"Enggak kok!" jawab ketiganya kompak. Dinda yang merasa tidak nyaman itu pun agaknya menghentikan kegiatannya menarik-narik ujung kaus dan rok yang ia kenakan.
"Lagian sih, Gis. Kenapa bawa baju gantinya kayak ginian?"
"Tapi kan di gue itu pas. Kan tinggian elo badannya," kata Gisel. Dinda diam, karena memang benar Gisel tingginya setelinga Dinda.
Dinda masih sibuk dengan rasa tidak enaknya pun duduk manis sambil merapatkan kakinya, melihat Nathan yang masih terlelap.
"Sekali-kali lo pakai pakaian gitu kali, Din. Bagus juga tuh…," celetuk Benny. "Masak yang geu lihat lo pakaiannya dress selutut yang longgar-longgar, udah kayak Emak-Emak pakek daster,"
"Benny!" marah Gisel, dan Regar. Sahabat mereka itu kadang-kadang, entah sok polos, atau kelewat polos. Kalau bicara sering tidak pernah disaring. Tanpa peduli itu melukai orang lain atau tidak.