Download App
80% Newone / Chapter 12: Chapter 12

Chapter 12: Chapter 12

Alarm dengan lagu khas dari ponsel membangunkan Kyungsoo yang merasa baru saja tidur selama beberapa menit. Meski hari ini hari minggu dan tentunya hari libur, Kyungsoo yang memang terbiasa bangun pagi sengaja tidak mematikan alarmnya. Akan tetapi pagi ini dia merasa kesal sekali karena terganggu suara alarm.

Dengan mata masih terpejam, Kyungsoo meraba mencari ponselnya yang seingat dia berada di tempat tidur saat terakhir kali dia gunakan. Karena kesulitan menemukannya, dengan berat Kyungsoo memaksa matanya terbuka dan bangun dari pembaringan.

Setelah berhasil mendapati ponselnya ada di bawah salah satu bantal, Kyungsoo mematikan suara alarm. Pandangannya masih sedikit kabur karena masih mengantuk, Kyungsoo bisa melihat Kai terlelap di sofa samping tempat tidur dengan selimut menutupi sebagian tubuhnya sementara sebagian lain menjuntai ke karpet. Setahu Kyungsoo semalam dia sudah menawarkan pada Kai untuk tidur disampingnya karena tempat tidur pun masih cukup untuk dua orang, dan terakhir Kyungsoo juga masih ingat sebelum dia mulai terlelap kalau Kai berada di sampingnya sambil mengusap kepalanya. Rupanya setelah merasa Kyungsoo sudah pulas Kai memilih untuk pindah dan tidur di sofa.

Mereka berdua pulang larut sekali semalam. Meski lelah, dan mengantuk, khususnya Kai yang kembali memainkan beberapa musik, tapi hal itu merupakan pengalaman yang menyenangkan untuk Kyungsoo. Kali pertama untuknya datang ke sebuah klub malam dan berjoget sesuka hati, meski Kai melarangnya untuk minum minuman yang memabukkan karena dia sendiri pun tak pernah, tapi Kyungsoo merasa puas dan senang karena bisa menambah teman baik seperti Amber.

Kyungsoo turun dari tempat tidur dan berjalan mendekat pada Kai. Ia menarik bagian selimut yang menjuntai ke bawah dan membetulkannya sehingga kembali menutupi seluruh tubuh Kai yang masih sangat pulas. Setelah merapikan selimutnya, Kyungsoo memerhatikan wajah Kai, yang baru disadarinya kalau wajah Kai ternyata tampan sekali saat tidur membuat Kyungsoo bisa merasakan lagi pipinya sedikit panas. Buru-buru Kyungsoo berbalik dan keluar kamar.

Di dapur sambil menghidupkan mesin pembuat kopi, Kyungsoo mencoba menelepon Baekhyun. Lama tak ada jawaban dan hanya nada tunggu, kemudian terdengar suara Baekhyun di ujung.

"Yeoboseyo, Kyung, kuharap ada hal penting karena kau menelepon pagi sekali," suaranya parau memang nampak seperti orang yang baru saja bangun.

"Hey Baekhyun, kau baik-baik saja?" tanya Kyungsoo tanpa basa-basi.

"Yeah, tentu saja, memang kenapa?"

"Hmm, ani, aku hanya mengkhawatirkan keadaanmu, kau samasekali tak memberiku kabar setelah pulang dari rumah Ann imo."

Tak ada jawaban dari Baekhyun. Kyungsoo menduga dia sedang berpikir sesuatu untuk dikatakan dan kedengarannya demikian.

"Yeah, aku tak apa-apa."

"Sungguh?" tanya Kyungsoo yang tak yakin jika mendengar nada suara Baekhyun meski suaranya sedikit serak.

"Sejujurnya aku tak bisa mengatakan baik-baik saja, karena bagaimana pun pertemuan dengan Luhan kemarin sedikit membuat aku tak nyaman. Aku tak menyalahkan dia, hanya saja, entahlah...aku sendiri tak mengerti, Kyungsoo," ucap Baekhyun.

"Aku paham, mungkin karena Luhan adalah kekasih Kris, kan?"

"Aniyo, bukan karena itu. Aku bingung apa yang harus ku ungkapkan, semua terlalu rumit, kau tahu, menerima keadaan dia yang seperti itu bukanlah hal yang mudah."

Yang dikatakan Baekhyun sedikit menyentil Kyungsoo, namun sebelum dia merespon apa-apa Baekhyun terlihat buru-buru menambahkan.

"Ini berbeda dengan yang kau alami, tentu saja. Karena, kau dan dia sangat berbeda. Ada hal yang harus aku katakan tentangnya, tapi aku rasa saat ini bukanlah waktu yang tepat."

"Apa kedua orang tua kalian tahu jika Kris seperti itu?" Kyungsoo bersandar ke meja dapur, mencari posisi nyaman.

"Hanya aku yang tahu, setidaknya untuk saat ini. Aku sudah memaksa Kris untuk tidak terlalu sering mengajak Luhan ke rumah kami. Karena apa yang selalu mereka lakukan tidak seperti jika kau datang ke rumah."

"Maksudnya bagaimana? Aku tak mengerti?"

"Begini, jika, eh..." Baekhyun tiba-tiba diam dan tak lama kemudian dia berkata, "eomma baru saja mengetuk pintu, kelihatannya dia baru pulang, aku akan meneleponmu lagi nanti."

"Oh, baiklah."

Kemudian sambungan pun terputus. Kyungsoo melamun sejenak, masih mencoba mencerna apa yang baru saja ia bicarakan dengan Baekhyun di telepon. Entah kenapa saat ini ia sangat tertarik dan ingin mencari tahu banyak hal tentang Kris. Jika hanya Sehun dan Kai saja yang menunjukkan ketidaksukaan pada Kris mungkin tidak akan mengganggu Kyungsoo, namun sahabatnya sendiri, yang juga adik kandung Kris, selalu menunjukkan hal yang sama dan itu yang membuat Kyungsoo penasaran dengan hal-hal yang berhubungan dengan Kris.

Sebuah pesan Line masuk ketika Kyungsoo masih berenang dalam bayangan pembicaraan dengan Baekhyun. Kyungsoo membuka dan pengirim pesan adalah orang yang sama dengan yang mengirim pesan aneh padanya tadi malam saat ia di klub.

"Halo, bagaimana kabarmu? Kau tampak senang sekali tadi malam."

Kyungsoo kesal. Dia sudah merasa orang ini begitu mengganggu sekali.

"Siapa kau sebenarnya?"

"Kau tak menjawab pertanyaanku. Kau lebih memilih Kai ternyata."

Melihat itu langsung membuat Kyungsoo kaget luar biasa. Namun ia tak mau meladeni lebih jauh orang tak dikenal itu dan langsung memblokirnya. Seingat Kyungsoo ia sudah memblokir nomor orang misterius ini semalam, namun ternyata orang itu menghubungi lagi dengan nomor lain.

Masih sedikit terkejut dengan pesan yang baru saja dikirim orang tak dikenal bercampur dengan rasa penasaran juga, sayup-sayup Kyungsoo bisa mendengar suara bel di pintu depan. Kyungsoo mematikan mesin pembuat kopi, dan berjalan cepat ke arah pintu depan sambil menggerutu kesal dalam hati siapa yang datang di pagi buta seperti ini. Saat ia membuka pintu, kembali ia mendapat kejutan lain.

"Se...Sehun sunbae?" bisik Kyungsoo dengan mata terbelalak.

Rambut hitam gelap yang sedikit berantakan, ada sedikit lingkaran hitam di kantung mata, dengan wajah dingin tak berekspresi, tatapan mata Sehun tak bisa terbaca. Wajahnya sedikit pucat, menambah kesan warna kulitnya semakin jelas memucat.

"Ada...ada apa?" tanya Kyungsoo, yang tak tahu kenapa tiba-tiba jantungnya berdegup kencang.

"Aku ingin bicara denganmu. Ada hal yang ingin aku katakan," kata Sehun dengan ekspresi datar.

Kyungsoo diam. Dengan sedikit menunduk, pikirannya lari ke seseorang yang saat ini sedang tertidur pulas di kamarnya.

"Masuklah," kata Kyungsoo dan bergerak ke samping pintu agar Sehun bisa lewat. Laki-laki jangkung itupun masuk.

Setelah menutup pintu, Kyungsoo bertanya, "apa yang ingin kau bicarakan? Apakah begitu penting sampai kau datang pagi sekali, sunbae?"

Sehun berbalik.

"Kau ada dimana semalam?" tanyanya, masih dengan ekspresi datar.

Kyungsoo yang masih tertunduk, sedikit terkejut dengan pertanyaan tiba-tiba dari Sehun itu.

"Aku...semalam aku..." Kyungsoo terbata-bata, mencoba mengimbangi degup jantungnya yang tak karuan, sambil memikirkan jawaban, "kenapa kau bertanya begitu?"

"Aku hanya ingin tahu, sedang apa kau di klub semalam?" tanya Sehun lagi.

"Darimana kau tahu?" tanya Kyungsoo terkejut dan mengangkat kepalanya.

"Tidak penting darimana dan bagaimana aku tahu. Aku hanya tak suka jika kau ada di tempat seperti itu. Itu bukan tempat yang bagus untuk di datangi."

Kyungsoo lebih memilih diam. Jujur saja, dia merasa sedikit terguncang karena Sehun bisa tahu. Belum sempat memberi tanggapan, kembali Sehun bertanya.

"Dan kau sudah memilih Kai?"

Hal lain yang sekali lagi membuat Kyungsoo terperangah. Dalam hati dia bertanya, mengapa pertanyaan-pertanyaan yang diajukan Sehun hampir sama persis dengan pesan Line yang dikirim padanya beberapa saat lalu.

"Apa kau yang mengirim pesan Line tadi padaku, sunbae?" tanya Kyungsoo.

"Pesan Line?" tanya Sehun mengangkat sebelah alisnya.

Kyungsoo mengambil ponselnya di meja. Sehun memerhatikan saat Kyungsoo sedang mengotak-atik sesuatu lalu tak lama menyodorkan ponsel miliknya yang diambil Sehun dengan wajah sedikit penasaran. Melihat Sehun sedang membaca sambil mengernyitkan dahi, Kyungsoo diam menunggu respon yang akan disampaikan setelah itu.

"Apa yang mengirim pesan itu adalah kau, sunbae?" Kyungsoo mengulangi pertanyaannya.

"Nomor ini adalah nomor yang sama yang juga mengirim pesan melalui Line padaku," jawab Sehun.

"Apa?" tanya Kyungsoo lagi tak mengerti.

"Tadi malam nomor ini juga mengirim pesan kepadaku dan memberi tahu kalau kau sedang ada di sebuah klub malam. Orang ini juga mengirimkan fotomu saat disana," Sehun merogoh saku jeansnya dan mengeluarkan ponsel. Tak lama setelah itu, dia menunjukkan sebuah foto pada Kyungsoo.

Kyungsoo mengambil ponsel Sehun dan mengamati dengan seksama foto yang ditunjukkan olehnya. Fotonya memang tidak terlalu jelas karena kekurangan cahaya dan diambil dari tempat yang cukup jauh dari tempat Kyungsoo berada. Dalam foto itu, Kyungsoo, Kai dan Amber yang tengah menari dengan seru berada di lantai atas, sementara si pengambil foto kelihatannya berada di lantai bawah. Mulut Kyungsoo menganga tak percaya melihat foto di ponsel Sehun itu.

"Aku pikir ini orang yang sama. Orang yang mengirim pesan misterius pada kita berdua," kata Sehun, "dan salah satu tujuanku kemari adalah memang untuk menunjukkan hal ini."

"Tapi, aku tak mengerti maksudnya dengan melakukan ini pada kita, padaku khususnya. Apa yang dia inginkan? Bahkan aku tak tahu siapa orang ini," kata Kyungsoo gusar.

"Aku mencoba menghubungi nomor itu namun tak ada yang menjawab. Tapi, disamping bertanya-tanya siapa orang misterius ini, aku punya hal yang lebih penting yang ingin aku tanyakan."

Kyungsoo sudah tahu apa yang ingin ditanyakan oleh Sehun karena beberapa saat lalu sebelum mereka berdua membahas tentang pesan dan foto misterius, Sehun sudah bertanya lebih dulu mengenai hal yang menurut Kyungsoo adalah sesuatu yang sensitif bagi dirinya.

"Aku memang berada di klub malam. Hal itu karena keinginanku. Jangan salahkan Jongin," kata Kyungsoo menambahkan kalimat terakhir, karena dia yakin kalau Sehun pasti akan marah pada Kai.

"Aku tahu jika tempat itu adalah tempat dimana Kai bekerja. Hanya aku sedikit heran, kenapa kau mau datang kesana, aku tak pernah mengharapkan kau datang ke tempat seperti itu," kata Sehun, suaranya mendadak berubah sendu.

"Itu memang keinginanku. Jongin sudah melarangku ikut tapi aku memaksanya untuk mengajakku. Aku hanya ingin tahu saja dan tidak melakukan hal aneh seperti minum yang membuat mabuk. Kau pasti tahu kalau aku tak suka dan membenci orang mabuk," jelas Kyungsoo.

Kemudian keduanya larut dalam diam. Dengan Sehun memerhatikan dalam-dalam membuat Kyungsoo jadi sedikit salah tingkah. Seperti biasa, dia lebih memilih menunduk sedikit, tak berani menatap langsung mata Sehun.

"Aku mengerti," Sehun melangkah mendekat, "tapi kau membuatku cemas. Aku berulang kali meneleponmu tapi kau tak menjawab. Apa aku memang sudah sangat menganggumu sekarang?"

"Aku tak menerima telepon darimu," Kyungsoo mendongak lagi, lalu membuka kembali ponselnya.

Tak ada histori panggilan tak terjawab dari Sehun, lalu ia menunjukkan pada Sehun yang hanya mengerling sekilas. Sekali lagi Sehun membuka ponselnya dan memperlihatkan histori panggilan keluar. Disana terpampang ada dua puluh satu kali panggilan keluar atas nama Do Kyungsoo yang dilakukan tadi malam.

"Tapi..." bisik Kyungsoo tak percaya.

"Mungkin Kai yang menghapus histori panggilan tak terjawab di ponselmu," kata Sehun datar namun dalam.

Kyungsoo memang belum membuka lagi ponselnya sejak terakhir kali digunakan saat ia menerima pesan aneh semalam. Mungkin saja yang dikatakan Sehun benar tapi Kyungsoo memilih tidak membahasnya.

"Do Kyungsoo," tangan Sehun meraih kedua bahu Kyungsoo, "apa harus aku ulangi jika aku menyukaimu? Setelah banyak hal yang terjadi, kau lebih memilih bersama Kai?"

"Aku pun sudah berulang kali mengatakan padamu, sunbae, kalau...."

"Iya, kau sering bilang, Sulli, benarkan?" tanya Sehun memotong ucapan Kyungsoo.

"Jika kau sendiri paham, sepertinya aku tak perlu menjawabnya lagi," Kyungsoo kembali menunduk sedikit. Ia bisa merasakan hatinya teriris mengatakan hal itu.

"Bagaimana jika aku bilang kalau aku tak peduli dengan Sulli?"

"Tapi itu menunjukkan kalau kau adalah orang yang egois. Dia sangat menyayangimu, kenapa kau harus lebih memilihku daripada dia yang sudah lama bersamamu?" kata Kyungsoo pelan tapi dalam, "kenapa harus mengabaikan orang yang sudah dengan jelas suka dan sayang padamu," tambahnya, dengan perlahan menyingkirkan tangan Sehun dari bahunya.

"Kenapa kau berkata begitu?"

"Yang aku katakan sudah jelas, kan, kalau kekasihmu jauh lebih menyayangimu, dan tentu saja kau juga sangat menyayanginya," ada rasa pahit di mulut Kyungsoo ketika ia mengatakan itu.

"Apa?" sekali lagi Sehun meraih bahu Kyungsoo, "kenapa kau berkata demikian seolah kau tidak menyukaiku? Seolah kau juga tidak balas menyayangiku?"

"Aku...aku..." ingin sekali Kyungsoo berkata kalau dia juga suka dan sayang pada Sehun. Tapi ia urung melakukan itu ketika pikirannya kembali melayang pada Kai.

"Aku menyukaimu, dan aku tulus menyayangimu, apa kau tidak sadar dengan apa yang selama ini sudah aku lakukan untukmu? Dengan berbagai petunjuk yang aku berikan agar kau bisa merasakan kalau aku suka padamu?" tandas Sehun menggoyang pelan kedua bahu Kyungsoo.

"Kenapa kau harus mengatakan kalau kau lebih memedulikan aku daripada Sulli? Dia orang yang telah lama bersamamu, tahu semua hal tentangmu, dan dengan tulus juga sayang padamu. Aku tidak cukup berharga, dan aku tidak ada apa-apanya dibandingkan dia," sergah Kyungsoo.

Tak ada respon dari Sehun mendengar Kyungsoo mengatakan hal itu. Kyungsoo bisa melihat ada sedikit kedutan di bibir Sehun seperti ingin mengungkapkan sesuatu namun sulit untuk disampaikan.

Sebenarnya Kyungsoo merasakan sesuatu yang menyakitkan di dadanya saat ia berkata demikian. Hal itu memang ia ungkapkan dari hatinya, namun bukan keadaan sesungguhnya yang ingin ia katakan.

Ada perasaan yang kembali berkecamuk di dalam dadanya melihat orang yang pertama kali ia suka di hadapannya. Ada keinginan dalam diri Kyungsoo untuk mengatakan kalau ia juga suka pada Sehun. Tapi di sisi lain ada perasaan yang membuatnya hanya bisa menahan diri untuk diam.

"Katakan padaku, apa kau juga menyukaiku?" tanya Sehun tiba-tiba, membuat Kyungsoo sedikit terkejut mendengar pertanyaannya.

"Kumohon jawablah," kata Sehun saat Kyungsoo tak menunjukkan tanda akan membuka mulutnya, "apa kau juga menyukaiku, Kyungsoo?"

"Aku..." Kyungsoo ingin mengatakan kalau ia juga suka, namun sesuatu di dalam dadanya semakin terasa sakit, "aku...aku tak tahu..." bisiknya.

"Apa?" tanya Sehun dalam bisikan.

"Aku tak tahu apa aku menyukaimu atau tidak," kata Kyungsoo, yang tak berani menatap wajah Sehun, "aku tak tahu, aku sungguh-sungguh tak tahu."

Hal itu tentu saja bohong besar. Kyungsoo bukan tak tahu seperti apa perasaannya pada Sehun. Walau mulutnya berkata demikian, hatinya tak bisa membantah kalau jauh di dasar sana, ia menyukai dan menyayangi Sehun. Hatinya tak bisa menipu, ia tak bisa melupakan Sehun begitu saja meski wajah Kai sudah sering membayangi benaknya dan mulai mendominasi pikirannya, namun bayangan Sehun senantiasa membuat dirinya termenung.

Suasana kembali hening seketika. Saking heningnya suasana sekitar, Kyungsoo bisa merasakan suara jantungnya yang berdegup. Tanpa diduga, Sehun mendekat dan mencium kening Kyungsoo dan memeluknya dengan erat membuat Kyungsoo terbelalak.

"Aku tahu kau menyukaiku, aku yakin," bisiknya di telinga Kyungsoo, "aku tak mengharapkan untuk memaksamu mengatakan hal itu." Sehun semakin mempererat pelukannya.

Meski tidak membalas memeluk tapi entah kenapa Kyungsoo merasa nyaman di peluk seperti ini oleh Sehun, rasanya lebih nyaman dibanding pertama kali Sehun memeluknya di depan pemandian saat Malam Keakraban tempo hari.

Tak lama setelah itu, Sehun melepaskan pelukannya.

"Aku paham kau tak bisa menjawabnya. Aku juga mencoba memahami jika mungkin kau lebih memilih Kai. Setidaknya aku sudah mengatakan perasaanku," katanya.

Tanpa menunggu respon Kyungsoo, Sehun berbalik dan berjalan ke pintu. Ia membukanya, lalu mengerling sebentar pada Kyungsoo yang masih terpaku sambil menunduk, kemudian keluar sebelum menutup pintu.

Entah apa yang ada dalam pikiran Kyungsoo setelah kepergian Sehun. Ia masih mematung dengan banyak hal kembali berputar di kepalanya.

Tak terasa bulir air mata kembali jatuh ke pipinya. Dadanya terasa sakit sekali melihat orang yang disayanginya dalam diam, keluar melalui pintu meninggalkannya.

Lalu Kyungsoo mengelap air matanya, dan memutuskan untuk kembali ke kamar dan berjalan perlahan. Saat sampai di kamar, dilihatnya Kai masih tertidur dan Kyungsoo menghampirinya kemudian duduk di karpet di sampingnya. Sesaat Kyungsoo memandang wajah yang tertidur dalam damai itu, dan membelai rambutnya dengan lembut. Hal itu membuat Kai membuka matanya perlahan.

"Hey, kau sudah bangun rupanya?" bisik Kai dengan suara parau, "ada apa?" tanyanya karena sedikit merasa aneh dengan ekspresi Kyungsoo. Kai mengangkat tubuhnya dan memposisikan duduk.

"Ani. Tidak ada apa-apa," jawab Kyungsoo sambil tersenyum meyakinkan. Tanpa disadari oleh dirinya sendiri, Kyungsoo melingkarkan tangannya di pinggang Kai, dan menyandarkan kepalanya ke dada Kai. Melihat itu sedikit membuat Kai terkejut.

"Hey, ada apa? Kenapa denganmu?" tanya Kai heran, sambil membelai rambut Kyungsoo. Namun Kyungsoo tak menjawab dan lebih memilih mengeratkan pelukannya.

"Kemarilah," kata Kai mengangkat tubuh Kyungsoo dengan sedikit susah payah hingga kini dia duduk disampingnya, masih memeluk dengan erat tapi kini menyandarkan kepala di  leher Kai, "kembali-lah tidur, ini masih terlalu pagi." dan Kai menarik selimut hingga menutupi mereka berdua.

Kyungsoo memejamkan matanya, mencoba membuat dirinya senyaman mungkin berada dalam dekapan hangat Kai. Tak bisa dipungkiri, memeluk seseorang yang mulai ia sayangi sudah membuatnya sangat merasa nyaman dan damai. Tapi akan lebih terasa nyaman jika tak ada hal mengganjal yang sejak tadi berputar di kepalanya, yang membuat dadanya terasa sakit ketika jantungnya berdegup tak karuan.

Perasaan yang dulu sempat hilang sesaat ketika dia mulai merasa nyaman dengan sosok Kai, kembali membuatnya goyah. Kyungsoo hanya berharap, perasaan itu tidak semakin mengganggu dirinya.

*

"Aku bersyukur acara Campus Solidarity tinggal dua hari lagi. Meski sangat menyenangkan, tapi aku tak bisa menutupi bahwa ini juga sangat melelahkan."

"Kau sudah melakukan semua dengan luar biasa, sunbae, acara ini akan sukses besar menurutku."

"Benarkah?" kemudian Suho tertawa renyah, menutupi sebagian semburat kelelahan di wajahnya, "acara tahun-tahun sebelumnya pun sangat sukses besar. Sedikit membebaniku karena kesuksesan acara ini menjadi salah satu tolak ukur kesuksesan presiden Yeonhab tentunya."

"Sebelumnya aku memang tidak pernah menyaksikan acara Campus Solidarity. Tapi dari semua orang yang membahas acara tahun sebelumnya denganku, mereka yakin tahun ini juga akan sukses besar," kata Kyungsoo antusias, sambil membereskan beberapa kertas di mejanya.

Kembali Suho tertawa. Hari memang sudah senja, dan beberapa pertandingan hari ini sudah selesai dan esok adalah pertandingan final semua cabang olahraga. Beberapa anggota Yeonhab yang bertugas hari ini sudah berpamitan pulang, sebagian lainnya masih membereskan beberapa hal di masing-masing tempat pertandingan. Kyungsoo sendiri yang bertugas pada bagian administrasi masih sibuk dengan pekerjaannya di ruang Yeonhab.

"Gomawo, Kyungsoo. Itu cukup menghiburku, walau aku masih sedikit kecewa tim basket kampus kita harus gagal masuk ke final," kata Suho.

Yang dikatakan Suho sedikit membuat Kyungsoo juga menyesal. Tim basket kampus, tanpa Kai dan Chanyeol di dalam tim, harus bersusah payah untuk mencapai semi final dengan pemain cadangan, meski pada akhirnya perjuangan mereka harus kandas dan esok akan bertanding untuk perebutan juara tiga. Entah kenapa Kyungsoo merasa dirinya ikut ambil andil atas dikeluarkannya Kai dan Chanyeol dari tim basket karena perkelahian mereka berdua.

"Paling tidak mereka masih bisa berjuang besok untuk posisi tiga. Semoga saja berhasil," kata Suho melepas kemejanya dan hanya mengenakan kaus tanpa lengan warna hitam. Lalu ia memposisikan diri berbaring di kursi dengan kaki lurus ke kursi disampingnya, "kau belum akan pulang kan, Kyungsoo?" tanyanya.

"Rasanya belum, sunbae, masih ada beberapa hal yang harus aku siapkan untuk pertandingan final sepakbola besok," kata Kyungsoo.

"Aku ingin tidur sebentar. Jika kau tak keberatan, bangunkan aku satu jam lagi," kata Suho mulai memejamkan matanya.

"Tentu saja, sunbae," jawab Kyungsoo.

Ada beberapa catatan pertandingan hari ini yang harus direkap oleh Kyungsoo, dan beberapa catatan lain untuk pertandingan besok, hingga Kyungsoo beranggapan kalau hari ini pekerjaannya akan sampai malam lagi. Setelah sekitar sepuluh menit, Suho tampak sudah tidur pulas, sebuah pesan Line masuk ke ponsel Kyungsoo. Ketika membukanya ia sungguh terkejut kalau yang baru saja mengirimkan pesan padanya adalah Chanyeol.

"Aku menunggumu di ruang musik. Kemarilah sebentar."

Selesai membaca pesan dari Chanyeol, Kyungsoo mengerling Suho dan beranggapan sunbae nya itu tertidur sangat pulas. Rasanya tidak masalah jika dia sebentar menemui Chanyeol dan meninggalkan Suho disini sendiri.

"Baiklah," jawab Kyungsoo, kemudian berjalan ke pintu dan menutupnya perlahan.

Karena ruang musik ada di gedung lain berbeda dengan ruang Yeonhab, sedikit membutuhkan waktu untuk Kyungsoo karena harus turun ke lantai pertama dahulu dan berjalan menyebrangi taman.

Ruang musik ada di lantai empat Gedung Beethoven yang jaraknya dipisahkan satu gedung, yaitu Gedung Armstrong, sementara ruang Yeonhab ada di Gedung Einstein.

Saat sedang berjalan sambil bersenandung sesuatu di depan salah satu kelas di gedung Armstrong, Kyungsoo berpapasan dengan Kris yang baru keluar dari kelas. Hal itu membuat Kyungsoo sedikit terkejut, dan sebaliknya Kris memasang tampang tertarik.

"Eh, Do Kyungsoo, senang rasanya bisa bertemu denganmu disini," kata Kris dengan seringai bergairah.

Kyungsoo tidak menjawab, ada hal lain yang lebih menarik perhatiannya. Ia mengamati dengan teliti, ada sebuah plester menutupi sesuatu di kening sebelah kanan Kris dan dia mencoba mengingat kejadian beberapa hari lalu ketika dia di ruang Yeonhab malam-malam dan ada orang yang menyerangnya.

Menyadari Kyungsoo sedang mengamati luka di keningnya, Kris memegangi plester itu.

"Aku terjatuh di rumah kemarin. Tapi ini tidak apa-apa," katanya sambil tertawa kecil, namun Kyungsoo masih menganggap ganjil.

Ia ingin menanyakan keberadaan Kris pada malam itu, namun entah kenapa ia membatalkan niatnya seakan masih membutuhkan waktu dan bukti lain untuk ditanyakan langsung.

Dan terbesit dalam pikiran Kyungsoo juga untuk menanyakan sesuatu tentang Luhan tapi entah mengapa ia kembali mengurungkan keinginannya itu.

"Mian, aku harus pergi," kata Kyungsoo berbalik tapi tangan Kris menahannya.

"Kenapa terburu-buru. Sudah lama aku tak bertemu denganmu, memang kau tak mau mengobrol denganku?"

Kyungsoo menarik tangannya agar terlepas dari Kris. Hal itu sedikit membuat Kris kaget namun ia tertawa, "kenapa? Kau seperti takut denganku. Apa yang sudah dikatakan Sehun padamu memang?"

"Aniyo, hanya aku ada urusan, jadi aku harus pergi," kata Kyungsoo.

"Eh, rasanya aku salah," kata Kris membuat Kyungsoo kembali berbalik, "bukan Sehun, tapi Kai, benarkan? Kau sudah bersama si eksotis Kai?"

"Aku tak mengerti maksudmu. Lagipula aku rasa itu bukan urusanmu," cela Kyungsoo.

"Kurasa bukan rahasia lagi karena kau ternyata memilih Kai. Diluar dugaan memang, karena aku mengira Mr Penguasa-lah yang akan kau pilih. Aku heran, apa yang membuat dia jauh lebih membuatmu tertarik dibandingkan Sehun. Terlebih, dibandingkan aku," Kris kembali memasang tampang nakal.

"Aku sungguh-sungguh tak mengerti dengan apa yang kau ucapkan itu. Maaf, aku harus pergi," baru akan kembali berbalik, tapi Kris berkata membuat Kyungsoo berputar lagi.

"Apa sih yang membuat semua orang sangat terpesona denganmu? Coba kita pikir," mata Kris memutar seperti sedang berpikir, "Sehun, lalu Kai, kemudian aku, dan dari kabar yang aku dengar, perkelahian Kai dengan Chanyeol juga karena kau, benarkah hal itu?"

"Tak perlu mendengar kabar yang belum tentu kebenarannya. Kau terlalu banyak bergosip," kata Kyungsoo pedas.

"Kurasa itu bukan gosip. Hey, kenapa kau tidak memberiku kesempatan untuk dekat denganmu? Aku bisa memberikan banyak kebahagiaan daripada Tuan Oh yang terhormat, ataupun Kai si lelaki terpilih."

"Kau meracau aneh," kata Kyungsoo sambil menggeleng.

"Aneh? Tidak. Aku hanya sedang mengungkapkan kalau aku bisa jadi lebih baik daripada mereka berdua. Ayolah, beri aku kesempatan, aku akan membuatmu jauh lebih bahagia," Kris maju selangkah membuat Kyungsoo mundur selangkah, dan dia merasakan menabrak seseorang di belakangnya. Saat Kyungsoo menoleh, dia bersyukur ada Kai disana.

"Ada apa ini?" tanya Kai dingin.

"Oh hai, Kai," sapa Kris yang berusaha terlihat seramah mungkin, "aku hanya mengobrol ringan dengan Do Kyungsoo. Tidak ada yang...."

"Ayo, aku mau kau mengantarku," Kai memotong ucapan Kris dengan menarik tangan Kyungsoo segera menjauh.

Sambil melihat keduanya pergi, Kris hanya tersenyum kecut sambil masih menatap penuh ketertarikan. Setelah berjalan menjauh dan Kris sudah hilang dari pandangan, akhirnya Kai melepas tangan Kyungsoo yang merasa kebas sekali.

"Kau sedang apa disana dengan dia?" tanya Kai. Nada suaranya dalam membuat Kyungsoo tahu Kai marah namun menahannya.

"Aku sedang berjalan menuju ke ruang musik dan tak sengaja bertemu dengan Kris," kata Kyungsoo.

"Ada apa?" tanya Kai lagi.

Kemudian Kyungsoo menjelaskan tentang Chanyeol yang mengirimkan pesan Line padanya beberapa waktu lalu. Mendengar itu membuat Kai mengernyitkan keningnya.

"Lalu kau mau menemuinya disana?" tanya Kai yang dijawab Kyungsoo dengan anggukan, "untuk apa?"

"Aku ingin tahu apa yang ingin dibicarakan olehnya. Sudah lama aku tak bertemu dengannya."

"Baiklah aku akan mengantarmu."

"Tidak," ucapan Kyungsoo itu membuat Kai menghentikan langkahnya.

"Apa?" bisik Kai dengan mata sedikit tak percaya.

"Kau tunggu disini, aku akan menemuinya sendiri. Tak perlu khawatir, takkan terjadi apa-apa, aku hanya ingin mengobrol," Kyungsoo menambahkan kalimat terakhir saat Kai terlihat ingin membantah.

"Tapi..."

"Tunggu disini," tangan Kyungsoo memegang pipi Kai, "aku berjanji jika ada apa-apa aku akan segera memanggilmu, oke?"

Mata mereka saling beradu. Setelah itu Kai mengangguk meski masih tampak tidak rela.

"Aku akan menunggumu disini," katanya. Kyungsoo tersenyum, kemudian berbalik dan berjalan kembali ke arah Gedung Beethoven.

Tak lama, setelah menaiki tangga menuju lantai empat, diluar pintu ruang musik Kyungsoo bisa mendengar sayup-sayup suara musik dan ada suara yang dikenalnya sedang bernyanyi.

Kkeuti eobsneun mystery angae gateun memory

Nae yegameun wae bitnaganeunga

Nunmul seokkin bitsori nae gwitgae sumsori

Dan han beondo neol chajji mothan na

You hurt me, you hurt me

Nae meorissogen yeongweonhi nega sara ittneun de

Nae siyaen tumyeonghan neowa na..

Kyungsoo berdiri diambang pintu dan melihat Chanyeol sedang memainkan gitar sambil menyanyikan lagu berjudul Hurt. Dengan penuh penghayatan ia bernyanyi membuat Kyungsoo sangat menikmati suara yang selalu membuatnya terpesona itu. Jujur, ia rindu suara Chanyeol.

Setelah selesai bernyanyi, Kyungsoo berjalan masuk.

"Rasanya sudah lama tak mendengarmu bernyanyi," katanya, sedikit membuat Chanyeol terkejut.

"Oh kau, kukira kau tak akan datang," kata Chanyeol. Lesung pipi yang sudah menjadi ciri khas-nya terlukis saat ia tersenyum.

"Kau kemana saja? Lama sekali aku tak melihatmu di kampus."

"Aku di tempat Chen. Kau kan tahu disana tempat aku bisa menenangkan diri," wajah Chanyeol kali ini tampak lebih segar dibanding terakhir Kyungsoo melihatnya tempo hari.

"Kau masih bergantung dari obat anti depresan itu?" tanya Kyungsoo cemas.

"Aniyo. Sudah beberapa hari ini aku tak meminumnya lagi. Aku menuruti apa yang kau katakan. Oh ya, tujuanku memanggilmu kemari karena ada yang ingin aku tanyakan."

"Silahkan," kata Kyungsoo. Dia sedikit bisa menebak kira-kira apa yang akan ditanyakan Chanyeol.

"Apa kau dan Kai sudah berpacaran?"

Pertanyaan itu sebenarnya membuat Kyungsoo terkejut karena tiba-tiba ditanyakan tanpa ada basa-basi terlebih dulu. Sejujurnya dia sendiri tak tahu harus menjawab apa karena dia merasa tak ada semacam kesepakatan apapun tentang berpacaran dengan Kai. Dia hanya menikmati kebersamaan dengan Kai tanpa mengetahui apakah itu adalah berpacaran atau bukan. Bahkan Kyungsoo merasa mungkin karena ketidakpekaan dirinya juga yang membuat dia sendiri tak tahu seperti apa hubungannya dengan Kai saat ini.

Kyungsoo belum menjawab pertanyaan Chanyeol tapi dia sudah kembali mengajukan pertanyaan kedua.

"Bukankah kau dekat sekali dengan Sehun? Kudengar dia putus dengan Sulli kemarin?"

"Apa?" tanya Kyungsoo kaget, "mereka berdua putus? Kenapa?" tanyanya lagi tak percaya.

"Kau tidak tahu kabar itu?" Chanyeol terlihat kaget, "bukankah hal itu sudah ramai sekali dibicarakan semua orang di SM Seoul University?"

"Aku benar-benar tidak tahu. Tapi, kenapa mereka berdua bisa putus?" tanya Kyungsoo yang memang tidak mengetahui kabar itu. Suho sendiri yang sejak sore bersamanya di ruangan Yeonhab tampak tidak tahu, atau mungkin menyembunyikan hal itu.

"Entahlah, aku tak tahu persis kenapa. Yang aku dengar Sehun yang memutuskan Sulli," kata Chanyeol.

Kyungsoo diam. Jika itu adalah kemarin, berarti saat pagi sekali Sehun datang ke apartemennya. Dia tak berani membayangkan jika ternyata Sehun memutuskan hubungan dengan Sulli karena dirinya. Ia takkan bisa memaafkan dirinya sendiri jika alasan demikian yang membuat Sehun memutuskan Sulli.

"Kembali ke pertanyaan pertama," kata Chanyeol membuat Kyungsoo sadar dari lamunannya, "jadi kau memang sudah berpacaran dengan Kai?"

Kyungsoo bingung harus menjawab apa. Namun keheningan Kyungsoo membuat Chanyeol seperti sadar sesuatu. Ia lalu tersenyum.

"Kau tak perlu menjawabnya, aku sudah tahu. Ngomong-ngomong, apa yang terjadi waktu itu di rumah Chen, kumohon jangan kau pikirkan lagi. Aku minta maaf," kata Chanyeol.

"Sejujurnya aku sangat terkejut saat itu. Aku tak menyangka kau akan melakukan itu," kata Kyungsoo, yang bayangan saat Chanyeol menciumnya kembali muncul di kepalanya.

"Aku memang melakukannya secara tiba-tiba tanpa meminta izin terlebih dahulu darimu. Seharusnya aku tak melakukan itu. Tapi, apa yang aku lakukan bukanlah hal biasa."

"Maksudmu?" tanya Kyungsoo tak mengerti.

Chanyeol menyunggingkan senyum lesung pipinya, sambil berkata dengan tatapan dalam, "itu aku lakukan dari hati."

Kyungsoo tertegun mendengar Chanyeol berkata demikian. Rona merah sedikit menghias pipinya. Ternyata yang dikatakan Kai benar, jika Chanyeol memiliki perasaan padanya, dan bodohnya ia tak bisa merasakan hal itu.

"Sudahlah, tak usah dibahas lagi. Aku ikut berbahagia jika kau dengan Kai," kata Chanyeol, "lupakan yang tadi kukatakan. Tapi apakah aku masih bisa mengajakmu untuk manggung lagi?" tanyanya.

"Tentu saja. Aku sangat menyukai hal itu. Kau bisa mengajakku kapan saja" kata Kyungsoo senang.

"Gomawo. Aku sangat menghargai hal itu," ujar Chanyeol, tanpa sadar mengasak lembut rambut Kyungsoo.

"Ngomong-ngomong, aku masih ada hal yang harus dikerjakan di ruangan Yeonhab, kalau kau tak keberatan, kita bisa mengobrol lagi nanti," kata Kyungsoo.

"Oh, maaf aku menganggumu. Aku senang bisa mengobrol lagi denganmu."

"Aku punya satu pertanyaan untukmu," kata Kyungsoo, yang tiba-tiba sesuatu terbesit dalam pikirannya.

"Apa itu?" tanya Chanyeol penasaran.

"Apa kau sudah berbaikan lagi dengan Jongin?"

Chanyeol terlihat memutar matanya, mencari jawaban.

"Secepatnya," katanya tersenyum dan terdengar mengakhiri pembicaraan.

"Aku harap segera. Aku tak rela persahabatan kalian hancur," kata Kyungsoo. Kemudian dia mengangguk sedikit, "sampai jumpa. Dan jaga dirimu," tambahnya.

Setelah dijawab Chanyeol dengan anggukan dan senyuman singkat, Kyungsoo berbalik dan berjalan keluar ruang musik. Sesampainya dibawah tangga dia bisa melihat Kai sedang berdiri bersandar di pintu sebuah kelas dan tampak gelisah.

"Bagaimana? Kau tidak apa-apa?" tanyanya cepat-cepat, yang mengamati setiap bagian tubuh Kyungsoo.

"Kau ini kenapa? Aku baik-baik saja," kata Kyungsoo yang sedikit risih.

"Lalu apa yang kalian bicarakan?" tanya Kai lagi, terlihat sangat penasaran dan tak tahan untuk bertanya, ketika mereka berdua berjalan bersama ke arah gedung Einstein lagi.

"Aku akan cerita nanti. Tidak sekarang, dan tidak disini," kata Kyungsoo sambil memberi isyarat pembicaraan ditutup.

Kai meski tampak tidak puas dengan jawaban Kyungsoo, tapi memilih untuk diam dan mengajukan pertanyaan lain.

"Kau mau kembali ke ruang Yeonhab?" tanyanya.

"Iya. Masih ada yang harus aku bereskan untuk pertandingan final sepakbola dan basket besok."

"Kau mau aku tunggu dan kuantar pulang nanti? Hari ini aku libur bekerja."

"Boleh saja. Lagipula sebentar lagi Baekhyun akan selesai latihan dan akan menyusul juga ke ruang Yeonhab, dia mau menginap lagi."

Baru selesai Kyungsoo mengatakan itu, Baekhyun muncul di belokan samping tangga dengan keringat membasahi wajahnya sambil menenteng tas olahraga.

"Wah kalian sedang berkencan ya," kata Baekhyun, yang lalu meringis kesakitan karena puncak kepalanya dipukul oleh Kyungsoo sementara Kai tertawa melihat itu.

"Kau sudah selesai? Cepat sekali," kata Kyungsoo ketika mereka bertiga menaiki tangga.

"Pelatih bilang kita harus banyak istirahat malam ini karena harus mengumpulkan banyak energi untuk besok pagi. Jadi dia memutuskan untuk menyelesaikan latihan lebih cepat," jelas Baekhyun.

"Tumben sekali si Heechul sangat pengertian pada tim sepakbola," kata Kai berkomentar.

"Aku sendiri terkejut dia sangat baik sekali hari ini. Tapi entahlah jika besok ternyata kita tidak menang," kata Baekhyun bergidik ngeri.

"Bukankah dia pelatih yang baik," kata Kyungsoo.

"Memang, untuk beberapa hal."

Mereka bertiga sampai di ruang Yeonhab lalu masuk dengan Kyungsoo terlebih dulu. Saat sampai di ruang utama, dilihatnya Suho sedang menandatangani sesuatu diatas sebuah buku, dengan seorang laki-laki berdiri di sampingnya.

"Sampaikan pada Mr Ji Mun aku cuti hari kamis dan jumat, jadi tidak bisa masuk kelas untuk menggantikan dia mengajar," katanya memberikan buku itu pada anak laki-laki itu.

"Ne, sunbae. Gamsa habnida," katanya, kemudian meminta diri dan pergi.

"Hey kalian," sapa Suho ramah melihat mereka bertiga masuk, disambut Baekhyun dan Kai dengan mengangguk sedikit, "Do Kyungsoo, aku mau pulang. Kalau sudah selesai dengan tugasmu segeralah pulang," katanya mengambil kemeja di sandaran bangkunya dan menyampirkan ke bahunya.

"Ne, sunbae, sedikit lagi yang harus aku kerjakan," kata Kyungsoo. Kemudian ia berjalan ke mejanya diikuti Baekhyun dan Kai.

"Wah aku haus sekali," kata Baekhyun meraih botol minum Kyungsoo yang tersimpan di meja disamping tumpukan kertas. Tanpa menunggu izin pemiliknya Baekhyun membuka tutup botol dan menenggaknya.

"Sunbae," kata Kai tiba-tiba, membuat Suho, bahkan Kyungsoo, sedikit terkejut, "aku menyesal tim basket kita tak bisa masuk final dan menjadi juara."

"Tidak apa-apa. Kita bisa juara tahun depan. Kau masih ada kesempatan untuk mewakili kampus pada pertandingan tahun depan. Kau akan menjadi paling senior di tim setelah angkatanku dan Sehun masuk tingkat akhir," jelas Suho dengan ramah.

"Aku memang tidak mengatakan kalau aku hebat sehingga tanpa kehadiranku membuat tim basket kita kalah. Memang jika aku ikut bertanding bukan berarti kita akan juara, tapi aku sungguh menyesal apa yang sudah terjadi," kata Kai. Kyungsoo bisa melihat wajah Kai sedikit tertunduk dan memang menunjukkan penyesalan. Mau tak mau Kyungsoo senang dan bangga mendengar Kai mengutarakan hal itu pada Suho.

"Lupakan yang sudah terjadi. Memang bukan waktu kita untuk tahun ini. Masih ada kesempatan lain untuk membuktikan kalau tim basket kita yang terbaik," kata Suho, yang dijawab Kai dengan anggukan dan senyuman.

"Gomawoyo, sunbae."

Botol minum jatuh ke lantai dengan bunyi keras membuat sisa isinya tumpah. Kyungsoo, Kai dan Suho menoleh dengan kaget ke arah Baekhyun, yang tiba-tiba seperti orang linglung dan kehilangan keseimbangan.

"Hey, Baekhyun, kau kenapa?" tanya Kyungsoo panik, lalu menahan tubuh Baekhyun yang tiba-tiba jatuh. Kai pun membantu menahan tubuh Baekhyun, yang terlihat mulai kehilangan kesadaran.

"Baekhyun, hey, bangun Baekhyun," Kyungsoo semakin panik dan menepuk pipi Baekhyun.

"Kita harus segera membawanya ke rumah sakit," kata Suho yang setengah berlari menghampiri lalu mengecek keadaan Baekhyun.

Lalu mereka bertiga mengangkat tubuh Baekhyun yang pingsan dengan segera. Sebelumnya, secara reflek Kyungsoo mengambil botol minumnya di lantai dan membawanya.

[TBC...]

*


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C12
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login