"Wah, sepertinya jumlah bayarannya fantastis. Tapi, eh, apa saya boleh bertanya lagi?" Luci menggaruk kepalanya agak canggung.
Kekahwatiran tentang jumlah bayaran sepertinya sudah bisa terhapuskan walau belum sepenuhnya.
Tadi Tuan John bilang kalau Luci bisa melakukan tugas dengan baik maka bayarannya akan sangat mahal kan?
Sangat mahal bagi Evan tentu bisa berarti memiliki jumlah yang tak terhingga bagi Luci.
Tapi bagaimana jika Luci tidak bisa melakukan tugasnya dengan baik? Bagaimana jika Luci melakukan sedikit saja kesalahan? Apakah Luci tidak akan dibayar?
'Apa Tuan Evan sepelit itu?' Luci membatin lagi.
"Silakan." Tuan John mempersilakan dengan wajah datarnya kembali.
Sekarang Tuan John sedang memunguti kertas-kertas yang baru saja selesai di-print. Tuan John menatanya di atas meja lalu bersedekap kembali untuk menunggu kertas yang lain selesai di-print.
"Mmm, jadi," gumam Luci dengan gerakan tangan dan kepala gelisah.
Luci tidak yakin apakah Tuan John mau menjawabnya dan apakah Tuan John tidak akan marah kepada Luci nantinya.
Karena di sepanjang yang Luci lihat Tuan John itu pandai sekali tutup mulut. Bahkan Tuan John juga bisa menutup mulut Luci dengan mudah. Tuan John itu sama kuatnya dengan Evan.
"Jadi sebenarnya kapan misi saya bisa diselesaikan? Maksud saya tentu tidak akan memakan waktu lama kan?" Luci berdeham canggung sekaligus gugup.
Ini sungguh memalukan. Luci tidak pernah menanyakan hal-hal kecil seperti ini kepada para klien karena biasanya semua hal-hal kecil itu sudah disebutkan di dalam surat perjanjian.
Tapi berurusan dengan Evan … ah, sudahlah.
Mendengar pertanyaan yang dilontarkan oleh Luci telah membuat sebelah alis Tuan John terangkat.
Dan itu juga salah satu gesture yang tidak disukai oleh Luci. Intinya Luci benci semua gesture yang seakan-akan terdengar dan terlihat merendahkan orang.
Bukan tanpa alasan Luci membenci hal tersebut.
Di samping memang dulu saudara angkat tertua Luci yang pengkhianat itu memiliki gesture tersebut, alasan lainnya kenapa Luci membenci gesture tersebut adalah karena selama ini Luci selalu mendapatkan perlakuan seperti direndahkan oleh orang lain.
Karena memang Luci miskin dan tidak punya apa-apa. Satu-satunya yang dimiliki Luci adalah wajah ayu seperti boneka dengan tubuh sintal yang menarik perhatian.
"Tuan belum memberitahukan secara detail. Lebih baik Anda menunggu instruksi sebelumnya.
"Dan ini yang paling penting, berhenti bertanya tentang apa pun. Pihak kami akan memberitahukan apa yang boleh Anda dengar jika sudah saatnya," tandas Tuan John lalu mengumpulkan kertas-kertas yang sudah diprint dari mesin printer.
Sekarang semua dokumen sudah selesai dicetak, karena memang mesin printer sudah berhenti berderak.
Selain itu Tuan John juga terlihat sudah mematikan mesin berwarna hitam tersebut. Kemudian Tuan John merapikan kembali kertas-kertas yang tadinya hanyalah kertas biasa itu, tapi sekarang kertas itu sudah berubah menjadi sebuah dokumen.
Tuan John merapikannya dengan sangat hati-hati.
Tak lupa Tuan John menghitungnya satu persatu.
Lalu memeriksa apakah ada tinta yang double dan berserakan luntur. Pemeriksaan kesempurnaan dokumen itu memakan waktu sekitar lima menit.
Dan selama waktu lima menit itu Luci merenung dengan sangat dalam.
Gadis itu memikirkan apakah Luci sebaiknya kabur saja? Tapi jika nanti ada denda bagaimana? Bukankah denda itu masuk kategori hutang? Astaga, ini sangat rumit dan merepotkan.
Tuan John mencari penjempit kertas berukuran sedang dari dalam lacinya. Lantas lelaki itu sempat membubuhkan stempel yang berisikan tanda tangan milik Evan pada dokumen itu, karena Evan menolak untuk keluar saat ini.
Kemudian Tuan John menyambar sebuah polpen cair dan mewah dari atas mejanya. Tuan John hampir mengangsurkan benda-benda itu kepada Luci sampai akhirnya berhenti karena ada sebuah panggilan masuk.
Panggilan tersebut berasal dari Evan.
Tuan John pun menunda dulu memberikan dokumen itu kepada Luci karena Tuan John memilih untuk mengangkat telepon itu terlebih dahulu.
Dokumen itu nantinya harus dibaca, dipelajari, dan ditanda tangani oleh Luci.
"Ya, Tuan?" kata Tuan John dengan wajah sangat serius. Suaranya begitu berat dan tegas, bahkan lebih tegas dari suara Evan sekalipun.
Luci tidak tau apa yang sedang mereka bicarakan, dan siapa yang sedang menelepon Tuan John saat ini.
Tapi jika tebakan Luci benar, pasti Tuan John sedang berbicara dengan Evan, dan memang tebakan gadis itu benar adanya.
'Apa lagi? Apa lagi yang direncanakan monster itu?' tanya Luci di pikirannya sendiri.
Sekarang Luci sudah memiliki panggilan baru untuk Evan, yakni monster.
Itu terdengar sangat cocok untuk Evan karena Evan memang sangat kejam dan jahat seperti monster.
Tuan John mengerutkan kening, yang entah disebabkan karena apa.
Tapi yang pasti Luci memiliki firasat buruk, bahkan sangat buruk. Tanpa sadar Luci pun menggigit bibirnya sendiri.
"Anda yakin, Tuan? Ini terdengar sangat beresiko." Tuan John sempat melirik kepada Luci sekilas saat lelaki itu mengatakan 'sangat beresiko'.
Luci yang tadinya memandangi Tuan John karena ingin menguping pun akhirnya melengos setelah melihat Tuan John melirik padanya.
"Baik, Tuan, akan saya laksanakan. Baik." Panggilan pun diakhiri.
Sekali lagi Tuan John melirik sekilas pada Luci, tapi gadis itu sudah berhenti memandangi Tuan John demi menguping pembicaraan lelaki itu dengan Evan.
"Silakan dipelajari dan ditanda tangani," perintah Tuan John lalu menyerahkan dokumen yang berjumlah setidaknya seratus halaman itu.
Luci yang menerimanya pun menelan ludah dengan sangat susah payah. Akan membutuhkan waktu semalaman untuk mempelajari semua dokumen ini. Apa tim Evan benar-benar ingin menyiksa Luci?
Tapi Luci tidak punya pilihan lain selain membacanya. Lebih baik Luci mempelajari semuanya terlebih dahulu.
Jika Luci menemukan celah siapa tau saja Luci bisa lepas dari Evan. Luci tidak boleh menyerah. Benar! Luci tidak boleh menyerah
.
Sementara Luci sedang tekun mempelajari dokumen di tangannya itu, diam-diam Tuan John membuat selembar dokumen kembali.
Dokumen itu akan diselipkan pada dokumen yang sudah ditanda tangani oleh Luci.
Tuan John tau ini sejenis penjebakan, tapi Tuan John tidak bisa berbuat apa pun karena atasannya yang meminta.
Seperti yang Luci kira sebelumnya, dokumen yang berada di tangan Luci itu berisi tentang konsekuensi dan hukuman yang akan Luci dapatkan jika gadis itu melanggar perjanjian yang dilakukannya.
Sama seperti poin-poin perjanjian yang sudah ditanda tangani tadi, surat pengikat ini juga banyak sekali yang merugikan Luci.
Tapi untunglah kerugiannya tidaklah banyak. Di surat pengikat itu juga disebutkan tentang denda dan ancaman kurungan penjara, tapi itu tidak menjadi satu poin yang ditakuti Luci saat ini.
Satu-satunya yang Luci takuti hanyalah keselamatan Hans.
Berhubung pada surat pengikat tidak disebutkan bahwa si penerima jasa bisa mengancam si pemberi jasa dengan menculik atau menyakiti orang lain, maka Luci tidak mengkhawatirkan apa pun sekarang.
Setelah memperlajari surat pengikat itu selama satu jam, dan beberapa poin tidak benar-benar Luci baca, akhirnya Luci membubuhkan tanda tangannya, walau dengan hati yang sangat berat.
Bagaimana tidak. Jika pada job joki yang sebelum-sebelumnya Lucilah pihak yang akan menjadi pemegang kendali pada jalannya perjanjian.
Selain itu perihal denda dan juga ganti rugi Luci jugalah pihak yang biasanya mengajukan poin-poinnya.
Pada intinya klien hanya menerima berkas yang sudah jadi, lalu mereka yang akan mengajukan revisi. Tapi sekarang tidak, tidak sama sekali. Mau tak mau Luci merasa cemas sekaligus takut.
Akhirnya Luci selesai membubuhkan tanda tangannya.
Dengan berat hati gadis itu menyerahkan surat pengikat itu kepada Tuan John. Tuan John menerima dengan gerakan sangat formal.
Lalu Tuan John terlihat memfoto kopi surat tersebut menjadi empat salinan.
Luci tidak menaruh kecurigaan apa-apa saat ini. Dan Luci tidak tau kalau dia sedang dimanipulasi dan ditipu.
Luci juga tidak tau kalau salah satu lembar kertas yang sudah ditanda tanganinya tadi telah diganti oleh Tuan John.
Pada kertas itu menyebutkan satu poin yang sudah diganti oleh Tuan John.
Poin yang sudah diganti oleh Tuan John tersebut menyebutkan bahwa pemberi jasa (Luci) dan penerima jasa (Evan) akan menikah secara resmi jika hubungan atau pacaran kontrak mereka tidak bisa meyakinkan pihak keluarga dari penerima jasa.
***