Download App

Chapter 3: Part 3

Matamu, seindah senja

-Devan Mahendra Nasution-

###

Telat, entah kenapa untuk hari ini aku telat bangun padahal biasanya sehabis shalat subuh aku tidak pernah tidur kembali, tetapi berbeda untuk hari ini rasanya mata ini ingin selalu terpejam.

Aku bergegas membersihkan diri agar bisa berangkat ke kantor. Sebelum ke kantor aku ingin sarapan terlebih dahulu di cafe depan kantor ku. Jangan dikira aku tinggal dengan orang tua ku, karena jawabannya adalah tidak, aku tinggal di rumah ku sendiri karena berhubung kantor lebih dekat dengan rumah ku ketimbang dari rumah orang tuaku.

Pagi ini lumayan ramai pengunjung cafe, Karena saat aku masuk, meja-meja kosong sudah banyak terisi penuh. Aku mulai mengedarkan pandangan untuk mencari meja kosong, dan mata ku berhenti dekat jendela bagian pojok.

Segera aku bergegas dan memanggil seorang waiters. Saat waiters perempuan tersebut mulai mendekat aku tertegun melihat mata indah dan juga senyum nya. Mata itu indah, seindah senja dan senyumnya menyiratkan kelembutan. Untuk beberapa menit aku terpaku saat dia tersenyum sebelum dia melambaikan tangan nya untuk mengembalikan kesadaran ku.

"Emm saya ingin nasi goreng spesial dan minum nya air mineral aja" ucap ku datar menutupi tingkah ku yang mendadak jadi gugup. Entahlah sesaat melihat mata dan senyum nya aku merasa ada yang aneh dalam diriku.

Langsung aku ber-istighfar, bahwa aku harus menundukkan pandangan ku. Tetapi itu tidak berlangsung lama ketika dia kembali datang sambil membawakan pesanan ku, dia lagi-lagi tersenyum ramah, mungkin aku saja yang terlalu geer dan terlalu berlebihan. Dia selalu tersenyum ramah pada setiap pengunjung, dan Aku tersadar saat bunyi lonceng pertanda ada yang masuk, dan saat aku sadar dia sudah tidak ada di depan ku.

Devan bergegas untuk menyelesaikan makan nya agar cepat mengerjakan pekerjaan yang sempat tertunda karena pagi ini dia terlambat.

Setelah selesai makan, Devan pun langsung membayar makanan nya ke kasir, tetapi saat sudah sampai kasir, devan pun melihat perempuan yang ada di depannya ini menatap kagum dirinya.

###

Devan berjalan masuk kedalam kantornya dengan penuh wibawa yang banyak di kagumi karyawan nya terlebih karyawan perempuan, Devan selalu memasang wajah datar dan juga dinginnya.

Devan termasuk orang yang tidak mau menjadi bahan pujaan setiap orang, terlebih lagi oleh kaum hawa. Devan merasa dirinya tidak pantas di puja puji, dia hanya sekedar manusia biasa, dia bukan malaikat, dewa apalagi tuhan.

Meskipun wajahnya yang memang tidak bisa di ragukan ke tampanannya, tetapi menurut Devan yang patut untuk di puja puji adalah sang maha pencipta terlebih yang menciptakan dirinya dan seluruh makhluk yang ada di bumi.

Sampai di ruangan nya, Devan segera berkutat dengan menyelesaikan pekerjaan yang sempat tertunda, dan sebentar lagi dia akan melakukan meeting dengan klien nya yang dari luar negri. Akan tetapi kedamaian seorang devan mahendra nasution terhenti karena dering handphone yang ada di meja nya berbunyi dan tertera nama 'Mama' devan segera mengangkat handphone nya.

"Halo, Assalamu'alaikum ma, kenapa?" Seorang devan berubah lembut ketika berhadapan dengan mama nya, wanita satu-satunya dalam hidup Devan. Wanita yang sampai kapanpun akan dia bahagia kan sampai dirinya sudah tidak bernyawa lagi, wanita yang akan dia hormati, cinta pertama nya 'Mama'.

"Wa'alaikumussalam nak, mama kangen sama Devan. Kamu kapan pulang ke rumah?" Nada mama nya terdengar lembut, bagi Devan mama nya ini adalah perempuan yang lemah lembut, tidak pernah bisa marah, bahkan mama nya ini terlalu sabar menurut Devan.

"Mama sabar ya, devan minggu ini pulang kok. Mama sabar yaa" ucap devan lembut kepada mama nya, di ujung sana sang mama hanya bisa menghela nafas "Kamu minggu tadi gak pulang loh devan, mama takut minggu ini kamu juga gak pulang, kamu sibuk banget kayak papa kamu, mama sendirian tau di rumah" sahut mama nya lagi dengan nada merengek, devan yang mendengar pun terkekeh pelan mendengar mama nya dalam mode manja.

"Aku kan kerja ma" mama nya hanya his menghela nafas jengah melihat anak semata wayang nya ini yang gila bekerja.

"Kamu makanya nikah sana, biar kalo kamu sama papa kerja ada istri kamu yang nemenin mama di rumah. Mama nya mulai ceramah lagi untuk menyuruh devan menikah.

"Gak ada yang cocok sama aku mah, lagian aku kan gak mau pacaran, aku mau ta'aruf aja tapi nanti yaa maa, devan belum nemuin perempuan yang cocok jadi istri nya devan".

Devan memberikan pengertian kepada sang mama. Sebenarnya pikiran devan berkelana kepada sosok perempuan yang ada di cafe tadi, entah kenapa devan merasa tertarik melihatnya.

Sosok perempuan dengan memakai hijab nya apalagi saat aku menatap manik matanya yang indah, senyum nya yang penuh ketulusan.

"Devan? Halo nak, kamu masih di sana Kan?" Tanya sang mama menyadarkan devan yang sedang melamun. "Iya ma, masih kok" berapa kali hari ini dia suka melamun, hanya karena sosok perempuan tadi.

"Udah dulu ya mah, devan mau lanjut kerja lagi, tungguin devan pulang ke rumah". Aku segera mengakhiri percakapan tersebut setelah mama mengiyakan.

"Ya Allah, jika memang engkau mentakdirkan aku dengan perempuan tadi, maka pertemukan aku dengan dia dengan cara dan waktu yang tepat untuk aku menjemputnya dengan cara yang benar pula" Doa devan dalam hati, dia pun yakin dengan perasaan nya untuk perempuan berhijab tadi.

###

Devan segera bergegas untuk ke ruang meeting, karena sekretaris nya Robby sudah memberitahu kan bahwa meeting 10 menit lagi akan segera di mulai. Sengaja devan mencari sekretaris laki-laki karena dia menghindari adanya kabar-kabar yang mungkin suatu saat nanti akan membuat kesalahpahaman, lebih baik devan siaga terlebih dahulu.

Selama meeting berlangsung, wajah datar dan dingin milik devan tidak pernah hilang dari wajahnya. Bahkan sebagian dari perempuan yang ada di dalam ruangan meeting menatap kagum devan, meskipun devan sudah beberapa kali menghunuskan tatapan tajamnya. Tetapi perempuan-perempuan tersebut seolah tidak pernah bosan untuk menatap nya penuh kagum.

Devan sendiri dalam hati sudah mengeluh melihat tatapan-tatapan memuja dari mereka semua, tetapi dia harus menyelesaikan meeting ini terlebih dahulu, dia harus menahan geram terhadap perempuan-perempuan tersebut.

Setelah meeting selesai, bertepatan dengan makan siang. Klien mengajak untuk makan siang di cafe depan Kantor nya, sesaat devan terdiam mendengar cafe depan kantor. Pikiran nya berkelana sesaat sarapan di cafe tersebut. Dimana di situ dia bertemu dengan perempuan pemilik mata indah seindah senja.

Devan beserta klien nya sepakat untuk makan di cafe depan Kantor. Devan sendiri tidak berharap untuk bertemu dengan perempuan tersebut.

Niat dia hanya ingin menerima ajakan dari klien nya. Setelah sampai mereka semua mencari meja kosong dan memesan makan. Seperti dugaan devan dia tidak melihat perempuan tersebut, terlihat jelas yang mencatat pesanan mereka adalah waiters laki-laki dengan nam-tag Budi Ariawan.

Mereka semua menikmati makan siang di selingi dengan obrolan kecil, tapi tidak dengan devan. Dia hanya menyahut ketika di tanya terlebih dia hanya menjawab secara singkat saja.

Bagi seorang devan buat apa berbicara terlalu banyak, toh lagi makan tidak boleh sambil berbicara. Klien yang melihat tingkah devan tersenyum maklum karena mereka kenal sosok devan memang terkenal dingin, irit bicara dan tidak ketinggalan wajah nya selalu datar.


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C3
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login