Sementara di rumah, Dinda agaknya terus berusaha menelepon ponsel cowoknya. Tapi, sampai detik ini ponsel itu bahkan tidak terangkat sama sekali. Apakah sudah jam pelajaran kedua? Tapi Dinda tahu kalau jam sekarang mereka masih ada istirahat. Lalu, di mana gerangan cowoknya itu? Padahal biasanya, dialah yang akan menghubungi terlebih dahulu.
"Sayang, kamu kenapa? Kok resah banget kayaknya?" Siska yang baru saja masuk ke kamar Dinda pun langsung duduk, sambil menaruh cemilan di nakas samping ranjang Dinda. Untuk kemudian dia mulai mengobati luka putrinya itu lagi.
"Dinda hanya ngerasa khawatir ama Nathan, Ma. Padahal seharusnya ini jam istirahat, kan. Kok Dinda hubungi nggak diangkat ya? Padahal biasanya dia yang bakal ngehubungi Dinda duluan," keluh Dinda pada akhirnya.
Siska tampak mengulum senyum, kemudian dia memandang calon menantunya itu dengan gemas.