Download App
45% Ex-Bangsat Boys / Chapter 18: Skrip

Chapter 18: Skrip

Warn!

Part ini mengandung muatan dewasa. Harap bijak!

Tak terasa hari ini pengumuman seleksi penerimaan mahasiswa baru, tapi Unaya masih tertidur dengan cantiknya diatas ranjang karena kelelahan. Sementara itu Jeka semalaman tidak pulang lantaran sibuk mengurus tetek-bengek persiapan ospek sekaligus jadwal syuting Unaya. Jeka memang jarang ada dirumah, untuk itulah Sonia memaklumi dan tidak terlalu mengkhawatirkan pemuda itu.

"Astaghfirullah, punya anak perawan kerjaannya tidur mulu. Bangun dong Nak, kamu gak mau ngecek pengumuman penerimaan mahasiswa baru?". Sonia sudah berkali-kali membangunkan Unaya namun gadis itu tetap istiqomah ngorok.

"Ihhh... Mama! Unaya tuh capek Ma, pulang pemotretan tengah malem. Ini ntar jam delapan harus ketemu client lagi". Rengek Unaya sembari menutupi wajahnya dengan bantal. Mendadak Sonia merasa kasihan dengan anak sulungnya itu, sebenarnya tidak ada juga yang menyuruh Unaya kerja keras seperti itu. Tapi memang pada dasarnya saja Unaya mau hidup mandiri, tidak mau bergantung pada Papa-nya dan berakhir diatur ini-itu.

"Mama kasih waktu kamu lima belas menit buat lanjut tidur. Kalau Mama balik kesini dan kamu belum bangun juga, Jeka Mama kawinin sama temen arisan Mama". Ancam Sonia kemudian pergi begitu saja. Unaya yang mendengar Jeka hendak dikawinin dengan orang lain pun langsung bangun dari tidurnya.

"Ihhhhhh... Mama rese!". Unaya mencak-mencak sambil melempar bantal dan guling kesegala arah. Gak rela lah Jeka kawin sama orang lain. Sonia terkikik geli, oalah begitu toh caranya membangunkan Unaya yang kebo maksimal wkwk.

Sementara itu Jeka yang baru selesai dengan segala kesibukannya itu masuk kedalam rumah sambil menguap lebar. Ditangannya terdapat sebuah skrip FTV setebal kitab suci yang akan dibintangi Unaya. Kurang sayang apa coba Jeka pada Unaya, demi memberi waktu tidur yang berkualitas pada gadis itu ia rela menemui client pagi-pagi buta.

"Samlekum!". Teriak Jeka sambil garuk-garuk kepala. Pemuda yang baru saja mewarnai rambutnya menjadi pirang itu langsung ngacir ke dapur karena lapar.

"Waallaikumsallam...". Sahut Sonia namun suaranya melirih diakhir, wanita itu shock melihat penampilan baru Jeka.

"Buceri dari mana nih?". Ledek wanita itu yang membuat alis Jeka mengerut bingung.

"Buceri apaan sih Ma?". Sahut Jeka malas sembari mencomot pisang goreng yang baru diangkat Sonia.

"Bule ngecat sendiri hehe. Nambah ganteng aja nih anak bujangan Mama, tumben kamu ngewarnain rambut ngejreng begitu". Komentar Sonia. Pasalnya Jeka itu malas menjadi pusat perhatian, kalau rambutnya mencolok begitu kan otomatis bakal tambah jadi sorotan. Tapi itu semua ia lakukan demi couplean dengan Unaya.

"Iya dong Ma, kan biar gak kalah sama Unaya. Biar kek pasangan kekinian, couple goals gitu loh Ma". Sonia geleng-geleng kepala mendengar perkataan Jeka, Duh bucin sampai ke tulang-tulangnya.

"Terserah deh yang bucin sampai ketulang-tulangnya mah beda". Ledek Sonia.

"Ralat! Yang bener bucin sampai ke sumsum-sumsumnya". Sahut Jeka cepat.

"Daripada kamu berisik disini, mending bangunin Unaya gih. Dia tuh kebo banget, tapi Mama kasihan juga dia kelihatan capek gitu". Ujar Sonia dengan wajah sedihnya.

"Mama tenang ya, sekarang Jeka kan udah jadi manajer Unaya. Jeka bakal atur jadwal Unaya biar gak kecapekan. Senyum dong jangan sedih gitu". Hibur Jeka yang membuat Sonia mengulas senyum kecil. Wanita itu meraih tangan Jeka dan dielus punggung tangannya.

"Jagain Unaya ya Jeka, Mama percayanya cuma sama kamu".

"Pasti Ma, tanpa Mama minta". Sahut Jeka dengan mantap.

***

Jeka masuk kedalam kamar Unaya niatnya hendak membangunkan gadis itu seperti perintah Sonia tadi. Tapi pemuda itu bahkan tidak melihat batang hidung Unaya. Tidak ada suara air didalam kamar mandi, lalu Unaya dimana? Pemuda itu menguap sekali lagi sebelum merebahkan tubuhnya diatas ranjang. Lelah sekali rasanya mengemban banyak tanggung jawab seperti ini. Jadi ketua BEM, ketua UKM, ketua Ospek, ditambah manajer Unaya. Untung Jeka rajin olahraga sehingga tubuhnya bugar, jadi tidak mudah lelah.

Tling!

Ponsel Jeka berbunyi, tanda ada pesan masuk. Pemuda itu menghela nafas lelah, baru juga rebahan sudah ada pesan masuk. Jeka kira pesan masuk dari anak BEM atau anak UKM, ternyata pesan dari Jefri temannya yang mengurus perihal penerimaan mahasiswa baru.

Kembaran lo keterima, lusa jadwalnya daftar ulang sekalian pembagian gugus ospek.

Jeka membaca pesan Jefri dari pop-up, pemuda itu tersenyum bangga. Alhamdulilah ya sekampus sama Unaya, bisa ngelihat tiap hari :')

Jeka mengetikan beberapa kalimat balasan untuk Jefri, bersamaan dengan itu Unaya keluar dari kamar mandi sudah berpakaian rapi seperti hendak pergi.

"Jeka? Udah pulang lo?". Sapa Unaya yang terlihat kesulitan menaikan resleting mini dress-nya. Jeka melirik Unaya tanpa berkomentar, fokus membalas pesan dari Jefri kemudian meletakan ponselnya diatas kasur.

"Gue kira lo gak ada dikamar, rapi amat. Mau kemana?". Jeka beringsut mendekati Unaya dan berinsiatif membantu menaikan resleting mini dress gadis itu. Unaya membiarkan Jeka membantunya, gadis itu beralih mengambil serum wajah dan lain sebagainya untuk dipakai sebelum make up.

"Mau ketemu Mas Guan, terus ketemu client kan". Sahut Unaya sambil mengoleskan cream pagi ke wajahnya. Sementara itu Jeka malah bengong.

Jeka meneguk ludahnya susah payah, perkara tinggal naikin resleting doang tapi rasanya dilakukan lambat sekali. Entah sengaja atau tidak tapi Jeka ini rasa-rasanya begitu menikmati punggung putih mulus Unaya. Bahkan pemuda itu tersipu malu karena terang-terangan menatap bra hitam Unaya meski hanya terlihat bagian belakangnya saja.

"Jeka, lo ganti warna rambut? Lo copy paste gue ya?". Protes Unaya tidak terima, hal itu sontak membuat lamunan kotor Jeka buyar seketika.

"Hah? Eh? Iya gue ganti warna rambut, keren kan?". Meski gugup setengah mati tapi Jeka bersikap sok keren dengan menyugar rambutnya kebelakang.

"Rambut lo jelek! Besok ganti!". Sahut Unaya langsung. Unaya adalah tipe gadis yang tidak suka gayanya ditiru, bukan hanya gaya saja sih tapi semuanya. Meskipun ia sudah menjadi selebriti dan pasti secara langsung menjadi panutan, tetap saja ia tidak suka. Menurutnya menjadi diri sendiri itu lebih baik, orang yang sukanya copy-paste itu annoying baginya.

"Why? Gue ini mau couple-an sama lo, lucu kan". Unaya memutar bola matanya malas.

"Ya deh Jeka, terserah lo aja. Btw skrip apaan nih?". Unaya mengambil skrip yang dibawa Jeka tadi, dibacanya judul skrip itu.

"Mengejar Cinta Debtcollector Cantik? Seriously? Gue main FTV dengan judul cringe kayak gini?". Tanya Unaya sembari menatap Jeka tidak habis pikir. Unaya jarang menerima Job main sinetron atau FTV yang judul atau alur ceritanya tidak jelas.

"Menurut gue ambil Job FTV paling pas buat lo. Syutingnya paling cuma lima hari dan bayarannya banyak. Job pemotretan bakal bikin lo kecapekan Na, apalagi lo udah mau masuk kuliah. Ah gue lupa, selamat lo keterima dikampus gue". Unaya tidak terlihat senang saat tahu dirinya diterima dikampus Jeka. Toh jurusannya tidak sesuai keinginannya, juga kuliah karena paksaan dari Sonia. Unaya kan maunya hibernasi setahun dulu baru fokus kuliah, tapi ya sudah mungkin jalannya seperti ini. Tinggal dijalani saja.

"Iya sih, masih mending gue main FTV. Gak sanggup lah gue kalau main sinetron dua ribu episode". Keluh Unaya sambil membaca-baca skrip FTV yang akan ia bintangi.

"Kita gak perlu ketemu client hari ini, gue udah temuin tadi pagi. Lo tinggal tanda tangan kontrak terus bisa istirahat". Kata Jeka menjelaskan.

Unaya tiba-tiba berdiri dan menatap Jeka dengan tajam. Gadis itu mendekati Jeka bak macam yang siap menerkam mangsanya, tentu saja Jeka langsung mundur pelan-pelan kebelakang karena takut.

"Na? Lo kenapa? Lo kesurupan?". Tanya Jeka tergagap-gagap. Unaya menatapnya tajam dengan ekspresi kaku, sudah pastilah gadis itu kesurupan. Begitulah pikir Jeka.

Grep...

Unaya menarik kerah kemeja Jeka kemudian mendekatkan wajahnya sambil tersenyum nakal. Jeka hanya bisa meneguk ludahnya susah payah dan berkedip beberapa kali.

"N-Na?".

"Lo manis? Mau jadi menu sarapan gue?". Bisik Unaya nakal, gadis itu mengusap-usap dada bidang Jeka seduktif. Jeka beberapa kali mendorong tubuh Unaya agar menjauh tapi kenapa disaat-saat seperti ini gadis itu justru tenaganya sangat kuat?

"Na! G-gue belum sikat gigi Na. Ciumnya nanti aja". Unaya tidak mengindahkan perkataan Jeka, gadis itu langsung saja mendorong Jeka hingga terbaring diatas kasur dan merangkak naik keatas tubuhnya. Unaya merasakan sesuatu yang mengganjal dipahanya, hal itu membuatnya semakin tersenyum nakal.

"Lo nakal". Ledek gadis itu. Jeka menahan nafas berharap sekali Unaya membuka satu per-satu kancing kemejanya kemudian menyerangnya dengan imut.

"Lo yang nakal, mancing banget sih". Omel Jeka dengan suara seraknya. Dengan ragu tangan pemuda itu naik untuk meremas bokong imut Unaya, gerakannya lambat karena Jeka takut Unaya bakal marah.

"Mau dibuka?". Tangan Unaya turun sedikit menggoda dengan menyentuh sabuk yang dikenakan Jeka.

"Boleh aja, kalau gak takut sama isinya". Goda Jeka balik. Unaya terkekeh, ia membuka satu persatu kancing baju yang dikenakan Jeka persis seperti harapan pemuda itu. Namun baru dua kancing yang terbuka, Unaya langsung menghentikan gerakan tangannya.

"Bisa sih gue buka, terus gue puasin tapi...". Jeka sempat kaget saat Unaya mengatakan hal se-vulgar itu, namun udah terlanjur ada yang tegak tapi bukan keadilan ya di-gas aja gak apa-apa kan?

"Tapi?". Tanya Jeka sudah tidak sabar.

"Bayar utang lo!". Bisik gadis itu yang membuat Jeka cengo.

"Hah? Utang?". Unaya langsung menatap Jeka dengan wajah sendu hampir menangis.

"Lo mau gue main FTV kek gitu Jek? Jyjyk banget sumpah". Teriak Unaya frustasi. Jadi apa yang Unaya lakukan tadi tertera didalam skrip FTV wkwk.

"A-apa? Jadi tadi itu?".

"Iya yang ada didalam skrip tadi kek gitu". Jeka mengusap wajahnya frustasi. Ya ampun akting Unaya luar biasa banget sampai-sampai Jeka kebawa suasana beneran.

"Astaghfirullah, tolak aja lah kalau gitu. Gak rela gue...".

"ASTAGHFIRULLAH JEKA!!! UDAH DUA KALI YA OM PAPA NGE-GAPIN KAMU!!!". Teriak Jun membahana. Bayangkan saja, niatnya sudah suci hendak mengajak dua manusia laknat itu sarapan bareng tapi apa yang ia lihat? Jeka-Unaya yang tindih-tindihan, tangan Jeka ngangkring cantik dibokong Unaya, juga celana bagian depan Jeka sudah menggembung dan Jun tahu apa itu.

Sontak saja Jeka dan Unaya gugup setengah mati, keduanya langsung bangkit dari posisi masing-masing. Jeka mengumpat dalam hati, pemuda itu berdiri membelakangi Jun dan segera membenahi bajunya. Sementara itu Unaya langsung kembali duduk di depan meja rias dan kembali memoles wajahnya.

Jun berkacak pinggang sambil geleng-geleng kepala, hidung lelaki itu kembang-kempis ada efek-efek keluar asap disana. Menurutnya kelakuan Unaya dan Jeka sudah keterlaluan, diluar batas. Kalau udah gak kuat nahan nafsu, langsung kawin aja kenapa sih? Daripada nambah dosa.

"O-om Papa? What's up Bro?". Sapa Jeka cengengesan dengan ekspresi yang aneh.

"Kempesin dulu tuh burung! Baru kita bicara!". Kata Jun galak sambil menunjuk bagian bawah tubuh Jeka secara terang-terangan. Unaya yang memang sedari tadi mencuri dengar hanya bisa menepuk dahinya pelan. Aduh... baru disentuh dikit kok Jeka udah bereaksi sih? Lemah banget.

"Tapi Om, jangan marahin Unaya. Ini salah gue kok". Sahut Jeka memelas sembari melirik Unaya. Om Jun lagi dalam mode galak level limabelas. Biasanya mukanya kan kocak, tapi kali ini enggak. Sumpah deh!

"Buruan Jeka! Atau gue sunat sampai habis biar gak bisa gembung lagi?!". Ancam Jun sadis yang langsung membuat Jeka ngibrit masuk ke dalam kamar mandi hingga menyisakan Unaya dan Jun berdua. Ada jeda beberapa menit hingga hanya ada hening diruangan itu. Unaya merasa terintimidasi oleh tatapan Jun, pasti pikiran lelaki itu sudah buruk sekali tentangnya. Sama seperti isi pikiran para hatters-nya.

"Saya gak seburuk itu. Tadi cuma latihan buat syuting". Unaya akhirnya memberanikan diri untuk membuka suara. Gadis itu menatap Jun dari pantulan kaca dengan mata teduh nan polosnya. Jun menghela nafas panjang, gimana Jun bisa marah lama-lama kalau Unaya itu minta disayangin banget? Sekarang Jun tahu kenapa Jeka segitu bucin-nya sama Unaya. Tatapan gadis itu teduh, jujur, dan penuh cinta, uwahhhh mantap.

"Ya tapi apa yang kalian lakukan tetap salah Unaya, apalagi Jeka itu...".

"Ahnnnnn.... Unaya". Tiba-tiba terdengar suara desahan dari dalam kamar mandi. Unaya dan Jun sontak memejamkan mata mereka karena jyjyk. Ihhhh suara laknat apaan tuh?

"Tuh kan denger sendiri?! Cowok kalau dipancing bisa bahaya! Saran saya mending kalian nikah deh, daripada terjadi hal-hal yang tidak diinginkan dan nambah dosa. Apalagi kamu publik figur, Om udah dua kali loh pergokin kalian berbuat mesum. Kalau Mama kamu tahu gimana?".

"Ihhhh... ya jangan dibilangin". Mohon Unaya sambil menyatukan kedua tangannya didepan dada, sumpah gadis itu gak niat berbuat mesum kok. Tadi cuma pure ikutin apa yang ada di dalam skrip.

"Bisa dipertimbangkan asal janji gak kayak gitu lagi? Jadi cewek harus bisa jaga diri. Kalau Jeka kurang ajar tampol lah!". Ujar Jun menggebu-gebu hingga membuat Unaya terkikik. Diam-diam Unaya merasa terharu karena Jun perhatian padanya. Meski Papa-nya juga perhatian sih, tapi caranya nyebelin. Jun ngomel-ngomel tapi tetap kasih kepercayaan penuh, ya Unaya pun selama ini hanya ingin diberi kepercayaan oleh Papa-nya. Ini hidupnya dan ia yang bertanggung jawab atas pilihannya sendiri.

"Makasih ya Om, ternyata Om gak seburuk yang Unaya kira. Meski Unaya sewot dan jahat sama Om, tapi Om tetap perhatian". Unaya menunduk untuk menyembunyikan air matanya.

"Eh?". Jun menggaruk tengkuknya karena gugup. Duh dia yang sok kebapak-bapakan, dia juga yang malu. Tapi yang jelas hati Jun berbunga-bunga karena perkataan Unaya barusan. Perlahan lelaki itu mendekati Unaya dan menepuk pundak gadis itu lembut.

"Sama-sama Unaya. Saya cuma gak mau masa depan kamu dan Jeka hancur cuma karena kebablasan. Saya yakin kalian anak baik, kalian masih pingin berkarir karena masih muda". Unaya mendongak sembari menghapus air matanya.

"Om?". Panggilnya.

"Ya?".

"Boleh peluk gak?". Pinta Unaya yang sontak membuat Jun mematung. Perlahan air mata turun dari pelupuk mata lelaki itu. Akhirnya Unaya luluh juga. Tanpa ragu Jun mengangguk dan Unaya langsung menghambur ke dalam pelukannya.

"Makasih udah sayang sama Mama dan adik-adik selama ini. Sekarang Unaya udah kasih restu".

Dibalik pintu kamar mandi Jeka tersenyum mendengar obrolan antara Unaya dan Jun. Akhirnya Om Papa dapat restu dari si Kanjeng Unaya.

"Om Papa aja bisa dapet restu setelah sekian lama, gue juga pasti bisa. Duh jadi makin semangat mau nikung...". Kekeh Jeka bak orang gila.

"Shhhhhh.... anjir sakit banget kenapa gak keluar-keluar sih!". Omelnya pada titit :')

--Ex- Bangsat Boys--


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C18
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login