Download App
75.49% Perjalanan Cinta KIRA / Chapter 77: Berpisah lebih Baik

Chapter 77: Berpisah lebih Baik

Sementara di ruang kerja Ryan,

Ryan sudah menutup laptopnya sejak Asisten Andi keluar dari ruangnya. Tak ada ekspresi di wajahnya, dia berdiri dan menuju pintu ruang pribadinya. Membuka jasnya, melempar sembarang dan melihat kota jakarta dari jendela besar didepannya. Ryan menatap jendela dengan melipat kedua tangan didadanya.

"Kau tahu apa yang aku lakukan sekarang? Aku sedang menatap indahnya lampu-lampu gedung yang kau sukai.. Aku heran kenapa kau suka melihat lampu-lampu ini.. Semua sangat membosankan! Aku tak menyukainya.. Aku rasa, aku akan menjual apartemen di Millenium Tower. Aku tak menyukainya lagi!" Ryan tertawa sinis, dan memalingkan wajah dari kaca jendela, melangkah menuju tempat tidur. Merebahkan dirinya di sana.

"Dimana kau, ShaKira Chairunisa? Kau melanggar janjimu, padahal kau baru mengucapkannya tadi malam.. Kau bilang akan memegang tanganku.. Tapi kau justru lari menjauh saat aku lengah melepasmu.. Kau bilang kau akan berada disampingku. tapi ternyata kau terlalu takut melihat wanita didepanku, membuatmu pergi menjauh. Kau bilang kau mencintaiku, tapi kau meninggalkanku!"

"Hahahahah" Ryan tertawa kencang saat hatinya selesai berbicara.

"Jadi itu ya, yang dilakukan orang yang mencintai suaminya? Meninggalkan suaminya di saat suaminya lengah!"

"Hahahahahah" Ryan mengulangi tawanya..

Mengingat percakapannya pada Cassandra tadi siang.

"Ryan.. Kau suamiku.. Kau lihat bagaimana di video itu kau sangat mencintaiku.. Akupun juga sama mencintaimu." Casaandra berusaha memegang tangan Ryan. Tapi di tepis oleh Ryan dengan keadaan sadar. Ini pertama kalinya Ryan melakukan itu terhadap wanita dihadapannya.. Ryan tak pernah melakukan ini sebelumnya pada wanitanya.

"Jangan sentuh aku. Kalaupun di video itu benar adalah kau dan aku. Kita sudah berakhir setelah kecelakaanku." Ryan melepaskan paksa tangan Cassandra darinya.

"Ryan, Kau..."

"Hmm... Apa? Kau sudah pergi meninggalkanku sejak itu. Kau memilih bekerja dan mengurusi hidup dan perusahaanmu sendiri. Kau mau apa sekarang datang setelah bertahun-tahun? Siapkan surat cerainya! Kita bercerai. Aku ceraikan kau hari ini juga!" Ryan berbicara dengan posisi tangannya dilipat didepan dadanya. Ciri khas Ryan saat membenci atau marah terhadap sesuatu.

"Aku ga akan terima! Kau tahu. Betapa banyak yang aku perjuangkan dibelakangmu? Aku bekerja keras untuk perusaahan, untuk menyokong perusahaannmu juga! Perusahaanmu bisa seperti sekarang karena bantuanku! Aku yang bekerja dibelakang sana untukmu.." Cassandra berteriak, dan tatapannya sangat marah, menunjukkan dialah bossnya dan Ryan harus tunduk padanya.

"Hahahahha!" Ryan tergelak tawa.

"Kau bilang mau bekerja untuk siapa? Untukku? Hahahhaha" Ryan mencengkram dagu Cassandra dengan sangat kencang. "Kau bohong. Kau tak bekerja untukku. Kau bekerja untuk dirimu sendiri. Untuk keberhasilanmu." Ryan melepaskan tangannya dari dagu Cassandra.

"Ryan.. kenapa kau begitu kasar padaku!"

"Aku sekarang memang seperti ini. Kenapa? Kau tak suka? Baguslah! Layangkan surat cerai secepatnya! Aku juga sudah menikah sekarang. Kau menikah sajalah dengan yang lain. Kau kan kaya, cukup berkuasa, pasti banyak laki-laki mau menikahimu!" Ryan mmenaruh kedua tangannya di pinggangnya, melirik miring, karena Cassandra berdiri satu meter di sampingnya dengan posisi menghadap Ryan.

"Kau.. jadi kau lebih memilih mainanmu itu daripada aku? Kau tahu betapa berkuasanya aku? Aku bisa jatuhkan usahamu kapanpun aku mau. Perusahaanmu. Berhutang banyak padaku. Andi, dia selalu mengirimkan bukti-bukti kebodohanmu yang tak becus memimpin perusahaan. Aku selalu mengirim dana padamu untuk membantumu!" Casaandra sudah sangat marah dan menarik jas Ryan dengan kedua tangannya.

"Hmm.. Mari kita itung-itungan. Aku akan cek semuanya, dan aku akan mengembalikannya padamu secepatnya kalau itu benar.. Kalau tidak, aku akan menuntutmu, kita lihat saja nanti! Aku hanya akan mengampuni dan tak akan menuntutmu, asal kau jangan ganggu aku, dan kita bercerai cepat!"

"Hahaha.. Kau pikir aku akan setuju? Itu tak akan terjadi, sampai aku mati, aku tak akan melepaskanmu. Aku bisa lakukan apapun, Ryan.. Apalagi hanya pada wanita bodoh di sampingmu tadi! Aku bisa membunuhnya kalau kau masih mengejarnya." Cassandra memberikan ancaman. Dan ini bukan sesuatu yang kebohongan. Dia memang sanggup melakukannya. "Untuk perusahaan, apa kau pikir perusahaanku berbuat curang pada perusahaan suaminya sendiri?" Cassandra melanjutkan kata-katanya.

"Mana aku tahu.. Aku kan belum periksa. Kalau sudha aku periksa, aku baru tahu!" jawab Ryan asal.

"Ryan.. Kau.."

"Hmm.. Apa? Sudahlah, lakukan yang kau mau.. Dan untuk istriku, ShaKira Chairunisa, aku akan tetap melindunginya! Walaupun aku harus mati, aku akan melindunginya!"

"Kenapa? Bukan dia cuma anak seorang pembunuh. Yang kau nikahi hanya untuk balas dendam?"

"Hmm.. Tapi aku mencintainya sekarang."

"Sampai kapan kau akan bermain dengannya?"

"Sampai aku mati!"

"Ryan.. Kau.. Kenapa kau begini.. Kau sangat mencintaiku.. Kau sangat memujaku dan kau berjanji akan selalu mencintaiku. tapi kenapa?" Cassandra sudah menarik jas Ryan kembali.

"lepaskan tanganmu dariku!" Ryan memaksa melepaskan Cassandra. "Kau tahu, kenapa aku begini padamu? Karen kau tak ada disampingku saat aku butuh seseorang untuk ada disampingku. Dan wanita itu...dia selalu ada disampingku setiap harinya, selama tiga bulan dia bersamaku. Kau tahu betapa besar cintaku padanya? Sepenuh hidupku! Aku bahkan rela mati untuknya. Dia satu-satunya keluargaku saat ini. Dia istriku. Kau harus ingat terus ini. Dia istriku."

"Hahahah.. Kau yakin dia tak meninggalkanmu? Lihatlah.. Bahkan dia sudah pergi mengendap-endap saat aku menunjukkan video tentang kita. Hatinya terlalu rapuh untuk melihat tentang kau dan aku. Dia bahkan tak percaya kau akan berkata seperti ini dan memilihnya! Hahahaha" Cassandra tertawa menghina kepada Ryan

"Huffff... Kenapa kau meninggalkanku, Shakira Chairunisa!" Ryan berhenti memutar memory kenangannya tadi pagi. Ryan merubah posisnya menjadi duduk di tempat tidur. Matanya lurus memandang ke arah jendela didepannya.

"Dimana kau? Apa kau sudah makan? dimana kau tidur? Apa tempat tidurmu nyaman? Apa kau bisa melihat lampu-lampu indah kesukaanmu? Apa kau membawa baju ganti? Kau berlari terlalu jauh hari ini... Apa kau lelah? Sekarang.. Aku tak bisa mencarimu dengan cepat. Aku bisa melindungimu kalau kau di sini, disisiku. Tapi kau sudah pergi meninggalkanku, aku tak tahu bagaimana mencari dan melindungimu.. Aku tak bisa meminta Andi untuk mencarimu.. Aku tak bisa mempercayainya untuk sekarang. Aku tahu dia ingin membantuku, tapi rasa percayaku padanya sudah hilang. Aku tak mudah mempercayai seseorang.. Dan kini, bersabarlah di luar sana.. Aku akan berusaha menemukanmu.. Jangan takut.. Aku akan mencarimu.. Aku akan membawamu pulang. Kau satu-satunya keluarga yang aku miliki.. Aku membutuhkan kehangatan darimu, ShaKira Chairunisa.." Ryan menghela napas, dan menjambak Rambutnya dengan kedua tangannya.

"Aku akan serius bekerja sekarang.. Aku akan menjadi yang nomor satu.. Kau akan aman denganku, saat aku mencapai puncak.

Klek

Suara pintu terbuka membuyarkan lamunan Ryan.

"Kau tak ingin pulang menemuiku, Ryan?" Cassandra masuk ke dalam ruang istirahat di kantor Ryan

"Pergilah!" Ryan masih dalam posisi duduk di kasurnya.

"Ryan, kau akan menyesal berkata seperti itu, bila kau sudah kembali mengingat tentangku! Tentang hubungan kita! Kau mencintaiku, Ryan.." Cassandra berjalan mendekat.

"Hahaha." Ryan tertawa sinis. "Kejadian di Moscow, enam tahun lalu.. Apa kau ingat?" Ryan berdiri mendekati Cassandra. " Aku datang untuk menandatangani surat perjanjian kerjasama penjualan batu bara dengan perusahaanmu. Saat itu, Aku mengingatmu! Aku kembali ke kantormu, dan menemuimu sedang bermesraan dengan Alexey, ajudanmu.. Apa kau ingat? Saat itu, aku mengatakan, aku kembali untuk merubah perjanjian sebagai alibiku" Ryan berdiri, mendekat ke Cassandra, hingga napas satu sama lain bisa saling terdengar.

"Apa saat itu kau sudah mengingatku?"

"Aku belum yakin saat itu.. Semua samar.. Apalagi melihatmu dengan Alexey, aku pikir aku salah. Tapi, setelah melihat video yang kau bawa tadi, aku sadar ingatanku adalah kebenaran.. Dan aku jijik padamu!" Ryan memalingkan wajah untuk menjauhi Cassandra.

"Apa maksudmu? Kau juga banyak bermain, Ryan.. Aku juga membutuhkan yang tak bisa kau berikan! Aku kesepian!" Cassandra menahan Ryan. Memegang tangan Ryan

"Kau memata-matai aku dengan bantuan Andi, kan?" Ryan mendekat kembali, mengelus wajah Cassandra, dan tersenyum sinis. "Kau harusnya tahu kapan aku mulai bermain wanita.. Itu setelah aku melihat perbuatanmu di Moscow. Aku hanya merendahkan semua wanita itu, karena kebencianku padamu! Bahkan aku tak pernah memegang tubuh mereka dari batas yang wajar. Mereka selalu bekerja memuaskanku.. Bukan seperti kau, rendahan bahkan saat aku memergokimu, kau yang sedang memuaskan ajudanmu!" Ryan tertawa kecil, sinis, dan melepaskan tangannya dengan paksa dari Cassandra.

"Baiklah.. Aku salah.. Tapi, kita bisa memulainya sekarang.. Memulainya dari awal! Kita punya Andre, anak kita.. Dia buah cinta kita, Ryan.. " Cassandra mendekati Ryan yang sedang berdiri di dekat jendela besar, memandangi kota Jakarta.

"Lepaskan pelukanmu!" Ryan memaksa Cassandra melepaskan lingkarang tangannya yang memeluk Ryan dari belakang.

"Ryan aku mohon.."

"Jangan memohon padaku, urus saja surat cerai kita! Aku tak ingin kita bersama lagi!" Ryan berjalan ke sisi jendela yang lain, menaruh kedua tangannya melipat di dada, memandang dingin dan hina ke arah Cassandra.

"Hahaha.. Kau pikir dengan kita bercerai kau bisa hidup tenang dengan mainanmu itu?" Cassandra tertawa sinis, dan ikut melipat tangannya, matanya tak menghadap Ryan, tapi lurus kederetan gedung-gedung di luar jendela kaca. "Kau jangan berpikir aku akan melepaskanmu hidup tenang dengannya. Aku akan membunuhnya saat kita bercerai dan kau bersamanya! Kau tahu Ryan, aku punya kemampuan untuk menghancurkan perusahaanmu saat kita bercerai!"

"Hancurkanlah! Dan aku pastikan, kau tak akan bisa menghancurkan semuanya! Kau tahu sendiri berapa banyak sahammu di perusahaanku! Aku akan melepaskannya besok pagi.. Aku sudah mempelajari dan menghitungnya secara pasti. Aku juga akan melayangkan tuntutan tindak kecurangan yang mencederai kerjasama antarperusahaan kita."

"Apa maksdumu?"

"Aku bilang, aku sudah mempelajari semuanya.. Aku bukan orang bodoh.." Ryan masih menatap Cassandra dengan tatapan yang sangat mengerikan.

"Apa maksudnya? Apa dia mengetahui semuanya? Andi.. Apa dia menceritakan semuanya? Apa Andi sudah mengkhianatiku?" Cassandra sudah sangat panik dalam hatinya.

"Hah, apa kau mendengarkan omongan si bodoh Andi? Kau pikir dengan mendengarkannya aku bisa kau kalahkan?" Suara Cassandra bergetar ada rasa khawatir dalam dirinya.

Ryan tak menjawab, hanya memandang dengan tatapan yang sulit diartikan oleh Cassandra.

"Kenapa kau menatapku seperti itu, apa maumu Ryan?"

Ryan tertawa sinis, masih memandang Cassandra dengan tatapan yang sama. "Aku mau kau pergi dari hadapanku, cassey urus perceraian kita.. dan menjauhlah dari hidupku!"

"Hah.. Kau.."

"Dia ingat semuanya.. Dia benar-benar ingat, bahkan dia memanggilku seperti itu? oh, bagaimana ini.." Cassandra sudah sangat panik dalam hatinya,

"Apa, ada apa dengan aku? Hmmm?" Ryan mendekat ke Cassandra. "Kau takut sekarang denganku?" tanya Ryan yang wajahnya kini hanya beberapa sentimeter dihadapan Cassandra. "Kau datang malam ini, ingin menciumku? Memuaskanku seperti yang kau lakukan dengan semua ajudanmu.. Hah? Lakukanlah kalau kau ingin menjadi jalangku! Berapa bayaranmu semalam?"

"Ryan, kau merendahkanku?" Cassandra ingin melangkah pergi, tapi Ryan memegang dagunya dengan kencang.

"Hmm.. Karena kau pantas direndahkan!" Sebelum hari ini, aku hanya berpikir dirimu cuma ilusi dalam pikiranku, tapi setelah video itu dan semua yang kau lakukan tadi pagi.. Aku sudah sadar.. Puzzle dalam pikiranku sudah kembali. Kau harusnya berhati-hati denganku, bukan mengancamku seperti ini, Cassey!"

"Lepaskan aku!"

"Kau mau kemana, hah?" Ryan semakin kencang mencengkram dagu Cassandra

"Baiklah Ryan.. Kalau kau ingin bercerai, aku akan mengurusnya. Tapi asal kau ingat, ancamanku untuk wanita itu bukan main-main!"

"Hahaha.. Kau tenang saja, aku tidak bodoh, Cassey! aku tak akan kembali bersamanya! Tidak, sampai aku pastikan kau sudah tumbang dan tak akan dapat mengganggunya lagi!"


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C77
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login