"Mungkin dia sedang menghisap beberapa kontol orang..." Pria itu mulai terbatuk-batuk, lalu tertawa kembali.
Rain lalu bangkit berdiri. Ekspresi wajahnya merobek isi perutku.
Aku tahu ekspresi itu. Aku sudah mengenalnya sejak dia masih kecil.
Rain mundur beberapa langkah dari pria itu. Semua pertarungan yang dia tunjukkan sesaat sebelumnya terkuras habis dari dirinya.
Tidak. Itulah satu-satunya hal yang terus-menerus terlintas di benakku. Satu kata itu.
Tidak.
Aku mengulurkan tangan dan menjambak rambut pria itu lalu menarik pistol dari belakang punggungku yang ditutupi oleh jaket panjang yang aku kenakan. Pria yang awalnya berteriak saat aku menarik rambutnya, mulai merengek saat aku menempelkan pistol ke dahinya. Dia menutup matanya dan mengulurkan tangan sehatnya. "Tidak, tolong, tidak, tidak."
"Katakan padanya apa yang ingin dia ketahui," kataku dingin.