"Aku tidak bisa menerimanya" ujar Stella sambil mengembalikkan cincin berlian itu.
Saga mengerutkan keningnya, dan ekspresinya jelas-jelas tidak senang.
"Baru saja kau mengatakan menyukainya, jadi aku membelikannya untukmu. Tapi, kenapa kau malah mengembalikannya padaku?!" ujar Saga dengan kesal.
Kapan aku berkata jika aku menyukai cincin itu? batin Stella bingung.
Stella kembali teringat saat dirinya disibukkan dengan pemikiran untuk menghindari Firman, mungkin saat itu Saga bertanya padanya.
Dia tersenyum dan berkata, "Hal-hal cantik seperti cincin ini, memang disukai wanita, termasuk aku. Tapi... tapi ini terlalu mahal, aku benar-benar tidak bisa menerimanya, Saga. Kau bisa memberikannya kepada calon istrimu."
Saga yang mendengar alasan Stella menjadi malas untuk berdebat kembali. Jadi, dirinya dengan cepat meraih tangan kanan Stella, kemudian memasukkan cincinnya di jari manis Stella.
Sedangkan, Stella yang agak terkejut, tidak bisa apa-apa saat cincin itu sudah ada di jari manisnya. Saat melihat cincin dengan hiasan berlian biru itu, Stella juga merasa aneh ketika menyadari harga mahal cincinya.
Saat mengulurkan tangannya untuk melepaskan cincin itu dan mengembalikannya ke Saga, dia melihat Firman mendekati mereka dengan kedua mata yang menyipit. Stella menjadi sangat panik, dan tidak lagi memperdulikan cincin itu. Dia juga langsung memeluk lengan Saga, tersenyum, dan segera berkata, "Saga ,aku sedikit lelah. Jadi, bisakah kau mengantarkanku pulang sekarang?"
Saga yang menyadari perubahan sikap Stella, memandangnya dengan pandangan curiga.
Stella yang menyadari tatapan Saga pdanya, masih mempertahankan senyumannya dan menggoyang-goyangkan lengan Saga pelan sambil berkata dengan agak manja, "Antarkan aku pulang, hm? Ya?" Dia juga sambil melirik ke depan, kediaman Firman semakin dekat ke arah mereka.
Saga yang juga melihat Firman, hanya diam dan saat akan menyapa pria itu, Stella menarik-narik tangannya dan segera membawa Saga pergi dari aula dengan tergesa-gesa.
Saat menyadari sikap Stella yang aneh, Saga berpikir jika Stella mengenal Firman.
Tapi, kenapa Stella menghindari Paman Firman? batin Saga bertanya-tanya.
Setelah keluar dari hotel, Stella melepaskan pegangannya dan menghela napas lega.
Saga yang berdiri di sebelahnya berkata, "Sudah malam, aku akan mengantarkanmu pulang"
Stella menangguk karena sudah sangat kelelahan dan ingin cepat-cepat pulang.
Mereka segera pergi ke tempat parkir, menuju mobil Saga.
Setelah lima belas menit perjalan, mereka akhirnya sampai di depan rumah Stella.
Saat Stella hendak turun dari mobil Saga dengan cepat mendekat ke arahnya dan mengecup bibir Stella, mengelus kepalanya, kemudian berkata dengan lembut, "Tidurlah dan jangan lupa untuk terus rindu padaku."
Stella yang masih terkejut dengan ciumannya, hanya bisa berkata dengan gugup, "H-hati-hati di jalan" Kemudian segera keluar dari mobil.
Saat melihat mobil Saga yang melaju pergi, tanpa sadar Stella menyentuh bibirnya dan merasakan seolah-olah masih ada sentuhan hangat di atasnya.
Ketika dia berada dalam rumahnya, Stella langsung berbaring ke tempat tidurnya dengan jantungnya yang masih berdebar dengan keras.
Perasaan apa ini? batin Stella sambil memegang dadanya dengan kedua tangannya.
Dia kemudian mengangkat tangannya. Saat melihat cincin berlian di jari manisnya, Stella kembali teringat.
Saat memikirkan harga cincin itu, Stella segera bangkit dan melepas cincinnya. Dia berencana untuk mengembalikannya ke Saga besok.
Namun, tidak peduli seberapa kuat Stella melepaskannya, cincin itu tidak bisa dilepaskan dan malah membuat tangannya memerah.
Stella segera berlari ke kamar mandi, dan saat sudah berada di dalam, dia segera mengambil sabun mandi dan digosok-gosokkan ke jari manisnya. Namun, cincin itu masih tidak bisa dia lepaskan.
Setelah berusaha beberapa lama, cincin itu masih tetap tidak bisa terlepas, walaupun Stella sudah menariknya sekuat tenaga. Akibatnya, tangannya malah memerah dan bengkak. Hingga, Stella menyerah dan hanya memandangi cincin berhiaskan berlian biru di jari manisnya.
Jenis cincin apa ini? Kenapa aku tidak bisa melepaskannya? batin Stella dengan kesal.
______
Di sisi lain, Saga yang sudah berada di kamarnya, masih memikirkan sikap aneh Stella di acara pelelangan tadi.
Semakin dia memikirkannya, semakin dia menyadari bahwa Stella sepertinya mengenal Firman dan bahwa Firman juga mengenalnya.
Mungkinkah ada hubungan di antara mereka? batin Saga bertanya-tanya.
Dia menjadi semakin tertarik pada Stella sekarang. Oleh karena itu, Saga ingin menyelidiki Stella lebih dalam.
Tiba-tiba dia memikirkan sesuatu.
Saga merenung sejenak, setelah beberapa saat, dia mengambil ponselnya dan segera menelepon Firman.
Sedangkan, Firman yang menyadari Saga meneleponnya, tanpa sadar memandang orang yang duduk di seberangnya, dan memperlihatkan ponselnya sambil tersenyum.
"Saga, ada apa kau meneleponku? Apa ada sesuatu yang ingin kau bicarakan padaku?" tanya Firman segera setelah dia mengangkat teleponnya.
Saga yang mendengar itu, bertanya, "Paman Firman, karena tadi aku terburu-buru, ada sesuatu yang tidak sempat aku tanyakan pada Paman. Aku hanya ingin bertanya apa Paman kenal dengan Stella?"
"Hm, aku tidak mengenal dirinya. Tapi menurutku dia wanita yang sangat cantik dan cocok denganmu." Firman berbohong. Sebenarnya, dia tahu Stella yang dibicarakan Saga adalah Dera. Namun, Firman tidak mengatakan pada Saga.
Sedangkan setelah mendengar pengakuan Firman, kekhawatiran Saga menghilang, dan setelah beberapa percakapan dengan Firman, dia menutup teleponnya.
Saga kemudian menggeleng dan tertawa saat kecurigaannya tidak terbukti.
Bagaimana bisa aku masih memikirkan jika Dera terlihat mirip dengan Stella saat melihat matanya? batin Saga tiba-tiba.
________
Di lain tempat, Firman yang melihat ke layarnya ponselnya yang gelap, segera menatap Frans yang duduk di seberangnya, dan bertanya dengan ekspresi bingung, "Pak Tua, kenapa kau membiarkan aku berbohong kepada Saga? Stella yang kulihat di acara pelelangan tadi adalah Dera. Aku yakin itu dan sejak kapan Dera menjadi Stella?"
Saat menyadari ekspresi kebingungan temannya, Frans tidak menjawab untuk beberapa saat, tetapi tersenyum, kemudian berkata dengan pelan, "Itu sudah urusan anak muda seperti mereka. Kita yang sudah tua ini, tidak perlu mencampuri urusan mereka. Juga, nama Dera memang Stella, lebih tepatnya Stella Derandra."
"Oh, pantas saja Saga memanggilnya Stella" ujar Firman, kemudian menghela napasnya. Dirinya juga tidak ingin bertanya lebih lanjut, jadi dia berinisiatif mengubah topik pembicaraan mereka. "Pak Tua, kau selalu ingin melihat mereka berdua akur. Sekarang keinginanmu telah tercapai. Aku jadi yakin kau akan segera mendapatkan cucu."
Sedangkan, Frans yang kembali memikirkan harapannya untuk segera menimang cucu, dirinya berkata sambil tersenyum, "Aku memang sangat berharap Dera dan Saga menjadi lebih dekat dan akur. Aku juga tidak sabar ingin segera menimang cucu."
"Hm, baiklah. Karena ini sudah larut malam, aku akan pulang dulu, Frans" ujar Firman dan kemudian segera bangir berdiri dan kelaur dari ruang tamu.
Frans hanya menganggukkan kepalanya.
Saga, bocah nakal ini, terus mengatakan bahwa dia tidak menyukai Dera, tetapi sekarang dia bahkan membelikan cincin mahal untuk Dera! batin Frans.
Jika bukan karena Firman yang memberitahunya hari ini, dia tidak akan tahu mengenai cincin itu.
_______
Pagi harinya, Stella terbangun dan saat melihat cincin berlian biru di jari manisnya, dirinya kembali merasa pusing.
"Aish! Kenapa aku tidak bisa melepasnya, Sih?!" ujar Stella dengan kesal.
Semakin dia memikirkannya, dia semakin merasa kesal. Hingga, dia memiliki sebuah ide.
Stella segera turun dari ranjangnya, kemudian mengambil plester dari dalam laci. Setelah itu, dia segera melilitkan plester itu di jari manisnya untuk menutupi cincin berlian birunya.
Walaupun, terlihat aneh, Stella tidak mempedulikannya dan yang terpenting cincin itu berhasil dia tutupi.
Kau benar-benar menyebalkan, Saga! batin Stella.