-----------
AYao menegakkan tubuhnya.
Sementara FeiEr dan HongEr sudah mendekati TangYi.
"Kak Yi!" Seru HongEr.
"Salam kak Yi!" Hormat FeiEr.
TangYi menurunkan tangan FeiEr
"Eh Fei, kita di luar istana tidak usah terlalu formal begitu, kau khan adikku kau ini"
FeiEr dan Hong duduk di samping TangYi.
"Yah bagaimanapun kak, justru karena kita di luar istana"
TangYi hanya tersenyum saja, ia menarik tangan HongEr mendekat.
"Hong kau pasti suka makanan ini, guru besar mengundang koki dari segala negara ke rumah ini dan makanan kecil ini beberapa tidak dijual di Tang"
HongEr membuka mata lebar, makanan enak, kata kunci untuk membuat ia senang.
"Benar kak?" Memang banyak makanan dengan warna dan bentuk yang aneh-aneh yang dibawakan pelayan tadi, semua memenuhi meja, ini bagai surga untuk Hong.
"Waah boleh HongEr coba kak?"
TangYi mengangguk.
"Tentu saja, kakak sengaja meminta pelayan mengantar sebanyak ini, mana mungkin kakak bisa menghabiskannya sendiri, ayo ini artinya kakak Yi-mu yang paling memperhatikanmu Khan? Bagaimana mau ikut ke istana?"
FeiEr melirik tajam pada TangYi, sementara HongEr yang polos menikmati makan tanpa memikirkan hal lain, perutnya yang kecil seperti tidak pernah penuh dengan makanan.
"Kak Yi ini, sampai kapan mau membujuk Hong seperti itu, ini namanya penyuapan kak, kakak khan putra mahkota kok melakukan tindakan licik begini" FeiEr senewen.
"FeiEr ini bukan penyuapan, ini namanya tindakan pintar semacam diplomasi, kau harus belajar juga itu"
FeiEr masih memasang wajah kesalnya.
"Tidak begitu juga kak"
DaHuang dan AYao mendekat,
"Tuan muda Fei" sambut DaHuang.
FeiEr menunjuk pada dua pemuda yang terlihat penuh peluh dan lelah.
"Kalian latihan?" Tanyanya.
DaHuang mengangguk.
"Iyah tuan muda, ini untuk persiapan AYao bertanding"
"A Yao baru ikut kompetisi tahun ini, aku sih yakin dengan kemampuannya ia bisa masuk tiga besar, tapi lihat, tahun ini banyak sekali peserta asing yang terlihat jauh lebih kuat, ilmu mereka mungkin bukan yang sering kita temukan di sini, sedangkan AYao cuma dapat bimbingan dari pelatih negara, walau ia sendiri sudah sangat hebat sebelumnya aku tetap khawatir" ujar TangYi.
A Yao, usia dua puluh tahun, pengawal pribadi TangYi sejak dinobatkan menjadi putra mahkota dua tahun lalu. Ia berasal dari keluarga pengawal, jadi pendidikan formal bukan kelebihannya, walau begitu AYao seorang pemuda yang pintar dan cerdik, ia bisa membaca situasi dan kerap melindungi putra mahkota dengan mengandalkan instingnya. Ia pendiam dan pemalu, tidak aneh kalau TangYi agak mencemaskannya karena pemuda itu memang sangat jarang mengungkapkan pikirannya.
DaHuang dan AYao duduk tak jauh dari TangYi dan lainnya menikmati istirahat mereka.
"Tapi kau tidak boleh begitu juga kak, nanti malah jadi beban untuk AYao, ia harus berusaha sendiri dan kakak tidak bisa membayanginya terus" ujar FeiEr.
"Yah aku tidak membayanginya, hanya AYao memang begitu, ia butuh dorongan, sifatnya terlalu baik, padahal ia memiliki banyak potensi"
-------------------------
Beberapa hari berlalu.
FeiEr dan Hong kembali bertemu TingTing dan FanSui yang ikut menjadi tamu di kompetisi tahun itu, keramaian semakin terasa dan upacara pembukaan akan digelar sebentar lagi.
TangYi sebagai perwakilan dari negara membuka acara, keluarga SangGuan sebagai penyelenggara utama, BaiHu sebagai pendukung dan banyak pejabat negara sebagai tamu agung.
Suara musik dan keramaian membahana di setiap sudut aula besar Phoenix tempat acara pembukaan dilaksanakan, pergelaran seni beladiri dari perwakilan negara tetangga, musik, tari, sulap hingga puisi, khusus untuk hari itu semua acara akan fokus pada pembukaan saja.
SongEr mendaftarkan diri sebagai salah satu peserta, walau sebenarnya kuota peserta sudah penuh tapi ia bisa dimasukkan ke kursi cadangan jika peserta belum juga datang tepat waktu sehari sebelum pertandingan perdana, itu dua hari lagi, bagi ia yang tidak punya banyak kegiatan itu bukan masalah besar.
HongEr yang keluar dari aula berjalan karena sudah terlalu lama duduk di dalam, ia bosan sekali.
"Adik Hong, kau mau kemana?" Tanya SongEr menghentikan HongEr.
"Bosan kak, HongEr mau cari pemandangan lain dulu di sana" Hong menunjuk ke arah taman tak jauh di belakang aula besar.
"Jangan jauh-jauh dik kau tahu kakakmu bisa marah besar kalau tidak melihatmu di sekitar, kakak temani yah"
SongEr dengan senang hati segera berdiri di samping HongEr, ia tersenyum melihat wajah Hong yang sangat bersinar seperti biasanya, sangat menggemaskannya, ingin sekali membungkus anak itu dan membawanya pulang, salah satu alasan ia sangat betah dalam rombongan baru adalah anak itu tentunya.
"Ayo kak! Kita cari makanan lain saja!" Seru HongEr.
SongEr baru saja menggandeng tangan HongEr dan hendak menariknya pergi saat ada seseorang memanggilnya.
"Maaf tuan muda Song, anda ditunggu di tempat pendaftaran, masih ada dokumen yang harus dibereskan" seorang pria muda panitia sudah mendekati SongEr.
SongEr menarik bibirnya, ia agak kesal sepertinya.
"Apa tidak bisa menunggu nanti saja?"
Pemuda itu menurunkan kepalanya.
"Maaf tuan muda tapi ini tidak akan makan waktu lama"
Masih agak kesal, SongEr melepaskan pegangannya pada Hong.
"Yah Hong, tunggu kakak sebentar di sini yah, kakak akan temani Hong ke sana"
HongEr mengangguk.
"Yah kak"
------------------------------
Taman bunga di belakang aula Phoenix.
Bukan tanpa alasan HongEr ingin sekali melihat ke sana, taman dengan segala jenis bunga berwarna-warni, pohon sakura beraneka rupa dan jenis, rumput yang hijau, bebatuan yang indah yang dibentuk oleh tangan para ahli yang menambah indah pemadangan, kolam ikan dengan teratai yang sudah merekah, sungguh tempat yang sangat indah.
Beberapa pekerja rumah yang bertugas merawat taman tampak terlihat mondar-mandir di area sekitar, sesekali menundukkan kepala saat bertemu mata dengan HongEr.
"Selamat sore tuan muda"
HongEr membalas menyapa.
Ia berjalan santai mengoyang-goyang tangannya menikmati udara siang menjelang sore yang sangat segar.
"Hmmh enaknya"
Di dekat bebatuan di rumput yang hijau tampak beberapa ekor kelinci putih yang lucu berlompatan, tanpa pikir panjang HongEr segera mendekat.
"Waah kalian lucu sekali"
Tanpa merasa segan atau jijik HongEr mendekati salah satu kelinci yang asik mengunyah dan mengangkatnya, mendekatkan ke pipinya gemas.
"Ich kamu lucu sekali"
Ia mendudukkan dirinya dan dalam sekejab banyak kelinci putih yang mendekatinya, ini bagai surga baginya, dikelilingi kelinci yang jarang ditemui di lembah Jie, lembah Jie terlalu dingin, kadang sangat panas, kelinci hanya akan di temukan di kaki lembah di mana tempatnya agak jauh dan berbahaya hingga HongEr jarang main ke sana.
Saat mengangkat beberapa ekor lagi ke tangannya yang sudah penuh, HongEr mendengar sesuatu dari balik batu, sepertinya ada yang tengah berbicara.
"Yah itu kenapa"
Suara anak gadis, bukan urusan dia, pikir HongEr melanjutkan mainnya, menyodorkan batangan wortel yang sengaja diberikan pekerja untuk para kelinci lucu itu makan.
"Ini makan, enak yah?"
"Tapi nona tuan muda Jie itu memang sangat menarik, gadis siapapun akan menyukainya begitu melihatnya pertama kali"
HongEr menghentikan gerakannya, tuan muda Jie, apa para gadis itu tengah membicarakan soal kakaknya? Ini bukan urusannya tapi kalau mengenai kakaknya apapun tidak boleh terlewatkan, perlahan agar tidak menimbulkan suara HongEr yang membawa salah satu anak kelinci di tangannya mengendap mendekat, ia tahu seharusnya tidak boleh menguping, tapi kata Ibundanya kalau kita tidak tahu apa yang dibicarakan orang lain mengenai kita di belakang kita itu justru akan menimbulkan kecurigaan tidak berdasar, lebih baik mencuri dengar daripada tidak tahu sama sekali.
-------------------