"Duh, jam berapa sekarang ya..?" gumam Na Ra sambil perlahan menyadari bahwa dia menggunakan arloji di tangan kirinya. Masih pukul sebelas malam, hanya keheningan kamar berselimut hawa dingin. Kepalanya terasa pusing akibat pukulan dari salah seorang pengawal yang melumpuhkannya tadi serta instict biologi yang menuntutnya untuk segera memberikan asupan untuk lambungnya yang kerontang.
Na Ra bukannya malas, tapi kepalanya justru berdenyut dan telinganya berdenging tatkala ia mencoba bangkit dari balutan selimut yang membungkusnya rapat.
Ternyata selimut itu hanya menutupi sebagian tubuhnya dan sepasang tangan yang merapat erat mendekap tubuhnya. Bai Long Jin memilih tidur daripada bergabung dengan keriuhan sisa pesta yang masih berlangsung di aula utama. Namun yang membuat Na Ra tak nyaman adalah posisi dimana Bai Long Jin meletakkan telapak tangannya, di perut dan dadanya, sungguh mengesalkan, meskipun hal itu bukanlah kali pertama.
Saat Na Ra mencoba memindahkan telapak tangan itu dari tubuhnya, Bai Long Jin justru semakin erat dan tidak sadar meremas anggota tubuh yang tidak seharusnya. Bahkan posisi kepala pria itu tepat berada lekuk lehernya, bahkan kaki kanannya sudah menumpu pada pinggang Na Ra secara otomatis.
"Kau lapar?" tanya pria itu dengan mata terpejam.
"Kau bangun?"
"Kau tiba-tiba bergerak setelah pingsan. Maafkan anak buahku yang sudah melumpuhkanmu tadi."
"Aku lapar."
"Aku juga... " Katanya sambil mendekatkan wajahnya, "Lapar karenamu." sambungnya.
Lalu dengan cepat Long Jin menggigit leher Na Ra, namun rasanya terabaikan karena rasa lapar yang mendera. Melihat Na Ra yang tidak merespon seperti biasanya, Jin paham dan segera membantunya bangun untuk makan malam.
Setelah berhasil menjangkau meja terdekat yang berisi beberapa jenis makanan, Na Ra pun berusaha memposisikan tubuhnya agar lebih stabil dan imbang. Tidak banyak yang Na Ra tahu tentang makanan apa yang dihadapannya dan sepertinya Jin juga tidak ingin menjelaskan apapun padanya, hanya dimsum dan gyoza saus asin yang diperhatikan.
Melihat Na Ra yang sudah mulai menyuapkan makanan ke dalam mulutnya, Jin pun memutuskan untuk keluar dan menyalakan rokok yang sebelumnya sudah dilinting secara manual, berisi tembakau dan cengkeh. Lalu sembari menikmati malam, Long Jin pun berjalan menuju ruang depan yang menjadi aula utama kediama keluarga Dan.
"Apa yang kau lakukan disini?"
"Aku hanya melihat-lihat."
"Tidak ada yang perlu kau lihat. Foto leluhurmu tidak dipajang disini, jelas kau lebih tahu alasannya."
"Aku tidak peduli, bagaimanapun juga mereka keluargaku." Long Jin kemudian tertawa mendengar pernyataan itu Dan Hei Fu.
"Kau bahkan dengan teganya membantuku untuk menyulik saudarimu sendiri.. ah maaf, kalian boleh dianggap kerabat atau orang luar dan boleh saja menikah."
"Seandainya aku tahu.."
"Lalu apa yang kau lakukan jika tahu? Menghabisinya? Supaya harta keluarga Dan jatuh ke tangan Ayahmu?"
"Kami hanya menjaga nya." Ucap Hei Fu dan kemudian berjalan meninggalkan aula.
Long Jin menatap kepergian pria itu tidak suka, meskipun sedikit banyak operasinya di lapangan beberapa kali mendapatkan bantuan pria itu. Namun karena asal-usulnya yang notabene keturunan tidak sah dari mendiang kakek buyut Na Ra, maka kelompok sembilan naga tidak menganggap keberadaan mereka. Itulah istilahnya, mereka hanya penjaga sampai tiba waktunya sang pewaris sah kembali ke kediaman asal.