Download App
46.15% Baby's Dragon / Chapter 30: 15. Keturunan Takahara Rika

Chapter 30: 15. Keturunan Takahara Rika

Letak Hotel Arum, tepat berseberangan dengan Pintu Masuk Academy Ruby. Itu sebabnya, sepasang Tinggi dan Pendek yang mengenakan jubah biru dongker memilih untuk berjalan kaki. Hitung-hitung sedikit olahraga setelah banyak memakan sarapan lezat. Leo tidak takut gendut, tetapi ia takut akan menjadi lebih malas.

Berdiri tidak bergerak bak sebuah patung, sosok lain yang mengenakan jubah hitam berdiri di depan Gerbang Academy Ruby. Berdampingan, bertindak sebagai pengawal yang begitu misterius dan menyeramkan. Pintu ganda besi yang kokoh dan lebar terlihat seperti gerbang raksasa yang menyeramkan. Setinggi 5 meter, dengan lebar 4 meter, berwarna sehitam tinta dengan ukiran seekor anjing berkepala dua.

Leo diam-diam menghitung, memperkirakan biaya tambahan yang Academy Ruby keluarkan untuk membuat Gerbang baru. Bagaimanapun, ribuan tahun yang lalu, tidak ada gerbang di sini. Semua orang bebas keluar dan masuk. Hanya beberapa bangunan yang dirancang khusus untuk penelitian dan dilarang dimasuki orang umum.

Itu sebabnya, tidak peduli berapa kali ia akan keluar dari hotel Arum, irisnya akan memandang selama beberapa detik ke arah pintu ganda yang kokoh dan agresif. Sekelebat ingatan akan langsung mencengkramnya. Membuatnya melihat tawa dan canda pada zaman itu.

Dahulu, disekitar tembok terdapat beberapa pemukiman warga. Sederhana dan kecil, tetapi setiap orang akan saling membantu dan berbagi. Terutama ketika beberapa tentara datang, mereka akan menyapa, menyambut dengan penuh suka cita. Beberapa tanpa ragu memberikan apa yang mereka miliki sebagai tanda terima kasih kepada mereka yang sudah berjuang.

Semua yang bermukim di sini adalah orang-orang yang terbuang. Kurus dan kering. Sakit dan penuh dengan luka fisik. Mereka, adalah orang-orang yang telah dianggap sampah. Tak berarti hingga hidup mereka pun tidak dianggap berharga.

Namun di sini, derajat mereka ditinggikan. Tidak akan ada yang menghina mereka, menyakiti atau bahkan menganggap mereka tidak berarti. Setiap nyawa, dianggap sebagai permata paling berharga. Meski perang akan selalu terjadi, mereka yang tidak bisa ikut berkontribusi akan selalu mencoba melakukan apapun.

Apapun itu … agar para tentara tidak merasa lelah membela dan melindungi mereka.

Apapun itu … agar wilayah kekuatan Shappire tidak direnggut.

Apapun itu ... agar rumah mereka tidak menghilang.

"Ahahaha! Ayo kejar!"

"Curang! Kemari kau!"

"Tungguuu! Kalian curang! Kalian curang! Kenapa aku tidak diajak?!"

Suara canda tawa anak-anak terdengar. Keempat sosok bocah ras manusia yang kurus dan kuning tersenyum penuh dengan kebahagiaan. Mereka mengelilingi beberapa orang, sebelum akhirnya mendadak, salah satu diantara keempatnya berhenti berlari dan menoleh.

Sepasang kelereng hitam itu berkilau cerah, dengan senyuman yang begitu saja mengembang.

"Guru!"

"Baby?"

Sebuah suara sukses membuyarkan lamunan si kelabu. Ia tersentak, lalu refleks menoleh ke samping. Sosok jangkung berjubah biru dongker berdiri di sampingnya. Meski wajah jelas tertutup, tetapi nada khawatir dengan mudah terdengar.

Leo menggeleng seraya kembali melangkah. Ingatan masa lalu membuatnya merasa agak tidak nyaman. Sesak dan kosong, perasaan tidak menyenangkan ini secara perlahan membuatnya merasa rindu yang tak tertahankan.

Naga perak tidak mengatakan apapun kembali begitu melihat pergerakan Babynya, tetapi sebelah tangan terulur. Meraih tangan kecil dan menggandengnya dengan lembut. Ibu jari bergerak, mengusap punggung tangan seolah mencoba menenangkannya. Gerakan kecil ini sukses membuat Leo membeku, sebelum akhirnya senyuman kecil mengembang. Perasaan hangat yang menyenangkan meraba, meredam perasaan gelisah akan kerinduan yang menumpuk.

Leo dan Cosmos menghampiri sosok yang seperti penjaga gerbang. Postur tubuhnya tidak berubah sama sekali, membuat siapapun akan mengira bahwa benda ini adalah patung yang dipasang Academy untuk menakut-nakuti orang yang berlalu lalang. Yah … salahkan kenapa menggunakan jubah hitam. Kibaran jubah ketika diterpa angin, ditambah latar belakang sebuah gerbang besi raksasa, semua orang yang melihat pasti akan memilih menyingkir menjauh.

Sosok ini lebih seperti seorang penjaga pintu neraka ketimbang penjaga pintu sekolah.

"Buka gerbangnya."

Tanpa menyapa sama sekali, suara seorang anak perempuan terdengar. Lembut dan kekanakan. Hal ini jelas membuat sosok tinggi mendadak kaku. Kaget dengan perubahan suara yang mendadak terdengar. Bila bukan karena Cosmos masih menggandeng Leo dan jelas mencium aroma sang remaja, Naga perak ini pasti akan dengan panik membuka tudung dan melihat apakah ini memang Babynya atau bukan.

Sungguh ... bagaimana mungkin suara babynya tiba-tiba berubah?! Apakah ia memiliki anak lelaki atau perempuan?! Cosmos panik selama persekian detik, tetapi sedetik kemudian, sadar bahwa itu hanya simulasi suara.

Perintah yang mendadak, dari sebuah suara kekanakan, membuat dua sosok jangkung bergerak. Kepala dilapis tudung menoleh, menatap kedua sosok tamu selama beberapa detik, sebelum akhirnya membungkuk hormat.

"Selamat datang di Academy Ruby," sambut kedua Penjaga dengan suara serak yang berat. Sosok itu berujar seolah tahu siapa kedua pengunjungnya. Sangat percaya diri, seolah tidak takut salah menyapa.

Setelah mendapatkan anggukan, keduanya kembali dengan postur berdiri tegap. Salah satu diantara keduanya berbicara kembali. Memberikan gestur yang sopan meski wajah masih tetap tidak terlihat. "Silahkan ikuti saya, Tuan telah menunggu Anda," ujarnya sopan, lalu berbalik dan mendorong lapisan besi hitam di belakangnya. Hanya dengan satu tangan, benda yang terlihat ratusan ton itu terbuka dengan mudah.

Leo dan Cosmos tidak mengatakan apapun dan mengekori sang Penjaga. Bagaimanapun, diam adalah emas. Orang-orang yang berlalu lalang di sekitar gerbang juga tidak terlihat terkejut. Seolah kekuatan dari salah satu pemilik jubah hitam adalah hal yang biasa mereka saksikan.

Namun Leo tidak bisa menyangkal bahwa jantungnya berdebat kuat sekali ...

Bagaimanapun bangunan ini adalah bangunan lama. Tempat penelitian sekaligus rumah sakit dan juga sekolah yang ia bangun untuk keperluan umum semua orang. Jadi, ketika pemandangan dibalik tembok masuk ke indra pengelihatan, Sepasang netra ocean tidak bisa menahan hatinya yang terasa … mencelos.

Kecewa.

Penyihir kelabu ini sudah melihat pemandangan di dalam Academy Ruby melalui simulasi yang diberikan Micro, tetapi melihat langsung dengan memandang dari balik layar bukanlah hal yang sama. Diam-diam, ia masih menyimpan sedikit harapan. Harapan untuk melihat wajah-wajah menyenangkan yang berlarian, berharap untuk melihat beberapa bangunan kumuh dan hidup yang dibangun, berharap melihat sedikit jejak masa lalu yang masih tertinggal ...

Namun jelas, sosok remaja ini harus kembali menelan harapan yang sedikit tumbuh di hatinya.

Keadaan dibalik tembok, berbeda dengan 8000 tahun yang lalu.

Sebuah jalan yang lebar, dengan hutan pada kanan dan kirinya terbentuk. Jalan yang terdiri dari susunan bebatuan itu dilalui oleh beberapa orang berlalu-lalang. Dibalik lebatnya warna hijau yang membentang, beberapa atap dan bangunan menyembul. Setiap bangunan tidak terlalu tinggi, hanya sekitar 3 atau 4 lantai.

Suasana asri, ramai tetapi tenang ini sangat berbeda dengan nuansa dibalik tembok yang padat akan aktifitas dan dipenuhi dengan gedung-gedung pencakar langit nan mewah. Berbeda ketika diluar, rata-rata Penyihir di sini hanya mengenakan jubah mereka, tanpa tudung untuk menutupi.

Melangkah di jalan bata seluas 3 meter, tidak ada satupun kendaraan umum yang terlihat berlalu-lalang. Beberapa penyihir terlihat berjalan kaki, tetapi lebih banyak menggunakan Kursi Apung untuk membawa tubuh mereka kemanapun. Terutama, untuk beberapa ras Mer yang belum bisa membentuk kaki. Ekor ikan mereka masih menjuntai tidak berguna di darat, itu sebabnya, kursi apung sangat berguna untuk mereka.

"Apakah Anda ingin menggunakan Kursi Apung?" Penjaga berjubah hitam mendadak bertanya. Ia berjalan dengan konstan, tidak cepat atau lambat. Membuat kesan bahwa Kepala Sekolah yang tengah menunggu kehadiran kedua tamu, tidak terburu-buru sama sekali. Biarkan para Tamu berkeliling, melihat keindahan dan kedaiaman Academy.

"Seberapa jauh kita akan berjalan?" tidak menjawab, Cosmos justru melontarkan pertanyaan. Bagaimanapun, ia tidak keberatan untuk menggendong Babynya. Ketimbang membiarkan remaja kelabu duduk di kursi yang mengapung di udara, Naga perak lebih suka menggendong babynya.

Gendongannya lebih aman dan nyaman.

"Sekitar 107 hektar lagi," jeda beberapa detik, Penjaga itu seolah memikirkan sesuatu."Kita akan ke gedung Utama yang berada di area pusat. Sekarang, kita berada di jalur perdagangan, area umum dimana para Penyihir bebas untuk melakukan transaksi Jual-Beli baik dengan sesama murid atau dengan para pengunjung dan orang-orang luar."

Benar-benar berniat untuk memamerkan Academy Ruby. Leo menghela napas di dalam hati. Namun, menatap sekeliling dimana banyak beberapa ras hilir mudik, membuatnya agak penasaran. Tidak terlihat transaksi di sini, tetapi beberapa bangunan yang menyembul diantara pepohonan cukup mencolok. Sepertinya, proses jual-beli dilakukan di dalam gedung-gedung itu.

Yah … lagipula ia tidak terlalu terburu-buru.

Merapatkan dirinya ke sosok jangkung, Cosmo langsung mengerti maksud Babynya. Tanpa kata, si perak bergerak meraih Babynya dan menggendong sosok itu dengan mudah. Tindakannya sukses membuat langkah kaki sang Penjaga terhenti.

"Ajak kami berkeliling," Cosmos memberitahu keputusan Babynya. Mendengar suara perempuan … Sang Naga merasa tidak nyaman. Itu sebabnya, sejak tadi, si perak memilih untuk bersuara mengungkapkan apa yang mungkin sang remaja inginkan.

"Baik," sosok itu mengangguk. "Bagaimana bila kita ke gedung tempat penjualan alat sihir?" bertanya dengan sopan, Penjaga berjubah hitam tanpa ragu menanyakan tujuan kedua tamu.

Cosmos tidak keberatan dengan pengaturan geat dadakan ini.

Mengubah haluan menuju sisi kiri, Penjaga Hitam mulai berbiacara kembali. "Setiap gedung, memiliki fungsi yang berbeda. Ada gedung khusus untuk bahan hewani, juga ada gedung khusus untuk bahan nabati. Jadi, beberapa murid tidak perlu keluar dari lingkungan sekolah untuk membeli bahan tugas mereka."

Ada jalan berbatu yang lain, lebih sempit tetapi cukup ramai. membentuk sebuah lorong yang diapit oleh pepohonan hijau. Ketiganya berbelok ke sisi kiri dan beberapa meter di ujung jalan, terdapat sebuah bangunan tua dengan banyak jendela prancis. Bangunan yang terbuat dari batu itu hanya terdiri dari 3 lantai, dengan arsitektur yang sederhana. Terdapat sepasang pintu ganda yang terbuka, dengan seorang Penjaga Berjubah Hitam lain berdiri.

Orang-orang jelas mengabaikan para penjaga. Sudah terbiasa menganggapnya tidak ada sama sekali. Karena itu, ketika Leo dan Cosmos datang dan mendekati gedung, beberapa mata tidak henti memandang kedua sosok yang dipimpin oleh seorang Penjaga Berjubah Hitam. Terlebih, untuk satu berjalan dan satu digendong, ini … benar-benar mencolok.

"Daerah ini disebut Area Luar. Academy Ruby terdiri dari tiga lapisan Area. Area Luar, Area Tengah dan Area Dalam. Area Luar adalah Area umum yang terdiri dari jalur pasar ini, area asrama, perkebunan dan peternakan. Area Tengah adalah tempat laboratorium dan Pengajaran, sementara Area Dalam adalah pusat."

"Tujuan akhir kita adalah Area Dalam," Cosmos menebak begitu saja.

"Benar."

Ketiganya memasuki gedung dan disambut dengan suasana yang … berisik.

Bagian dalam gedung begitu hidup. Terdapat banyak area yang disekat dan dijadikan toko. Berjajar rapi membentuk beberapa barisan dan menyisakan lorong kecil selebar 2 meter. Melihat secara keseluruhan, Leo menyadari bahwa bukan hanya penyihir. Bahkan Zero dan Kesatria juga ada. Justru, jumlahnya jauh lebih banyak ketimbang para Penyihir.

"Di Area Jalur Pasar, baik Zero dan Kesatria diperbolehkan masuk setelah mendapatkan pemeriksaan dan izin. Beberapa area terluar seperti Jalur pasar, Peternakan dan Perkebunan merupakan area umum, jadi selain wali, pengunjung umum diperbolehkan untuk masuk."

Cosmos penasaran begitu mendengarnya. "Bagaimana dengan Wali?" Setiap Penyihir akan memiliki Wali mereka. Entah Wali berupa keluarga sedarah atau tidak sedarah, mereka adalah orang-orang yang bertanggung jawab penuh kepada Penyihir sampai Penyihir bisa mencapai level 3 dan dianggap telah mandiri tanpa perlu Wali sebagai pengawan dan penanggung jawab.

"Untuk Wali, setiap tempat diperbolehkan, tetapi hanya sampai batas Area Terluar. Area Tengah hanya dikhususkan untuk para Pelajar dan Guru, sementara Area Dalam hanya beberapa orang tertentu yang diizinkan masuk."

Alis Cosmos terpaut. "Pengunjung umum dan Wali, perbedaan hanya untuk Area Asrama yang diperbolehkan masuk?"

"Benar."

"Termasuk Guardian?"

"Hak Guardian Penyihir, sama seperti Wali."

Menatap sekeliling, Leo tidak tertarik mendengar percakapan antara Penjaga dan Ayahnya. Sepasang netra biru memandang beberapa toko yang menjual alat sihir. Masing-masing penjual merupakan Penyihir, menjajakan barang buatannya di atas meja sederhana dan memamerkan. Beberapa Zero dan Kesatria tertarik, mendekat dan mendengarkan instruksi dari Penjual tentang alatnya.

Beberapa alat langsung Leo kenali sebagai Kantung Ruang. Penampilan Kantung Ruang sangat sederhana dan … umum. Terlihat seperti kantung kain biasa, dijajarkan di atas meja. Ada harga dan penjelasan prihal Kantung Ruang di sana. Harga satu Kantung Ruang berukuran 50x50cm hanya 15 koin emas. Dua kali lebih murah ketimbang harga di luar sana. Jadi … bukan hal yang aneh bila Leo melihat beberapa pembeli mencoba membeli barang dengan jumlah yang tidak sedikit.

Berjalan diantara jajaran toko, tanpa sadar mereka telah mengelilingi lantai satu tanpa sedikitpun niat untuk berhenti. Melangkah menaiki elevator, ketiganya sampai ke lantai dua. Di sini, pengunjungnya tidak sepadat di bawah. Toko-toko yang dibangun juga jauh lebih besar dengan alat-alat sihir yang … oke, harganya beberapa koin lebih mahal. Jelas, kelasnya juga jauh berbeda.

"Lantai satu di khususkan untuk alat-alat umum, sementara lantai dua adalah alat perlindungan dan penyerang. Biasanya, hanya tentara atau beberapa pemburu yang akan ke lantai ini. Lalu lantai tiga merupakan area permintaan. Di sana, ada banyak permintaan Pembeli, harga yang mereka berikan dan jangka waktu pembuatan. Jadi, Penyihir bisa mengambil pekerjaan apapun yang mereka inginkan."

"Apakah setiap gedung seperti ini?" Cosmos menatap beberapa alat yang berjajar pada toko. Ada pedang, prisai, pistol … semua alat yang terlihat agresif dan sederhana berjajar dengan rapi. Berkilau membutakan mata. Namun, entah bagaimana terlihat sangat lemah.

"Tergantung dari masing-masing gedung, bagaimanapun setiap gedung memiliki fungsi yang berbeda. Namun, di jalur Pasar, setiap lantai paling atas akan selalu menjadi Area Permintaan," Penjaga menjelaskan dengan suara serak. Hal ini membuat Leo merasa kasihan. Sungguh … jangan-jangan suaranya menjadi jelek karena terlalu banyak berbicara? Menyambut Tamu dan akan selalu membawanya berkeliling untuk menjelaskan setiap seluk beluk Academy Ruby?

Ketiganya keluar dari Gedung tanpa membeli apapun. Cosmos masih agak penasaran untuk berkeliling, jadi mereka melanjutkan perjalanan dengan mengunjungi Gedung yang berbeda. Kali ini, Gedung Nabati, Gedung berlantai 4 yang jauh lebih besar. Pada setiap dinding berwarna merah bata, terdapat tanaman merambat. Ketika ketiganya masuk, suasana di dalam gedung jauh berbeda. Setiap toko yang terbentuk di dalamnya, memiliki berbagai macam tanaman. Baik yang segar, atau bahkan kering dan telah dikelola.

Para Penyihir jauh lebih banyak di sini ketimbang di Gedung Alat Sihir.

Leo berkedip, menatap beberapa tanaman segar yang dijajakan. Semuanya berada di dalam kotak kaca yang tertutup. Suhu dan pengaturan kelembaban melayang-layang di atas kotak. Namun, pemilik Toko ternyata bukan hanya menjual bibit. Toko itu juga menjual alat bertani.

"Apakah setiap siswa bisa bertani?" Leo refleks bertanya, menoleh ke arah sang Penjaga di depannya. Suaranya masih memakai suara anak perempuan.

Sosok jangkung itu mengangguk. "Setiap siswa yang telah mencapai level 2, memiliki kesempatan untuk menyewa lahan di area Perkebunan."

Langkah kaki Cosmos berhenti. Naga itu merasakan tatapan penasaran Babynya dan memilih untuk mulai berjalan mendekati Toko yang hampir mereka lewati. Si perak berbalik, mendekati Toko yang tidak terlalu ramai oleh pengunjung.

"Halo, apakah ada yang menarik minat, Tuan?" sosok perempuan yang mengenakan jubah kuning langsung menghampiri. Dengan telinga runcing dan sepasang antena diantara helai rambut hijaunya, Leo tahu ini adalah ras Yuyu. Sosok itu tersenyum, tetapi begitu menyadari satu orang tengah menggendong yang lain, tubuh Penyihir perempuan itu kaku. Senyumannya membeku.

Cosmos tidak peduli. Dengan lembut menurunkan si kelabu hingga sepasang kaki menapaki lantai dengan sempurna. Hal ini tidak membuat Leo merasa agak malu. Apa lihat-lihat? Ia adalah anak lelaki kesayangan Papanya! Kenapa? Tidak bisakah ia sedikit pamer menjadi anak kesayangan?!

Menggelengkan kepala, si kelabu mencoba menyingkirkan pikiran anehnya. Ia melangkah masuk, menatap dua rak yang disusun sejajar untuk menampung beberapa bibit tanaman di dalam kotak kaca.

Tersentak, perempuan Yuyu itu buru-buru menghampiri Leo dan tersenyum seramah mungkin. "Apakah Anda berminat dengan Bibit Eve? Tanaman Eve terkenal memiliki aroma yang menenangkan, itu sebabnya biasanya digunakan sebagai bahan parfume atau bahan alkimia. Satu bibit hanya 5 koin perunggu, tentu saja, bila Anda ingin membeli banyak, kami bisa memberikan diskon."

Bukan tanamannya, Leo lebih tertarik dengan kotak kacanya.

Mengetuk pelan permukaan kaca, dapat si kelabu rasakan ketipisan dan beberapa energi yang tersalur di dalam. Mengatur suhu, memastikan kelembapan udara di dalamnya pas. Aliran energi yang mengliar, lucunya didapat dari listrik, tetapi terdapat rune di dalam kotak, memastikan keamanan, kestabilan suhu dan mendeteksi kebutuhan bibit di dalamnya. Terdapat pengkodean rune, tetapi menariknya, tidak menggunkan pengaktif jiwa, sebalinya, menggunakan energi umum seperti listrik sebagai tenaga.

Sepasang netra biru berkedip. Kotak ini sangat menarik.

"Berapa harga kotaknya?"

"Eh?"

Leo menoleh, menatap sang penjual dari balik tudung. Suara perempuan yang lembut, kembali keluar. "Aku ingin membeli kotak kaca ini … berapa harganya?"

Perempuan Yuyu terlihat canggung. "Err … maksudmu Kotak Pembibitan?" ragu-ragu, sepasang iris hijau menatap tamu yang menawar, lalu menatap kotak kaca. Pada akhirnya, perempuan itu menggelengkan kepala. "Maaf … saya bukan pemilik toko, juga … yah, bila kau benar-benar menginginkannya, Kotak Pembibitan biasanya dijual di lantai tiga. Biasanya, jarang ada yang membeli, jadi Kotak Pembibitan cenderung jarang dijual dan harus melakukan Pemesanan."

"Berapa lama waktu untuk melakukan Pemesanan?" kali ini, Cosmoslah yang bertanya.

Penyihir wanita menatap ke arah Cosmos, menggelengkan kepala. "Aku tidak tahu, biasanya bisa satu atau dua minggu, tergantung siapa yang mengerjakan dan kesediaan barang Penyihir yang membuatnya."

Leo menghela napas. Oh, sayang sekali … ia agak penasaran dengan Kotak Pembibitan ini.

Berjalan ke tempat lain, Leo mencoba mencari beberapa hal yang mungkin menarik minatnya. Tindakan ini membuat si perak mengkulum senyuman. Bagaimana tidak? Cosmos bisa membayangkan ekspresi apa yang berada di balik tudung itu. Babynya melangkah, berhenti di satu tempat, lalu memperhatikan sesuatu yang menarik minatnya.

Tindakannya benar-benar sama persis ketika sang remaja masih setinggi lututnya. Memandang semua hal dengan mata bulat yang berkilau penuh rasa ingin tahu. Ekspresinya serius, pipi chuby itu akan memerah penuh antusias. Namun, cukup hati-hati untuk tidak terlalu dekat atau menyentuh apapun.

"Kakak Cantik! Ternyata kau menjaga Toko Kak Dexian? Aku Mencarimu sejak tadi!"

Suara yang mendadak menyapa itu sukses membuat Leo dan Cosmos sama-sama menoleh. Sepasang wajah yang tertutup tudung memperhatikan tamu yang tidak diundang. Menyapa sosok Perempuan Yuyu dengan senyuman yang mengembang.

Suara itu terlalu familier, membuat sepasang Ayah-Anak langsung mengenali.

Rambut hitam, mata merah, telinga runcing.

Tidak perlu melihat wajah, Leo langsung mengenali pemilik suara sebagai Pangeran ke-12 negara Yuron.

Arya Bastian.

Atau biasa dipanggil ... Nirwana.

Namun, remaja tampan dengan senyuman yang menghiasi wajahnya itu jelas tidak mengenali kedua orang yang menjadi pengunjung Toko. Dengan ceroboh menyeringai bodoh dan menyingkirkan aura tenang dan misterius seorang Penulis terkenal.

"Mulutmu benar-benar manis," Penjaga Toko mendengus, tetapi senyuman jelas merekah di bibirnya. "Okay, katakan. Apa yang kau inginkan?"

Bastian nyengir. Senyuman remaja itu semakin mengembang lembar. "Oh, itu kenyataan. Kakak Cantik kan memang Cantik, aku tidak menggombal atau berbohong!" ujarnya, tanpa ampun memuji. "Ah? Tapi Kakak sepertinya sedang ada pelang--oh! maaf. Abaikan aku, silahkan lihat-lihat Toko kami! Barang-barang dan tanaman di toko ini sangat berkualitas, kalian tidak akan rugi sama sekali membeli di sini!"

Sadar tengah diperhatikan, Bastian memasang senyuman 1000 watt.

Leo tidak peduli sama sekali. Ia sudah tahu sifat ceroboh dan tidak bisa diam ras campuran itu. Namun Papanya ...

Sepasang netra refleks menatap Naga Perak. Memperhatikan ekspresi apa yang akan tercetak di wajah itu. Sayang sekali … Cosmos sedang menggunakan tudung, ia tidak bisa melihat kejutan yang pasti, tercetak di wajah sang Naga.

Membayangkannya, membuat si kelabu tidak bisa menahan senyuman.

Oh, coba lihat Nirwana ini? Ini kah author yang Papa kagumi? Sungguh, Leo benar-benar ingin melontarkannya. Bagaimanapun, tingkah Bastian sekarang dan saat mereka berkumpul di Resto Royal benar-benar berbeda. Imejnya yang misterius dan tenang, benar-benar hancur!

Memalingkan wajah, si kelabu menunjuk beberapa pot kecil yang disusun menumpuk. "Aku ingin pot ini," ujarnya. "Berapa selusin?"

Perempuan Yuyu buru-buru maju dan menyebutkan harga. Tanpa ragu, Leo membelinya, membuat senyuman Perempuan Yuyu dan Bastian mengembang lebar. Keduanya menatap tiga orang berjubah dengan mata berkilau dan berterima kasih. Bagaimanapun, sangat jarang ada tamu yang mau membuang-buang uang untuk pot yang sudah ketinggalan zaman!

Meraih Leo dan kembali menggendongnya, terdengar helaan napas dari sosok perak itu. Hal ini membuat mood sang remaja membaik. Dengan senang hati, ia memeluk leher Papanya, lalu sedikit menunduk dan mengintip ekspresi apa yang kini terbentuk.

Alis pemuda perak itu terpaut. Tidak ada ekspresi yang benar-benar berarti, tetapi sepasang netra emas itu, jelas terlihat agak … kecewa? Oh, benar-benar bagus! Melihatnya sendiri, membuat Leo tidak bisa menahan seringai.

"Senang?"

Leo kembali membenarkan posisinya. Tanpa ragu, ia mengangguk. Hal ini membuat Cosmos tidak bisa menahan senyum dan menepuk kepala dibalik tudung itu dengan gemas. Bagaimana bisa babynya sangat jahat seperti ini? Ayahnya sedang patah hati dan anaknya justru merasa senang? Namun, Cosmos tidak marah sama sekali. Jawaban lugas Leo justru membuatnya merasa lebih terhibur.

"Ingin mencari Kotak Pembibitan?"

Leo menggelengkan kepala. "Langsung ke Gedung Utama saja," tolaknya. Bagaimanapun, tujuan utama berkeliling telah tercapai. Ayahnya, sudah melihat wajah asli Nirwana kesayangannya. Jadi, tidak perlu mengulur-ulur waktu kembali.

Menepuk lembut punggung sang remaja, Cosmos menoleh menatap Penjaga yang sejak tadi hanya diam. "Bawa kami langsung ke Tuanmu."

Penjaga hitam mengangguk. "Baik, tolong ikuti saya," ujarnya lalu kembali berjalan memimpin dan keluar dari gedung. Ketiganya kembali ke jalan berbatu yang besar. Namun, Penjaga Hitam jelas tidak berniat membuat mereka berjalan kaki terlalu lama. Sosok itu membawa kedua tamu memasuki hutan.

"Silahkan berdiri di tengah lingkaran."

Beberapa menit memasuki hutan, keduanya sampai di sebuah padang rumput. Halaman yang tidak terlalu luas itu dikelilingi oleh lima tongkat kecil berwarna emas. Tepat pada bagian tengah halaman, terdapat rune yang diukir dengan warna emas. Tepat melayang beberapa cm di atas rerumputan hijau.

Rune Teleportasi.

Leo langsung mengenali rune itu. Bagaimanapun, tidak mudah untuk mengaktifkan sihir teleportasi. Selain karena menguras tenaga, sedikit kesalahan pada rune dapat membuat beberapa organ tubuh atau bagian lain menghilang selama perjalanan. Jadi, Rune Teleportasi bukan hanya menguras tenaga, tetapi juga cukup berbahaya.

Namun karena kegunaannya jauh lebih banyak, Rune Teleportasi tetapi sering digunakan. Yah ... umumnya, ada dua jenis Runa Teleportasi. Teleportasi pasangan dengan tujuan yang jelas, dimana terdapat sisi lain sebagai tempat tujuan rune, sementara yang satu lagi adalah teleportasi acak dimana rune tidak berpasangan sehingga tempat pendaratan tidak akan diketahui.

Rune di hadapannya adalah Teleportasi Pasangan.

Beberapa detik terdiam, Cosmos dengan langkah pasti berjalan mendekati rune dan berdiri tepat di tengah-tengah lingkaran dimana rune mengelilinginya. Ketika sepatu melangkah menginjak rune, seperti sebuah ilusi, rune yang melayang beberapa cm di atas tanah tidak terganggu sama sekali.

Leo menunduk menatap Rune. Membaca setiap liuk yang terbentuk dari garis sihir itu. Energi yang berada pada rune aktif, cukup untuk segera membawa mereka pergi. Garisnya tepat. Sudutnya tepat. Leo tidak khawatir ini adalah Rune yang salah dilukis.

Tepat ketika kedua tangan putih mencengkram erat lengan sang Naga, perasaan tanpa bobot mendadak menyerang. Membuat mual melonjak diiringi dengan rasa pusing. Namun beruntung, perasaan itu hanya bertahan selama dua detik.

Detik berikutnya, mereka bukan lagi dihutan, melainkan berada di sebuah ruangan dengan dinding batu yang mengepung.

Perubahan yang mendadak membuat Cosmos waspada. Sepasang netra emas berkilau, memperhatikan sekitarnya dengan tajam. Terlebih, ketika menyadari bahwa ruangan persegi, dengan hanya cahaya redup obor yang menyala-nyala ini ternyata berpenghuni. Seseorang telah menunggu mereka. Sosok jangkung yang mengenakan jubah hitam.

Pria tua dengan helai rambut putih panjang yang menjuntai, berdiri di sisi lain. Sosok, yang memiliki sepasang tanduk hitam dan telinga runcing memandang ke arah mereka dengan sepasang netra kelabu.

Incubus.

Leo dan Cosmos langsung mengenalinya sebagai ras Incubus.

"Selamat datang di Academy Ruby, Tuan," suara tua yang tenang menyambut. Senyuman pria dengan iris kelabu mengembang. Ia agak membungkuk, memberikan hormat kepada kedua tamu. "Nama saya Diandra Felix, ras Incubus, Keturunan dari salah satu murid Penyihir Agung Shappire, Takahara Rika."


CREATORS' THOUGHTS
AoiTheCielo AoiTheCielo

Aaaaaa~ Detik-detik sebelum Leo sampai di kuburan murid-muridnyaaaa~

Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C30
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login