka dimasa lalu, yaitu mereka adalah mahluk dengan kasta yang tidak setinggi manusia, hingga mereka akan selalu dianggap mejadi budak dan terus diburu untuk memenuhi kebutuhan manusia.

"Benar kata orang tersebut, jika kita mempunyai kekuatan mengapa kita harus terus bersembunyi dan melihat sesama kita menderita" gumam manusia kelinci tersebut didalam hatinya dan merencanakan sesuatu saat ini.

Ditempat lain, seorang keluar dari sebuah aula besar dimana seseorang penting berada disana. Orang penting itu hanya tersenyum setelah mendengar kabar, bahwa salah satu anak buahnya berhasil mendekati seseorang manusia kelinci saat ini.

Pria itu tidak lain merupakan Ishtar Langbard, yang merupakan paus angung dari gereja suci. Saat ini, dia tidak mau organisasi lain yang mengancam keyakinan dari gereja suci terus bertumbuh. Walaupun sampai saat ini, dia belum mengetahui siapa yang menggerakan para manusia kelinci tersebut.

.

.

"Apa mahsutmu dengan istri, Endou-kun?" tanya salah satu murid wanita disana.

"Iya, mereka semua istri dari Zen" balas Endou sambil merinding, karena teringat kejadian sebelumnya.

Sebelumnya, Endou yang menyadari kehadirannya sudah diketahui oleh beberapa gadis yang cantik, mengira mereka merupakan utusan dewa yang dikirimkan kepadanya dikarenakan tindakannya yang heroik saat itu.

Namun saat mencoba merayu mereka, sebuah tendangan kuat mendarat pada bagian pipinya dan menyebabkan beberapa dari giginya terlepas. Endou lalu melihat dalang yang menendangnya itu dan memperhatikan Zen menatapnya dengan tatapan membunuh.

Sampai akhirnya, dia mengetahui kesalahannya, karena merayu istri dari Zen karena semua wanita disana mengaku seperti itu kepadanya.

"Ah maafkan aku, perkenalkan mereka semu-" kata Zen terpotong, setelah semua wanitanya angkat bicara.

"Yue"

"Shea"

"Asuna"

"Suguha"

"Sinon"

"Alice"

"Rina"

"Kami adalah istri dari Zen" jawab mereka serempak setelah menyebutkan nama mereka masing – masing.

Perkenalan mereka tersebut, membuat semua orang yang berada disana mematung saat ini. Bahkan Zen yang menjadi pihak yang harusnya menjelaskan situasi tersebut, tidak tahu harus berkata apa saat ini.

Disisi lain, Shizuku dan Kaori sangat terkejut dengan penyataan semua wanita cantik tersebut. Bahkan mereka tidak tahu harus berkata apa, dikarenakan sesuatu dari dalam diri mereka merasakan tidak nyaman, setelah mendengat perkenalan dari para wanita didepannya.

"Baiklah, karena pengenalan sudah selesai, aku hanya akan menemani kalian sampai disini saja, karena aku akan membantu mereka menaklukan labirin ditempat ini" kata Zen.

Para kelompok pahlawan saat ini tidak menjawab perkataan Zen tersebut, dikarenakan mereka masih tertegun dengan apa yang mereka dengar tadi. Sedangkan saat ini seorang pria idiot yang dikalahkan Zen tadi, pikirannya menjadi sangat bercabang kemana – mana.

Kapten Meld yang melihat itu, akhirnya menyadarkan para pahlawan tersebut dan memutuskan untuk keluar dari sana dan tidak lupa berterima kasih kepada Zen saat ini. Mereka semua mulai beranjak dari sana, namun tidak dengan Shizuku dan Kaori saat ini.

"Apa yang kalian lakukan disana Shizuku, Kaori, Ayo kita kembali" kata Kouki yang melihat kedua orang tersebut tidak mengikuti langkah mereka yang akan meninggalkan tempat tersebut.

"Kami ingi-" kata mereka berdua terpotong setelah Zen menyela mereka berdua.

"Kalian kembalilah dan beristirahat. Kami juga akan kembali saat hari mulai larut, dan aku akan menceritakan semua petualanganku kepada kalian" kata Zen.

Mendengar itu, dengan berat hati Shizuku dan Kaori akhirnya mengikuti kelompok teman – temannya dan beranjak dari sana. Mereka sangat ingin tahu tentang bagaimana Zen bisa selamat dan terutama menanyakan siapa sebenarnya para wanita – wanita yang bersamanya itu.

"Sepertinya kita akan memiliki saudara baru" kata Yue dengan nada mengejek kepada Zen, setelah melihat kelompok pahlawan tersebut menghilang dari pandangan mereka.

"Lebih baik kita lanjutkan pelatihan kalian semua" kata Zen yang mencoba mengalihkan pertanyaan dari Yue tersebut dan mulai beranjak dari sana.

"Cih... sudah ketahuan" gumam Yue.

Sedangkan wanitanya yang lain hanya tersenyum kecut, dan mereka lalu mengikuti langkah Zen yang memasuki tempat tersebut semakin dalam saat ini, untuk melanjutkan kegiatan mereka ditempat ini yaitu menjadi kuat.

Ditempat lain, kelompok yang dipimpin Tio saat ini masih berkeliling dengan perasaan bahagia dikota ini. Namun diperjalanan mereka menuju kesebuah tempat, mereka bertemu beberapa prajurit yang sedang mengelilingi sekelompok orang sedang berjalan.

Kelompok tersebut melewati mereka, dengan beberapa pria yang berada dikelompok tersebut menatap mereka saat ini.

"Bukankah mereka keluar dari tempat dimana Papa berada?"


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C186
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login