"Erza." Erza pun datang ke pabrik kosong yang ada di pinggiran kota. Satria dan yang lainnya sudah menyambutnya di sini. Demi kenyamanannya, Erza juga sudah meminta Wika untuk maju dan menjadikan tempat ini menjadi miliknya. Setidaknya, tempat ini akan membuatnya lebih mudah untuk menyelesaikan sesuatu.
"Apakah kamu yakin jika tidak ada masalah?"
"Sama sekali tidak. Aku mempertaruhkan hidupku." Wajah Satria terlihat tegas dan dia sepertinya takut jika Erza tidak akan mempercayainya.
"Okay tapi tidak perlu mengatakan hal yang seperti itu lagi nanti. Ayo masuk dan melihat ke dalam." Saat berbicara, Erza juga menepuk bahu Satria.
Tubuh Satria pun menjadi kaget karena mendengat perkataan Erza barusan. Itu bahkan telah membuat Satria menjadi sangat bahagia. Bagaimanapun, dia hanya mengira jika Erza akan bercanda sebelumnya, tapi ternyata ini benar. Untuk tahu siapa Erza yang sebenarnya, dia cukup tahu jika orang seperti Irfan saja juga sangat menghormati Erza.