Download App
52.94% The Loneliest CEO / Chapter 8: Mengambil Hati Raja

Chapter 8: Mengambil Hati Raja

Siang itu Agung sedang duduk dan mempelajari kasus pembunuhan ayah dari klien nya. Tiba – tiba sekertarisnya datang ke ruangannya dan memberikan kotak hadiah. Agung menerima hadiah itu, lalu sekertarisnya kembali ke meja kerjanya. Agung penasaran siapa yang memberinya hadiah itu. Ia mencari nama pengirimnya di kotak itu tetapi tidak ditemukan. Kemudian Agung membuka kotak hadiah itu. Kotak hadiah itu berisi mahkota Raja pada masa Kerajaan Jawa.

"Hah, apaan nih, kok ada yang ngasih beginian". Kata Agung.

Setelah mengeluarkan mahkota itu dari kotak hadiah, Agung melihat sepucuk surat yang diselipkan di dalam kotak. Agung segera membaca tulisan itu.

Teruntuk Yang Mulia Raja ke 4 Kerajaan Jawa, Gusti Prabu Rumbaka Nagara, aku persembahkan mahkotamu yang telah hamba simpan sejak abad ke 14. Semoga gusti prabu dapat menerimanya dengan baik. Dari abdi setiamu Mahapatih Ksatria Mahawira.

Agung sangat terkejut ketika membaca surat itu.

"Apa – apaan nih, orang stress kali yang ngirim".

Karena Agung mengingat bahwa kakaknya adalah sejarahwan, ia berniat untuk memberikan mahkota itu kepada kakaknya.

Grando sudah kembali bekerja setelah mengambil cuti kemarin. Vita datang menemuinya di ruang CEO sambil mengantarkan berkas kliennya yang hendak menikah. Vita meminta tanda – tangan Grando agar ia bisa memulai mengatur pernikahan klien nya. Grando pun menanda – tanganinya. Tetapi ia tidak mengucapkan sepatah katapun. Tidak seperti kemarin – kemarin yang mana ia selalu berkata kasar pada Vita. Vita merasa aneh dengan sikap Grando hari itu padanya. Ia pun mulai mengajak Grando berbicara.

"Bapak kok cepet banget baliknya?". Tanya Vita.

"Kenapa? Kau pasti tidak senang karena aku kembali ke kantor". Jawab Grando.

"Bukan begitu, bukannya upacara kematian pada saat bulan purnama bisa sampai berhari – hari?". Tanya Vita.

"Hah? Tau apa kau tentang upacara kematian, kau kan anak jaman sekarang". Kata Grando.

"Tau, pasti bapak mendoakan kematian bapak sendiri kan?". Tanya Vita.

"Apa?? Bagaimana kau bisa tahu?". Tanya Grando.

"Aku prihatin sama bapak, semoga bapak segera bisa beristirahat dengan tenang". Vita sambil menepuk – nepuk Pundak Grando. kemudian Vita kembali ke ruangannya.

"Apa? Dia mendoakan ku beristirahat dengan tenang? Ini pasti ulah Bambang". Kata Grando.

Grando berteriak memanggil Bambang. Bambang segera datang ke ruangan CEO. Kemudian ia mengomeli Bambang.

"Vita kan udah dekat sekali dengan gusti patih, saya pikir ada baiknya dia mengetahui siapa gusti sebenarnya". Kata Bambang.

"Tapi ini terlalu cepat bambang!!! Kalau dia sampai cerita ke orang lain bagaimana?". Tanya Grando.

"Tidak mungkin, sebelum saya beritahu, dia sudah tau kalau anda sedang di hukum oleh Dewi Bulan". Kata Bambang.

"Hahh,, kalau bukan kau, siapa lagi yang memberitahu?". Tanya Bambang.

"Anda sendiri, waktu anda mabuk".

"Mabuk?".

Kemudian Grando mengingat saat ia pergi ke Pasar Rakyat di Kota Tua. Waktu itu ia salah mengambil minuman. Ia meminum tuak sampai mabuk. Kemudian Grando berteriak dan mengacak – acak kepalanya. Teriakan Grando terdengar hingga ke ruangan konsultan tempat Vita bekerja bersama dengan rekan – rekannya.

"Waduh kenapa tuh Pak Grando?". Tanya teman sebelah Vita.

"Biasa paling ngamuk sama Bambang". Kata Vita.

"Kok serem ya".

"Udah, Gak udah dipikirin, ayo kerja lagi". Vita menyuruh temannya untuk melanjutkan pekerjaan nya.

Malam telah tiba, Grando menyelinap ke rumah Agung. Ia mengamati Agung dari balik semak – semak. Saat itu Agung sedang membaca koran sambil minum es kopi di teras rumahnya. Melihat hal itu Grando memiliki maksud baik untuk menukar minuman Agung dengan air jahe hangat kesukaan dari Prabu Rumbaka. Grando menggunakan sihirnya untuk mengganti air di dalam cangkir Agung. Grando beraksi, tanpa sepengetahuan Agung. Agung mengambil cangkirnya lalu meminum jahe itu. Agung terkejut dan langsung menyemburkan air jahe itu.

BYUUURRRRR..

"Apaan nih, perasaan tadi bikin kopi, kenapa berubah jadi jahe,,". Kata Agung yang kebingungan.

Melihat Agung yang tidak menyukai minuman itu Grando Jadi kecewa. Setelah Agung masuk ke dalam rumahnya, Grando meletakan kotak hadiah untuk Agung.

Ke esokan harinya saat hendak berangkat kerja, Agung membuka pintu rumahnya dan melihat kotak hadiah. Karena ia sudah kesiangan, ia membawa kotak hadiah itu ke kantor dan akan membukanya setelah ia tiba di kantor. Sesampainya di kantor, ia duduk dan membuka laptopnya di meja kerja nya. Setelah kerja berjam – jam, ia menyadari bahwa ia membawa kotak hadiah. Kemudian Agung mengambil kotak hadiah yang ia letakan di samping meja kerjanya. Lalu ia pun membuka kotak hadiah itu. Di dalam kotak hadiah itu berisi 3 botol jamu yang terbuat dari rempah rempah seperti air jahe yang dicampur dengan gula jawa, beras kencur, dan kunyit asam.

"Aduh apa lagi ini". Kata Agung.

Kemudian Agung juga mendapati sepucuk surat di dalam kotak itu.

Gusti Prabu, hamba berikan jamu kesukaan gusti. Agar gusti selalu dalam keadaan sehat. Saya berharap Gusti Prabu berumur Panjang. Dan bahagia sepanjang masa. Salam hormat hamba gusti, dari Mahawira.

"Hah, siapa sih orang ini,, gak jelas. Baiklah, nanti sore aku harus pergi ke gallery kak rudy". Agung hendak memberikan semua hadiah misterius yang ia terima kepada kakaknya.

Ditempat lain, Lisa sedang syuting iklan sebuah produk jamu. Ia syuting dikawasan candi. Saat itu ia sedang berjalan disekitaran candi yang dulunya bekas bangunan Istana Kerajaan Jawa. Lisa berkeliling mengamati sekitaran candi itu, seolah ia terbawa ke kehidupan masa lalunya. Orang – orang bilang itu seperti dejavu. Lisa melihat bayang – bayang di masa lalu ada banyak dayang yang sedang sibuk mempersiapkan pernikahan. Pernikahan siapa yang sedang disiapkan para dayang itu. Namun ia seperti mendengar seorang dayang memanggilnya, "Gusti putri, mari saya antar ke kamar anda". Setelah mendengar suara itu Lisa tersadar kemudian menoleh ke belakang. Tidak ada seorangpun di belakang nya saat itu.

"Apaan sih, kok aku jadi menghayal gini". Kata Lisa.

Sesungguhnya Lisa sedang tidak menghayal. Di masa lalu, sepertinya ia memang seorang putri.

Hari itu Bambang keluar kantor karena di minta Grando untuk membelikannya Bir Jawa yang akan Grando berikan kepada Agung. Bambang berjalan ditengah terik matahari yang menyengat wajahnya.

"Aduh, panas banget nih, kelakuan orang tua bener – bener deh, hari gini dimana ada bir jawa, bentuknya seperti apa pun aku belum pernah lihat". Bambang menggerutu sambil menutupi wajahnya dengan tangan.

Bambang berjalan dengan cepat karena ia tidak tahan dengan panasnya matahari. Dari arah yang berlawanan ada seorang wanita yang sedang jalan sambil mainin HP nya. Tidak sengaja mereka berdua bertabrakan. HP wanita itu jatuh ke jalanan. Mereka berdua sangat terkejut. Kemudian Bambang mengambilkan HP milik wanita itu, tetapi ternyata HP nya rusak. Bambang meminta maaf dan berjanji akan menggantinya. Bambang meminta kartu nama wanita itu agar dapat menghubunginya kembali untuk menyerahkan HP pengganti untuknya. Di kartu namanya tertulis nama Alya Anggina. Ya dia adalah Alya yang merupakan temannya Vita. Entah pertemuan itu memang tidak sengaja, ataukah pertemuan itu adalah takdir. Yang jelas Alya nampak seperti wanita idaman Bambang. Mereka pun saling berkenalan. Setelah bertukar kartu nama, mereka pun saling berpamitan.

Malam telah tiba, hujan turun dengan derasnya. Grando duduk di teras rumahnya sambil menatap langit. Suasana malam itu terasa sangat dingin. "Tidak ada bintang malam ini". Kata seorang wanita. Grando terkejut mendengar suara itu, lalu ia menoleh. Tidak disangka ada Dewi Bulan duduk di sebelahnya.

"Dewi, apa yang kau lakukan disini?". Tanya Grando.

"Lho, memangnya aku tidak boleh melihat anak ku?". Tanya Dewi Bulan.

"Ya boleh, tapi aku heran mengapa kau senang muncul tiba – tiba. Mengagetkan saja". Kata Grando.

Kemudian Dewi Bulan menanyakan apa yang akan Grando lakukan kepada Agung setelah ia mengetahui bahwa Agung adalah Raja yang selama ini ia nantikan. Grando mengatakan bahwa ia tidak mampu memaksa Agung untuk mengingatnya. Ia akan membuat Agung untuk mengingatnya pelan – pelan.

Dewi Bulan menyarankan agar Grando tidak buang – buang waktu dan segera mencari reinkarnasi Putri Cendrawati. Grando sudah hidup selama 700 tahun, ia harus segera mengakhiri hidup abadinya dan beristirahat dengan tenang. Grando meminta Dewi Bulan untuk bersabar. Ia akan menyelesaikan hukumannya di waktu yang tepat. Dewi bulan menepuk – nepuk Pundak Grando. Kemudian ia menghilang.

"Haduh, mahluk itu. Tiba – tiba dia datang, setelah itu tiba – tiba menghilang. Dia bilang aku anaknya, tetapi mengapa ia memberikan ku hukuman sekejam ini".

Grando masuk ke dalam rumahnya.

Di tempat lain, Agung sudah sampai di Gallery milik Kakak nya di SCBD. Ia masuk kedalam dan meletakan payungnya di pojokan. Di tempat yang memang dikhususkan untuk menyimpan payung.

"Loh gung, tumben kamu hujan – hujan kesini". Kata Rudy.

"Ini, aku bawa banyak benda – benda kesukaanmu". Kata Agung.

"Apa itu?". Tanya Rudy.

"Ini ada mahkota, kek apasih ini katanya mahkota raja, terus ini jamu – jamu buat kamu".

Agung menjelaskan bahwa ia mendapatkan semua itu dari seseorang yang mengaku patih kerajaan yang bernama Mahawira. Agung menganggapnya sebagai orang sinting yang sedang terobsesi ingin menjadi patih dan menjadikan ia sebagai raja nya. Namun Rudy teringat akan cerita Grando sebelumnya bahwa ia sedang mencari reinkarnasi rajanya. Rudy menyarankan Agung untuk pergi ke pura di Jawa Timur. Disana Ada seorang pemangku yang mampu membawanya untuk melihat masa lalunya. Agung mengatakan bahwa ia tidak percaya dengan hal – hal seperti itu, namun Rudy meyakinkannya bahwa tiada salahnya ia mencobanya. Kemudian Agung mengatakan bahwa ia akan menerima saran dari kakaknya itu.

Ke esokan harinya di ruangan CEO, Grando menggebrak meja sambil memarahi Bambang. Pada saat itu Vita sedang berada di depan pintu ruangan CEO dan mendengar suara gebrakan meja itu. Vita menghela nafas kemudian ia membuka pintu ruangan CEO. Mendadak Grando menjadi salah tingkah dan meminta Bambang untuk keluar dari ruangannya. Setelah Bambang keluar dari ruangan CEO, Vita menasihati Grando untuk berhenti berbuat kasar kepada Bambang. Grando harus meminta maaf kepada Bambang karena ia selalu emosian setiap ada masalah.

"Masalahnya Bambang itu gak pernah bisa menjalankan tugasnya dengan baik". Kata Grando.

"Tapi selama ini Bambang kan udah mengurus bapak dengan baik, kalau nanti Bambang ninggalin bapak gimana?". Kata Vita.

"Ninggalin saya? Tidak mungkin". Kata Grando.

"Mungkin saja kalau dia sudah tidak tahan lagi".

"Lalu apa yang harus aku lakukan?". Tanya Grando.

"Cepat temui dia dan minta maaf".

"Baiklah".

Grando keluar ruangannya dan menemui Bambang. Ternyata Bambang sedang membereskan barang – barang yang ada di mejanya. Bambang berniat untuk meninggalkan Grando. Ia membereskan barang – barangnya dengan mata yang berkaca – kaca karena sebenarnya ia tidak ingin meninggalkan Grando. Ia hanya tidak tahan dengan sikap Grando yang selalu memarahinya. Saat ia hendak memasukan buku nya ke dalam kerdus. Grando memegang tangan Bambang untuk mencegahnya berkemas.

"Maafkan saya Bam,, Jangan pergi". Kata Grando.

"Saya udah berusaha melayani gusti, tetapi sepertinya saya bukanlah yang terbaik". Bambang dengan mata yang berkaca – kaca.

"Tidak, kau lah yang terbaik, saya memang keterlaluan dan tidak tahu terima kasih, tolong maafkan saya". Pinta Grando.

"Sekarang kan gusti udah ada Vita, saya pikir gusti tidak butuh saya lagi". Kata Grando.

Grando langsung memeluk Bambang. "Meskipun sudah ada Vita, kau tetap sekertarisku yang tidak akan tergantikan". Kemudian Grando melepaskan pelukannya dan berkata, "Sudah ya, berhenti berkemas, lanjutkan pekerjaanmu". Bambang menganggukan kepalanya dan ia berhenti berkemas. Grando hendak kembali ke ruangan CEO namun ia mendapati Vita yang mengintipnya diam – diam. Grando langsung menarik tangan Vita dan membawanya kembali ke ruangan CEO.

"Haduh anak itu benar – benar belum dewasa". Grando sambil duduk di kursi kerjanya.

"Huhh,, untung bapak minta maaf kan,, kalau tidak pasti dia sudah lari". Kata Vita.

"Tidak mungkin, Bambang sudah terikat dengan ku. Sekeras apapun ia ingin meninggalkanku pasti ia akan kembali".

"Hah,, maksudnya?". Tanya Vita.

"Semestinya Bambang tidak pernah lahir ke dunia, tapi aku mengubah takdirnya. Aku menyelamatkan leluhurnya, dan takdirnya adalah melayaniku hingga akhir". Jawab Grando.

"Hingga akhir?". Vita masih tidak paham apa maksud dari perkataan Grando.

"Terus terang hidupku akan berakhir sebentar lagi, jadi jangan merindukanku ya". Kata Grando sambil kedip mata.

"Dasar om genit, cepat akhiri hidupmu". Kata Vita.

Vita mengambil beberapa dokumen di meja Grando lalu pergi meninggalkan Grando. Grando tersenyum sambil berkata dalam hati. "Aku mulai merasakah kehidupan yang sebenarnya setelah bertemu dengan gadis itu, rasanya aku ingin hidup 100 tahun lagi. Tapi takdirku mungkin hanya sampai tahun ini. Entah apakah aku mampu merelakannya".

Vita mendapatkan telepon dari Agung. Agung mengatakan pada Vita bahwa ia akan pergi ke Jawa Timur. Ia meminta Vita untuk mengundurkan acara pernyataan cintanya kepada Lisa karena ia sedang ada urusan yang mendesak. Vita bertanya apakah Agung telah memberitahu Lisa bahwa acara makan malam mereka akan diundur, kemudian Agung mengatakan bahwa ia telah memberitahu Lisa. Lisa pun menyetujuinya karena ia sedang ada jadwal syuting yang tidak bisa di tunda. Setelah mendengar perintah Agung, Vita langsung menelpon Vendor dan membatalkan semua order yang telah ia sepakati. Rekan kerja yang duduk disampingnya merasa khawatir karena melihat wajah Vita yang murung.

"Kenapa Vit? Kamu batalin semua ordermu ya?". Tanya Christian teman kerja Vita yang meja kerjanya bersebalahan.

"Iya nih, biasalah klien ku orang sibuk, cowoknya pengacara, cewenya artis, jadi ya gini susah banget ngaturnya, jadinya gak beres – beres deh". Jawab Vita.

"Oh kamu masih ngurusin si pengacara itu, bukan nya itu udah sejak kamu baru masuk kerja disini?". Tanya Christian lagi.

"Iya, udah lama banget kan udah lebih dari  3 bulan, harusnya mereka udah jadian. PDKT nya kelamaan". Jawab Vita.

Kemudian rekan kerja Vita berusaha untuk menenangkan Vita yang saat itu terlihat lesu.

Agung sudah tiba di Jawa Timur. Agung dan Rudy sudah berada di dalam mobil menuju ke Pura. Di dalam perjalanan, Agung merasa ia pernah mengunjungi tempat itu padahal ia belum pernah mengunjunginya sama sekali.

"Kak, kok kayanya aku pernah kesini deh". Kata Agung.

"Mana mungkin, kamu kan anak kota, mana pernah kamu mengunjungi desa ini". Kata Rudy.

Tetapi Agung tiba – tiba terbawa dengan ingatan masa lalunya. Ia seperti melihat banyak rakyat dipinggir jalan yang bersujud memberinya hormat. Kemudian Agung tersadar kembali.

Tiba lah Agung dan Rudy di sebuah Pura. Mereka langsung menemui seorang pemangku. Pemangku itu mengajak mereka untuk duduk disebuah saung kecil diatas gunung yang pemandangannya sangat alami. Ia menanyakan apa yang bisa ia bantu untuk Agung dan Rudy. Langsung saja Rudy mengatakan bahwa ia ingin mengetahui masa lalu adiknya. Kemudian Pemangku itu memintanya untuk duduk sila dan mengosongkan pikirannya. Ia mulai membacakan doa dan memercikan air suci kepada mereka. Tidak lama kemudian Agung teringat masa lalunya. Agung mengingat saat ia memberikan keris kepada Mahawira. Agung juga mengingat saat ia pergi berkelana dan melihat lukisan Putri Cendrawati. Lalu Agung mengingat saat ia pertama kali melihat Putri Cendrawati di Istana Kerajaan Sunda. Setelah itu ia pun tersadar. Tetapi ingatan itu belum nampak jelas bagi Agung, ia meminta bantuan Pemangku untuk membawanya ke masa lalu kembali. Agung kembali masuk ke masa lalunya, Ia mengingat saat ia memarahi Mahawira karena telah menyebabkan kematian calon Permaisurinya. Kemudian ia mengingat saat ia membangun candi untuk makam Patih Mahawira.

Agung tersadar lalu ia langsung membayangkan wajah Grando. Rudy menanyakan apa yang terjadi di masa lalunya.

"Saya adalah raja yang sangat dicintai rakyat, saya memiliki patih yang sangat setia, namun ia membuat kesalahan. Ia telah menyebabkan calon permaisuri saya bunuh diri, dan itu membuat dia dihantui oleh rasa bersalahnya. Kemudian ia membunuh dirinya sendiri". Kata Agung.

"Apa anda mengenal siapa patih yang anda maksud?". Tanya Pemangku.

"Ya, dia adalah Pak Grando, CEO PT Mencari Cinta Sejati". Kata Agung.

"Berarti semua itu hadiah darinya? Jika begitu dia sangat merindukanmu". Kata Rudy.

"Temui dia, dan selesaikan masalah anda di masa lalu dengan orang tersebut, saya melihat dia sedang menjalani hukumannya". Kata Pemangku menasihati Agung.

"Apakah dia mendirikan biro jodoh itu untuk menemukan saya?". Tanya Agung.

"Sepertinya begitu, dia ingin menebus dosanya pada anda dengan membuat banyak pernikahan. Saya juga melihat dia mengalami hidup abadi sejak abad ke 14. Hidupnya baru akan berakhir jika dia berhasil menyatukan anda dengan reinkarnasi dari calon permaisuri anda terdahulu". Kata Pemangku.

"Jadi ternyata hidupnya sesedih itu, jika saya bisa berbicara pada Dewa, saya ingin meminta nya untuk mencabut hukumannya". Kata Agung.

"Dewa mungkin punya alasan untuk itu, lebih baik anda segera menemui orang itu". Kata Pemangku.

Agung dan Rudy pamit untuk meninggalkan pura. Tidak disangka orang yang bicara pada Agung dan Rudy adalah bukan pemangku yang sebenarnya. Dia adalah jelmaan dari Dewa langit. Agung merasa HP nya ketinggalan di Saung, Agung kembali ke saung namun pemangku itu sudah tidak terlihat.


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C8
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login