"Tidak semudah itu, Nyonya Altar." Aku langsung mengikuti arah datangnya suara. Suara yang sangat familiar bagiku.
Kak Han-Han?
Ya, benar sekali. Di hadapan sana ada Kak Han-Han berdiri di hadapan Lady Damesha itu. Kak Han-Han berdiri menghalangi antara dirinya dan Lady Edellyn. Aku dapat melihat Kak Yue tampak sangat terkejut saat melihat kemunculan Kak Han-Han. Sorot matanya menampakkan keterkejutan dan kerinduan secara bersamaan. Aku tanpa sadar menghela napas. Lega. Ternyata Kak Han-Han benar-benar selamat.
"Tidak mungkin. Bukankah dia seharusnya sekarat sekarang?" Aku tersentak mendengar apa yang baru saja Paman Will katakan.
Aku sangat geram. Itu artinya Paman Will telah melakukan sesuatu pada Kak Han-Han. Aku akan membuat perhitungan dengannya untuk hal ini.
"Apa maksud ayah?" Leon sekoyong-koyong muncul dari sisi lain gua yang agak gelap. Dia terlihat meringis, seolah-olah dia menahan nyeri.
"Apa maksud Ayah tidak mungkin? Ayah telah merencanakan sesuatu yang jahat pada Tabib Muda?" Leon terus bergerak mendekati Paman Will.
Aku sendiri lagi-lagi terus memerintahkan pikiranku untuk tidak keluar sekarang. Bukan bermaksud pengecut, tapi mencoba bertindak di saat yang tepat. Demikian yang kupelajari dalam kelas strategi saat di Bulwark dulu.
"Tidak! Jangan katakan kalau ayah telah meracuninya?" Leon menatap Paman Will dengan sorot matanya yang penuh kekecewaan.
"Itu benar." Ungkap Paman Will.
Sungguh mengejutkan. Paman Will dengan jelas mengakui kelicikannya. Aku melihat Kak Yue mengepalkan tangannya. Dia ingin maju, namun aku melihat kalau Ratu Ular itu terlihat menggoyangkan kepalanya dan kemudian dibalas anggukan oleh Kak Yue. Sepertinya mereka baru saja 'membicarakan' sesuatu.
"Ayah! Ayah melangkah terlalu jauh. Ini semua jalan iblis. Mengapa Ayah bisa jatuh sedalam ini dalam permainan iblis?" Leon meluapkan segala kekecewaannya pada Paman Will.
"Ayah diam-diam membangun pasukan dan bekerjasama dengan para penyihir untuk memberontak." Leon terus berujar sambil terus menampakkan ekspresi kecewa yang terlihat sangat menyedihkan.
"Ayah, hentikan semua ini! Penyihir sesat dan pemberontakan merupakan kejahatan yang paling dilaknat di Savior, Ayah." Lanjut Leon sambil memegang kedua tangan Paman Will, tapi beliau dengan tegas menepis tangan Leon. Leon semakin syok menghadapi penolakan tegas ayahnya.
"Mengapa aku harus berhenti saat semuanya sudah hampir kugenggam?" Jawab Paman Will penuh kesinisan. Sorot mata Paman Will benar-benar dipenuhi nafsu dan ambisi.
Setelah berkata dengan begitu sinis, Paman Will membuat sebuah gerakan yang sangat cepat dan untuk sesaat seperti ada asap yang melingkupi Leon dan ayahnya. Saat asap tipis itu menghilang, Leon sudah berada dalam rengkuhan Paman Will.
"Kau akan mengerti suatu saat nanti, Leon." Ujar Paman Will sembari memindahkan tubuh Leon ke tempat yang aman.
Melihat Paman Will bergerak, Kak Yue mengambil kesempatan melompat berdiri di samping Kak Han-Han sambil menggenggam Pedang miliknya, kalau tidak salah itu pedang Glacier. Kak Han-Han sendiri memegang pedang miliknya. Pedang pasangan dengan Kak Yue, Pedang Volcano. Ratu Ular juga sudah berada di hadapan Lady Damesha.
"Ah...semua sudah lengkap." Desis Lady Penyihir itu. "Dengan Ratu Ular di sini akan lebih memudahkan segalanya." Lanjut Lady Damesha yang terdengar sangat memuakan bagiku.
Lady Damesha terlihat merapalkan sesuatu, mungkin sejenis mantra. Tak lama setelah itu sinar keperakan muncul di tangannya dan langsung di arahkan pada Ratu Ular. Ratu Ular berhasil menghindarinya. Kak Yue juga mulai melancarkan serangan, sepertinya menggunakan kemampuan sihir juga.
"Bantu Mommy!" Ucapnya pelan pada Kak Han-Han, tapi masih terdengar olehku. Aku melihat Kak Han-Han mengangguk.
Kak Han-Han mulai berjalan ke arah Lady Edellyn yang berdiri mematung dengan mata terpejam. Kak Han-Han membawa tubuh ibunya menjauh beberapa langkah, namun gerakannya di hadang Paman Will. Aku ingin keluar dan membantu, tapi entahlah kakiku sangat berat untuk dilangkahkan. Aku menggenggam erat busur panahku yang sedari tadi berada di genggaman tangan kiriku.
"Jangan mengacau Tabib Han!" Ujar Paman Will disertai seringai jahatnya. Seringai itu belum pernah kulihat selama ini, seringai iblis.
Paman Will mulai menyerang Kak Han-Han. Kak Han-Han menangkis Paman Will dengan pedang miliknya, namun baru beberapa gerakan, Kak Han-Han terlihat sudah kehilangan tenaga. Dia bahkan tak mampu berdiri tegak. Kak Han-Han menggunakan pedangnya untuk menopang tubuhnya agar tak meluruh ke lantai gua.
Pasti ini akibat perbuatan Paman Will. Dia pasti telah meminumkan sesuatu pada Kak Han-Han dan itu melemahkannya. Tujuan mereka memang bukan untuk mencelakakan Kak Han-Han karena begitu melihat Kak Han-Han hampir tak mampu memberikan perlawanan sama sekali, Paman Will beralih menyerang Ratu Ular yang berusaha menyadarkan Lady Edellyn.
Mereka terlibat pertarungan sengit. Aku bermaksud keluar diam-diam dari persembunyianku dan mendekati Kak Han-Han. Namun, gerakanku kembali tertahan saat sebuah sinar putih melesat membidik Ratu Ular. Sinar putih itu ternyata merupakan serangan dari Lady Damesha. Sesaat kemudian kedua mata Ratu Ular menjadi merah. Dia berada dalam manipulasi Lady penyihir tersebut.
Ratu Ular mengendalikan tubuh Lady Edellyn. Lady Damesha memasang senyum iblisnya.
"Tuan Yue, sepertinya Anda sendirian sekarang." Ucapnya penuh kesinisan.
Aku menyaksikan sendiri bagaimana Ratu Ular yang sudah dalam kendali Lady Damesha melakukan berbagai gerakan membentuk sebuah formasi berupa cahaya putih seperti sebuah jaring laba-laba.
Sudut-sudut formasi itu membentuk garisan cahaya ke bawah, ternyata itu perbuatan Paman Will. Setelah beberapa saat, muncul lebih banyak lagi cahaya ke bawah membuat mataku silau. Saat aku membuka mata, sinaran putih yang seolah-olah menjadi tiang sudut-sudut jaring formasi itu, berdatangan dari para penyihir-penyihir yang telah berdiri bersama Paman Will.
Ratu ular menempatkan tubuh Lady Edellyn ke tengah-tengah jaring formasi tersebut. Sementara Kak Yue masih terlibat pertarungan sengit dengan Lady penyihir itu. Aku mencoba mencari keberadaan Kak Han-Han dan ternyata dia masih terduduk lemas beberapa depa dari formasi tersebut.
Ratu Ular dan Paman Will terlihat merapalkan mantra bersahutan. Tak lama setelah itu terdengar sahut-sahutan dari pengisi formasi lainnya. Setelah itu sinaran biru keluar dari tubuh Lady Edellyn dan terbang mengarah pada Lady Damesha.
Anehnya tubuhku terasa sangat dingin begitu sinar biru itu semakin mendekat ke arahku menuju Lady Damesha. Seringai iblis nan penuh kerakusan terlihat di wajah wanita itu.
Wuss...
Sinar Biru itu kembali melayang ke arah Lady Edellyn, mengambang di atas tubuhnya. Tubuhku sendiri merasakan kehangatan aliran darahku lagi setelah sinar biru itu kembali pada tubuh Lady Edellyn. Sesuatu seperti meniup sinaran biru yang tadi bergerak melayang ke arah Lady penyihir itu kembali pada tubuh Lady Edellyn.
"Tidak ada kejahatan yang abadi, Nyonya Altar." Sebuah suara berat menengahi aksi Lady Damesha beserta orang-orangnya.
Eh...suara ini. Suara yang sudah sangat lama tidak terdengar di runguku. Dan siapa Nyonya Altar yang dikatakannya tadi? Lady Damesha itukah? Apa maksud dari Nyonya Altar?
Aku menatap ke arah orang-orang yang baru saja tiba-tiba muncul di aula gua ini.
Benarkah itu mereka?