Download App
8.07% Kembali Hidup Untuknya : Malaikat Pelindung Sang Pilot / Chapter 34: Penerimaan Ganda

Chapter 34: Penerimaan Ganda

"Penyakit Yudha memang diturunkan dari gen orang tuanya, tapi penyakit Yudhi disebabkan oleh hal lain. Memang, kondisi Yudha jauh lebih serius daripada Yudhi. Dia memiliki gangguan sosial yang serius dan hanya tenggelam di dunianya sendiri. Sementara untuk PTSD yang diderita Yudhi, lebih penting untuk mengkonsumsi obat. Saya akan membuatkan daftarnya untuk Anda. Anda bisa membelinya di rumah sakit manapun. Yudha membutuhkan konseling psikologis dan pengobatan seminggu sekali. Untuk mereka berdua, saya yakin bahwa dukungan dari anggota keluarga adalah hal yang terpenting bagi mereka."

Fira mengangguk "Terima kasih, dokter."

"Ada baiknya Anda membawa Yudha kemari minggu depan,"

"Baiklah."

Dalam perjalanan pulang, Fira langsung pergi ke rumah sakit untuk membeli obat yang ada dalam daftar yang diberikan oleh Dr. Marisa. Dia membawa dua kantong besar obat, dan naik taksi untuk pulang ke rumah.

Yudhi menyentuh lehernya "Apa aku harus minum obat?"

Fira berkata, "Ini sama seperti saat kamu sakit flu. Kalau sakit harus minum obat. Setelah itu, kamu akan jadi lebih baik. Bukankah kamu tahu itu?"

Yudhi menyandarkan sikunya ke jendela, "Baiklah, jadi begitu, berapa yang diberikan Rudi padamu? Apa masih cukup untuk semua ini? Jangan terlalu boros."

Siapa bilang anak muda itu tidak peduli tentang kondisi keluarganya?

Yudha mungkin terlihat gugup, tapi dia juga mengkhawatirkan kehidupan keluarganya.

"Jangan khawatir, masih cukup kok. Selain itu, aku mulai menghasilkan uang. Kamu tidak perlu khawatir tentang uang."

Uang satu milyar dari tuan muda Jimmy itu dibayarkan padanya di malam yang sama, yang menunjukkan bahwa dia begitu takut pada Ardi sampai-sampai tidak berani menundanya.

Dia merasa khawatir saat memegang terlalu banyak uang. Dia harus mencari kesempatan dan membelanjakannya untuk Ardi.

Yudhi mengusap kepalanya "Terima kasih atas kerja kerasmu."

Ibunya lemah, adik laki-lakinya autis, dan manik. Fira menjalani kehidupan yang sangat keras, dan Yudhi selalu mengetahuinya.

Untuk pertama kalinya, seorang remaja seperti dirinya memiliki keinginan untuk tumbuh dengan cepat.

Fira tersenyum dan memandang Yudha "Lihatlah saudara kembarmu itu, kalau dia berbicara seperti itu, pasti matahari muncul dari barat."

Yudhi berkata, "Fira, kenapa masih ada orang sepertimu?"

"Memangnya apa yang salah denganku?"

Ketiga bersaudara itu tertawa di tengah cuaca musim kemarau yang panas.

Fira menerima pemberitahuan penerimaan dari Institut Musik Pusat, dan dua hari kemudian, seorang kurir mengirimkannya langsung ke depan pintunya.

"Ada pengiriman ekspres untuk nona Fira."

Fira bergegas ke pintu, dan pria itu tersenyum "Institut Musik Pusat, pemberitahuan penerimaan, kan?"

Fira sangat bersemangat dan mengambil amplop itu "Ya."

"Selamat."

"Terima kasih."

Dia tidak sabar untuk membuka amplopnya, dan seluruh anggota nyakeluarga berkumpul. Yuni merasa sangat gembira sampai-sampai suaranya bergetar "Apa ini benar-benar pemberitahuan penerimaan untuk masuk ke Institut Musik itu?"

"Ya, ini surat penerimaan yang ditulis sendiri oleh kepala sekolah."

Amplopnya berlapis emas, di dalamnya ada tulisan tangan kepala sekolah.

"Fira, saya di sini untuk memberitahukan bahwa Anda diterima di jurusan alat musik dawai, Departemen Musik Tradisional di kampus kami. Silakan datang ke kampus kami untuk melakukan pendaftaran ulang bersama dengan surat pemberitahuan ini. Silakan merujuk ke Pedoman Penerimaan Mahasiswa Baru untuk waktu dan tempat pelaksanaannya."

Sudut kanan bawah memuat segel merah besar dari Institut Musik Pusat.

Fira merasa benar-benar lega.

Dia akan menjadi seorang mahasiswa, dan setelah lahir kembali, semuanya perlahan menjadi lebih baik.

Yuni tampak sangat bersemangat setelah melihat pemberitahuan penerimaan itu berulang kali "Kepala sekolahmu menuliskan surat ini untuk setiap orang. Aku akan pergi ke pasar untuk membeli sayuran. Kita akan makan malam yang enak hari ini,"

Setengah jam kemudian, suara tangisan Ratih terdengar dari gang hingga pintu rumahnya.

Fira merasa gugup mendengarnya "Ratih, ada apa denganmu?"

Mata Ratih merah karena air mata. Fira mengira dia pasti tidak diterima di perguruan tinggi, tapi dia melihat Ratih mengeluarkan surat pemberitahuan penerimaan dari dalam tasnya "Fira, aku juga diterima di Institut Musik Pusat, dan mengambil jurusan alat musik dawai."

Bab 68 Tiga belas hari adalah batasnya

Fira menghela napas lega "Ini hebat, kita bisa berada di sekolah yang sama lagi."

Lulu, Ronny dan Indra juga menerima surat pemberitahuan penerimaan mereka satu demi satu.

Ronny melampiaskan kemarahannya dan berkata "Kudengar Fira dan Ratih juga diterima."

Bagi Lulu, semua tentang Fira selalu berhasil menusuk hatinya yang sakit.

"Jadi begitu."

Ronny memandang surat penerimaannya dengan tatapan jijik " Departemen Musik Tradisional dalam keadaan sekarat dan harus berjuang untuk terus eksis. Kudengar kalau akhir tahun lalu, dewan direksi bermaksud memilih untuk menutup Departemen Musik Tradisional. Mereka berada di bagian bawah rantai makanan di Institut Musik Pusat. Dan sekarang Fira diterima disana. Kita sama sekali tidak perlu merasa terancam dengan kemampuannya."

"Sepupumu adalah ketua eksekutif mahasiswa, bukan?"

Ronny mengerutkan kening "Ya, setelah memasuki Institut Musik Pusat, dia bukan saingan kita. Lulu, kamu tidak perlu khawatir dengan gadis itu. Dia hanya bisa mengandalkan kemampuannya menarik perhatian para pria. Dia tidak layak untuk kita tanggapi dengan serius,"

Setelah tiga belas hari Ardi pergi bekerja, Fira merasa sedikit gugup. Langit di luar tampak suram, seolah-olah akan turun hujan.

Fira menepuk kepalanya sendiri, lalu bangkit dan mengangkat kakinya dua kali. Tidak ada reaksi apa pun.

Apalagi, setelah dia mengingatnya lagi, suara yang memberitahunya untuk tetap tinggal di sisi Ardi hanya terdengar satu kali setelah dia dilahirkan kembali, dan sejak saat itu dia tidak pernah mendengarnya lagi.

Ya, ini bukan masalah besar.

Di dalam pesawat yang kembali dari Kopenhagen menuju Surabaya, Ardi duduk di kelas bisnis sebagai penumpang. Pertemuan yang dihadirinya berakhir dua hari sebelumnya dan masih ada tiga jam tersisa sebelum dia tiba di Surabaya.

Ponsel Fira bergetar, dan Lulu mengirim pesan bahwa dia ingin bertemu di kafe terdekat, mengatakan bahwa dia ingin meminta maaf karena telah membocorkan urusan dua milyar itu kepada keluarga pamannya.

Dia bahkan secara sukarela mengakuinya.

Fira jelas tidak percaya bahwa Lulu akan mengakui kesalahannya. Gadis itu jelas berniat buruk.

Dia menggunakan akun IG yang terdaftar sebelumnya untuk meneruskan pesan itu ke Indra. Dia hanya menuliskan alamat kafe itu tanpa ada kata-kata lain.

Lulu menunggu di dalam kafe. Ada banyak orang berlalu lalang di luar jendela. Kafe itu dingin karena ber-AC. Dia tersenyum sedikit dan memandang orang-orang yang berjalan di bawah payung di luar jendela cafe.

Fira melangkah masuk dari hujan dan kabut, tampak cantik seperti ilusi dalam mimpi. Lulu mengepalkan tinjunya, dan kemudian menggerak-gerakkan sudut bibirnya.

Dia datang.

Fira masih sangat curang karena dia terlihat cantik.

Tapi Lulu merasa lega.

Dia sudah menghubungi temannya yang lain, Grandis, yang juga dikenal Indra, dan pemuda itu akan segera tiba. Lulu akan pergi ke kamar mandi untuk meninggalkan keduanya. Grandis akan berpose bersama Fira, dan dia akan mendapatkan foto-foto bagus mereka berdua lalu dia tinggal menunjukkannya pada Indra.

Dia tidak punya niat jahat apapun. Dia hanya ingin agar Indra tidak menganggap dirinyalah yang kacau dan bukan Fira. Dia hanya ingin agar Indra tahu bahwa Fira adalah gadis dengan kehidupan pribadi yang kacau.

Indra sedang berada di toko biola terdekat. Biolanya yang bernilai jutaan dolar itu masih diperbaiki. Lebih dari separuh senarnya telah diganti. Dia akan datang ke kafe untuk mendengarkan.

Pesan itu datang melalui nomor misterius itu lagi. Dia tidak tahu siapa dia tapi dia masih penasaran dengan alamat yang diterimanya tadi.

Fira menutup payung dan meletakkannya di rak perlengkapan hujan di pintu masuk kafe, lalu dia memandang ke sekeliling dan melangkah ke arah Lulu.

Lulu memberi isyarat, dan pelayan serta Fira berjalan ke meja bersama-sama.

"Dua cangkir cappuccino. Fira, apa kamu keberatan?"

"Tidak."

Toh, dia disini bukan untuk minum kopi.

Setelah Fira duduk, tiba-tiba saja dia merasa detak jantungnya semakin cepat dan semakin cepat. Dia sadar bahwa ada sesuatu yang salah dengan tubuhnya.

Dan ini bukan karena Lulu. Bagaimanapun juga, dia baru saja memasuki kafe ini dan belum minum apapun.


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C34
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login